Senin, 24 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #11, #12, #13, #14

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Menjalani aktivitas hari ini, membuat saya sadar, saya sangat longgar di akhir pekan khususnya dengan kegiatan makan.
Saya membuatkan anak-anak makanan jika mereka meminta. Akhirnya kaka hanya makan jelang siang dan sore hari.

Sementara dede tak berhasil mengabiskan sarapannya, karena beberapa saat sebelumnya sudah meminta setangkup roti isi stroberi. Makan sorenya pun baru habis setelah hampir dua jam, karena beberapa saat sebelumnya dede baru saja menghabiskan. setengah porsi mie, namun saat melihat kaka makan sore dede ikut memintanya dan menghabiskannya dengan sangat lama.

Pembelajaran tentang makan yang saya ambil hari ini, semestinya bukan sekadar melatih skill namun juga kedisiplinan waktu di akhir pekan.

#Level2
#Day 11
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari
🌷🌷🌷

Memasuki hari-hari sekolah, yang terasa adalah semakin sulit untuk pembiasaan kemandirian makan anak-anak. Waktu yang sempit menjelang sekolah, justru membuat saya melakukan kebiasaan lama, yaitu 'menyuapi anak-anak'. Saya membiarkan ego 'demi efektivitas waktu' mengalahkan 'demi kemandirian saat makan', khususnya saat sarapan.
Sepertinya saya harus kembali lagi belajar memenej waktuπŸ˜₯.

#Level2
#Day 12
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari
🌷🌷🌷

Saya masih belum menemukan irama yang tepat untuk melepas mereka kembali melatih kemandirian saat makan.

#Level2
#Day 13
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari
🌷🌷🌷

Tampaknya konsistensi saya melatih kemandirian makan anak-anak belum tercapai. Faktornya penghambatnya mungkin lebih pada ketakutan saya dengan kecepatan makan anak-anak yang cenderung lambat, mereka bisa mandiri namun seringkali kegiatan makan dilakukan sembari bermain maupun mengobrol, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
Lagi-lagi sepertinya saya harus memberbaiki jadwal rutinitas kami.

#Level2
#Day 14
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Sabtu, 22 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #10

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Hari libur ini anak-anak sarapan dengan roti meksiko, buah tangan dari kakungnya. Sampai menjelang siang mereka menolak makan makanan berat (baca: nasi), sementara perut saya sudah terisi dua piring nasiπŸ™Š. Kebiasaan malas makan ini memang sering terjadi, terutama jika mereka berdua sedang asyik bermain.

Ba'da dzuhur, baru deh si bungsu minta dibuatkan telur dadar sedangkan si sulung meminta digorengkan sosis.

Usai mencuci tangan, dede membantu mengaduk telur dan mengambil nasi. Sementara kaka setelah mencuci tangan hanya 'memasrahkannya' piringnya  begitu saja untuk diisi oleh saya, hufft.

Tak lama mereka sibuk makan sambil menonton tv. Kembali saya harus mengingatkan mereka untuk membaca doa di awal dan akhir. Karena menunya pilihan mereka sendiri, mereka makan cukup lahap tanpa banyak bantuan.


Nyam-nyaam, Alhamdulillah makan siangnya habis😻.

#Level2
#Day 10
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Jumat, 21 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #9

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian

Sedikit cerita tentang malam yang lalu, saat kaka mengganti seprai untuk kali ketiga. Seperti dugaan saya, tak keluar kata keluhan. Tampaknya ia mulai terbiasa untuk mengganti seprai tempat tidurnya sendiri. Benar-benar bisa karena terbiasa, Alhamdulillah.

Lanjutan, melatih kemandirian saat makan.

Sebenarnya saya tak terlalu khawatir anak tidak mau makan, toh kalau lapar saya yakin ia akan minta sendiri. Meski demikian, saya tetap menawarkan makanan secara rutin di waktu sarapan, siang hari dan sore menjelang malam.

Saya sedikit mengkhawatirkan sifat kecil saya dulu: pemilih dan kadang suka membuang-buang makanan, Astaghfirullah... Sesuatu yang saya sesali saat dewasa.

Suami, tidak suka membuang-buang makanan, kecuali memang sudah tidak bisa dimakan (lirik perut). Suami seringkali memberi contoh dengan menunjukkan piring yang licin setelah makan pada anak-anak.

Pengalaman yang lalu dan melihat kebiasaan makan suami, membuat saya memiliki kebiasaan cenderung memberi sedikit dulu makanan, baru tambah kemudian jika kurang.  Jadi jarang sekali anak-anak menyisakan makanannya hingga terbuang.

Nah, kali ini saya mencoba meminta mereka mengambil sendiri makanan yang akan dimakan untuk makan siang (kebetulan nasinya dikukus pagi, jadi tidak panas saat diambil siang ini). 

Kalau melihat dari cara memegang centong nasi, keduanya agak kaku harus terus dilatih tampaknya. Dilanjutkan dengan makan sendiri meski tidak hingga selesai, kaka hampir menyerah tidak habis, karena lauknya keburu  habis, sementara dede kesulitan menyuir lauknya. Setelah mendapat bantuan, makanan tidak bersisa.

Dengan mengambil makanan sendiri, berarti mengajak mereka belajar bertanggung jawab menghabiskan makanan yang mereka ambil sendiri. 


#Level2
#Day 9
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

(Pra)Sekolah Baru Anak-Anakku

Sudah 3tahun ini kaka belajar di PsyCenter, sebuah pgtk plus daycare di daerah Antapani. Memakan waktu perjalanan sekitar 10 menit jika naik motor, atau 45 menit jika jalan kaki (iyaa sesekali kami jalan kaki sepulang sekolah).

Cukup menyenangkan belajar disini, yang saya rasakan, anak-anak punya banyak kesempatan belajar untuk berani tampil, yang dilatih melalui kegiatan tampil menyanyi atau peragaan busana. Disini anak-anak juga mengenal teman-teman yang memiliki kebutuhan khusus, sedikit cerita dulu kaka pun masuk ke sini karena saya sedikit khawatir dengan kemampuan bicara dan fokusnya. Alhamdulillah, kaka tumbuh jadi anak yang aktif berbicara, meski fokusnya terkadang masih sering buyar. Untuk efektivitas waktu, akhirnya dede pun menjajal tahun pertama pgnya di sekolah yang sama. Dede yang pemalu tumbuh sedikit demi sedikit, lebih berani saat sekolah disini.

Di tahun terakhir TK, tiba-tiba kaka meminta pindah. Salah satu alasannya, ternyata kaka sudah merasa agak bosan (iya sih, sudah 3 tahun, mungkin ia merindukan suasana baru). Setelah survei beberapa sekolah, kali ini kaka memilih bersekolah di TK islam yang jaraknya sangat dekat dari rumah.

Saat itu saya khawatir, kalau ini hanya keinginan sementara kaka saja, nanti akhirnya akan meminta kembali ke Psycenter. Sehingga saya sempat menanyakan berkali-kali pada kaka dan dede tentang rencana kepindahannya. Dan kaka kekeuh dengan jawabannya.

Hal lain yang membuat saya agak degdegan, karena kaka dan dede terbiasa dengan kelas kecil ketika belajar (porsi perhatian guru tentu lebih besar), kini akan belajar dengan teman yang lebih banyak. Dan apakah kaka bisa belajar dengan baik disini? Yaa.. saya benar-benar galau saat itu.
Hari pertama sekolah 17/7/17

Hari pertama di sekolah baru.
Kaka dan dede bersembunyi di belakang saya saat memasuki gerbangπŸ˜…. Dan butuh waktu sekitar 10 hingga 15 menit hingga akhirnya mereka menentukan tempat duduknya. Ternyata ada teman paud kaka yang juga jadi murid baru di sini, jadi berubah 180°. Kaka yang awalnya malu-malu jadi terlihat aktif mengajak temannya bermain, dede pun ikut-ikutan. Ketika waktu berbaris tiba, dede tanpa saya minta segera ikut berbaris, berkegiatan tanpa menempel pada saya, dan disini saya mulai melihat ketidak fokusan kaka saat berbaris. Pandangannya tak kedepan (saya yakin ia pun tak mrndengarkan ibu guruπŸ˜‘), badannya menyender, sesekali mengobrol dengan temannya. Yang terlintas dipikiran saya adalah, oo..saya salah nihπŸ˜₯.

Sepulang sekolah saya mencoba curhat dengan salah satu guru, yang justru menenangkan saya, kalau ini memang wajar karena masih awal masuk. Tapi, ini yang membuat saya mengajak kaka ngobrol 4 mata, tentang apa yang saya rasakan di hari pertama ini. Saya agak keras padanya, menceritakan kekhawatiran saya jika kaka tak bisa fokus, dan bahkan menawarkan pindah sekolah. Saya tahu, kaka hari itu terlihat senang, dan dia mengatakan perasaan senangnya belajar di tempat baru. Kaka sepakat untuk bersikap lebih fokus di hari keduanya esok.

Hari kedua, kaka menepati janjinya, saya melihatnya berusaha fokus ketika berbaris meski sesekali gagal, tapi ini jauh lebih baik dari hari sebelumnya. Dan kejutannya, dede dengan cepat menemukan teman baru, begitu pula kaka. Pulang sekolah yang semestinya pukul 9, mundur sekitar 30 menit karena asyik bermain dengan teman dan lingkungan baru.

Hari ke-3 dan 4, saya masih merasakan semangat anak-anak yang tinggi saat berangkat ke TK. Tak ada drama saat membangunkan, susah sarapan atau malas mandi sendiri. Pulangnya juga masih seperti biasa, bermain dulu hingga TK hampir sepi. Alhamdulillah, saya sedikit bisa bernafas lega, apa yang saya khawatirkan dengan kaka khususnya mulai memudar.

After PreSchool Hour

Catatan Kegiatan Sepulang TK.


Belajar dari hari pertama belajar di TK, anak-anak hanya masuk sekitar 1,5 jam. Jadi ada jeda cukup panjang sebelum waktu makan siang dan tidur siang.

Kalau di hari libur lalu biasanya mereka akan segera kabur (main) keluar, bersama teman-temannya atau main gadget bahkan nonton tv. Kali ini saya mempersiapkan kegiatan yang bisa asik dilakukan di dalam rumah, karena ternyata musim hujan sudah mulai datang.

Pizza: mewarnai, menggunting dan berhitung.
Saya membuat pola gambar pizza. Lalu meminta anak mewarnai kemudian mengguntingnya.
Potongan pizza selanjutnya saya gunakan untuk belajar hitung sederhana (kuis penjumlahan).
Hasil:
Bumi (si banyak akal), mengubah pizza menjadi lolipop, mengguntingnya dan menunjukkan hasilnya dengan bangga.
Barra (si pembelajar), mengikuti instruksi, meminta digambarkan sekali lagi (rupanya ini tahap copas), lalu membuat sendiri gambar pizzanya (tampak senang dengan hasilnya).
Untuk pengenalan penjumlahan, sepertinya saya harus belajar lagi metodenyaπŸ˜₯.

Menyelamatkan binatang: mewarnai dan menggunting.
Saya membagi kertas menjadi empat bagian, masing-masing dibatasi garis lengkung, zigzag, atau garis berliku. Supaya menarik tiap bagian saya beri gambar sederhana. Minta anak warnai gambar, dan menggunting sesuai garis.
Hasil:

Bumi, meminta saya membuat gambar baru sesuai pesanannya, dilanjut mewarnai dan menolak menggunting gambarnya. Gambar binatang saja yang diwarnai, menggunakan crayon jadi hasilnya kurang rapi. Selanjutnya ia sibuk berkreasi sendiri, 'membuat jam' jawabnya.


Barra, segera sibuk mewarna dan menggunting sesuai instruksi, setelah selesai ia menjadikan hasilnya sebagai mahkota. Gambar atas, saya memberinya contoh mewarnai kura-kura dan memberi warna latar pada gambar gajah. Gambar bawah Barra mengerjakannya sendiri, terlihat ia ikut memberi warna latar gambarnya.

Menganyam dan Meniup Balon
Awalnya saya ingin mengajak anak-anak belajar menganyam, terinspirasi dari sebuah buku. Jadi saya menyiapkan potongan kertas warna dan kertas reuse yang saya gunting bagian tengahnya. Sengaja saya membuat ukuran besar dengan jumlah yang tak terlalu banyak untuk mempermudah.
Hasil:
Sepulang sekolah saya mencoba menunjukkannya pada Bumi dan Barra, dan jreeeng.. Bumi samasekali tak tertarik.

Barra terlihat sedikit tertarik, mencoba mengutak atik, dan ternyata cukup sulit yaa untuk seusianya. Hihihi, okey kayanya anyamannya ditunda dulu deh.

Menjelang sore, Bumi menemukan balon yang saya simpan diatas lemari (saya saja lupa). Saya jadi teringat dengan kegiatan tiup-lepas balon yang merupakan salah satu indikator sains sederhana untuk usia 5-6 tahun.
Jadi, sengaja saat Bumi meminta saya mengikat balon yang sudah dia tiup, tapi malah saya lepaskan (beberapa kali, hihihi). Secara sederhana sih kaka menjelaskan, kalau dilepas balon akan terbang, tapi 'mengapa' yang masih secara bertahap perlu penjelasan.

Menghias gambar dengan biji-bijian

Seingat saya, dulu waktu sd beberapa kali sempat mengerjakan prakarya menggunakan biji-bijian, biasanya menggunakan biji kacang hijau dan jagung jadi variasi warna kurang beragam.
Nah, sekarang karena ingin mendapat warna yang lebih beragam saya menggunakan beras yang diberi pewarna makanan.
Caranya, ambil segenggam beras, masukkan ke dalam plastik, tambahkan 1-2 tetes pewarna, and shake..shake..shake..
Keringkan dan siap digunakan berkreasi.

Kalau Barra minta dibuatkan gambar durian, tapi akhirnya justru sibuk menghias gambar matahari. Sementara Bumi menggambar sendiri, menghias dengan pilihan warna sendiri, dan mengerjakan hingga tuntas (versinya sendiri😧).
Ukuran yang biji padi yang kecil-kecil ini memang memberikan tingkat kesulitan tersendiri untuk anak-anak seusia mereka.

Menghias gambar dengan kancing

Kegiatan kali ini jauh lebih mudah dari kegiatan memasang biji-bijian. Tapi karena belum bisa move on, akhirnya anak-anak justru menggunakan keduanya untuk menghias gambar.

Barra memilih membuat gambar sendiri, yaitu kupu, tikus dan mobil. Lalu menghiasnya dengan kancing dan beras berwarna.


Sedangkan Bumi.. karyanya cukup abstrak, sepertinya untuk kaka, memerlukan tahapan menggambar bersama sebelum akhirnya nanti bisa menggambar lebih ekspresif dan terarah.

Bumi sendiri lebih tertarik pada kegiatan mendokumentasikan karya, dilanjutkan dengan proses editing, iyaaa.. dia mulai memotong, memberi coretan, mengganti warna. Sebenarnya bukan kali ini saja, saat meminjam hp, biasanya kaka gunakan untuk utak-atik alarm, kirim gambar ataupun pesan. Mungkin harus dioptimalkan lagi nih kegemarannya ini.


Kamis, 20 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #8

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Memasuki minggu ke-2 tantangan melatih kemandirian. Kali ini saya akan lebih fokus pada skill seputar kegiatan makan, yang meliputi:

Membantu membuat makanan (melibatkan mereka di kegiatan memotong, mengaduk, topping).
Cuci tangan sebelum makan.
Menyiapkan alat makan sendiri.
Membaca doa sebelum makan.
Makan sendiri.
Membaca doa setelah makan.
Merapikan alat makan (letakkan di tempat cuci piring).
Membereskan tempat makan.

Seperti kegiatan yang lalu, saya memulainya dengan memberikan prolog tentang skill yang akan mereka latih mulai hari ini.

Hari ini diawali dengan Barra yang menyiapkan camilan paginya sendiri, yaitu roti tawar dengan selai stroberi (sayang tak terdokumentasikan), secara mandiri Barra telah mampu berkegiatan membersihkan tangan sebelum makan, mempersiapkan peralatan dan mengoles roti sendiri, setelah menghabiskan snacknya ia meletakkan wadahnya di tempat cuci piring. 

Sementara kegiatan sarapan dan makan siang, anak-anak minta dibantu karena bundanya memasak sop ceker πŸ˜…, salah satu favorit namun paling enggan mereka lakukan sendiri mungkin karena sensasi lengket yang mereka rasakan usai makan.

Sore ini kaka makan sendiri, awalnya minta disuapi namun saya tolak. Saya beralasan sedang batuk, khawatir ia akan tertular jika saya menyuapinya. Akhirnya kaka makan sendiri (walau sedikit terpaksa😁). Mencuci tangan hingga menyiapkan alat makan sendiri, saya membantu mengambilkan nasi dan lauk setelah mengkonfirmasi jumlah padanya. Selesai makan, kaka merapikan dan mencuci tangan sendiri, tugas saya sebatas mengingatkannya untuk membaca doa dan menjumput sedikit makanannya yang tercecer.

Konsistensi saya melatih anak makan sendiri memang agak sulit dilakukan, ketika mereka minta disuap ya jika memungkinkan akan saya lakukan, dan biasanya itu dipengaruhi jenis makanan yang tengah mereka makan. Saya berpikiran sesekali minta suap tak apalah, sekadar menunjukkan karena saya menyayangi mereka toh sebenarnya mereka dapat melakukannya sendiri.

#Level2
#Day 8
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Rabu, 19 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #7

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Hari ke-7, masih saya fokuskan pada skill sebelum dan saat bangun tidur. Dari perjalanan selama 7 hari ini, sebenarnya justru saya lah yang seolah diingatkan untuk kembali disiplin ketika memberi contoh. 

Sebelum tidur saya jadi ingat untuk menggosok gigi juga membaca doa bersama-sama sengantuk apapun itu. Begitu juga begitu terbangun, yang saya ingat adalah untuk memastikan anak-anak membaca doa bangun tidur ketika bangun nanti, dan detik itu juga saya sadar bahwa saya sendiri kadang lalai berdoa. 

Hari ini, kaka kembali bertugas memasang seprai (ke-2 kalinya dalam minggu ini). Meskipun masih diawali dangan merajuk meminta agar dibantu, namun kali ini kaka jauh lebih cepat dalam menuntaskan tugasnya. Mungkin kali berikutnya ia akan berhenti merajuk saat mulai mengerjakan tugas istimewanya.

Tugas mengingatkan anak-anak, ternyata juga bermanfaat untuk saya secara pribadi. Semoga kebiasaan melatih ini terus terbangun, sembari kami menambah skill yang akan kami latih bersama-sama.

#Level2
#Day7
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian 
#Tantangan10hari

Selasa, 18 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #6

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 


Pagi ini melihat dede bangun dengan wajah yang masih mengantuk, saya menggendongnya sambil membacakan doa bangun tidur, ia mengikuti meski bacaannya tidak full, mungkin karena masih mengantuk.

Giliran mengajak kaka, saat saya baru mengucap 'Alhamdu..' 
'Aku tadi udah baca doa' potongnya 
'Alhamdulillaaah', saya tak bisa menahan senyum sembari memeluknya.

Meski pagi itu sempat diwarnai kehebohan kecil dengan sarapan dede, namun ritme mulai terbangun, rutinitas bangun pagi hingga siap berangkat sekolah berlangsung tepat waktu. Hari ke-2 sekolahpun saya lihat semakin baik, sikap malu-malu saat memasuki gerbang memang masih ada, namun begitu masuk kelas sepertinya mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pun ketika saya menjemput sepulang sekolah, mereka sudah asik bermain dengan kawan barunya. Alhamdulillah, kekhawatiran saya akan proses adaptasi anak-anak dengan lingkungan baru perlahan memudar.

#Level2
#Day6
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian 

Senin, 17 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #5

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 


Hari ke-5 tantangan kali ini bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah. Tentunya setelah hampir sebulan melenggang dengan ritme santai, kali ini mulai bergegas kembali.

Meski anak-anak cukup mudah untuk diajak bangun pagi, namun segala persiapan pagi membuat saya sedikit lengah mengawasi rutinitas pagi mereka. Doa bangun tidur masih harus selalu diingatkan, membereskan tempat tidur seadanya dan kembali fokus dengan persiapan sekolah.

Yang terus saya perhatikan kali ini adalah mood mereka di pagi hari. Karena ini akan sangaat memengaruhi bagaimana mereka menjalani hari ini. Alhamdulillah, meski sedikit 'kaget', hari pertama sekolah dapat kami lalui dengan baik.

Jelang tidur malam, Barra menunjukkan sebuah gambar pada saya.

Sebelum tidur gosok gigi dulu, ia menjelaskan gambarnya pada saya, Alhamdulillah, meski hanya sebuah gambar saya yakin kebiasaan baik ini mulai terinternalisasi dalam diri. Begitu pula menjelang tidur, ketika saya bertanya apa yang harus dilakukan sebelum tidur, dengan lancar anak-anak dapat menyebutkannya, dan tak perlu berlama-lama meminta mereka untuk melakukan segala aktifitasnya secara mandiri, Alhamdulillah...

#Level2
#Day5
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian 
#Tantangan10hari

Minggu, 16 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #4

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Diusia kaka yang ke-6 ini, ada satu kebiasaan buruk yang masih sulit di stop. Ngompol. Ya, sesekali kaka masih suka ngompol. Meski sudah buang air kecil sebelum tidur, kadang ia masih mengompol. Jika diperhatikan, biasanya ini terjadi bila saat siang kaka bermain cukup heboh.

Saat iseng bertanya, ternyata hal serupa pernah dialami oleh suami saat kecil dulu. Baiklah, karena masih belum bertemu solusi kasus ngompol ini, artinya memang ini saatnya kaka benar-benar belajar mengganti sprei sendiri. Kebetulan kali ini kaka ngompol lagi, jadi mari kita belajar memasang sprei. 

Saat itu yang terbayang adalah sifat kaka yang kurang sabar akan muncul, karena merasa kesulitan ketika mengganti sprei ini, satu ujung berhasil, ujung lainnya lepas, hihihi. 

Benar seperti dugaan saya, awalnya kaka sudah merasa 'aku engga bisa' 'susah', membuat bundanya harus mengeluarkan jurus 'curhat' (untung sedang sadar untuk tidak ngomel). Setiap kali cerita, anak-anak selalu tergerak bila saya berkata 'bunda khawatir, kalau sudah tidak ada kalian bisa engga ya melakukan bla..bla..bla..'. 

Akhirnya setelah sempat mogok, ngambek, nangis 😁, dan dengar 'curhatan' emaknya, kaka mulai bergerak perlahan, dorong kasur, pasang ujung sprei (sambil terus disemangati tentunya) dan 20 menit kemudian, alhamdulillah.. berhasil juga memasang spreinya. Semangat kaka, kamu bisaa😘.

#Level2
#Day4
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Sabtu, 15 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #3

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Sedikit cerita tentang bagaimana anak-anak saya belajar doa sehari-hari. Saat mereka belum dapat berbicara dengan fasih, saya melafalkan doa sebelum tidur untuk mereka, juga beberapa surat dari juz amma. Seiring bertambah usia, kaka mulai belajar ikut melafalkan meskipun masih salah-salah kata, hingga akhirnya dia dapat melafalkan dengan benar dan itu sangat membantu dede untuk belajar. Begitu pula dengan doa sebelum dan sesudah makan, dan masuk serta keluar kamar mandi. 

Dulu saya bercita-cita memasukkan anak-anak ke sekolah islam, dan pembiasaan doa sehari-hari ibarat mencicil hafalan yang akan mereka pelajari nanti. Namun seiring waktu, ini bukan lagi menjadi target untuk memudahkan mereka saat belajar di Sekolah Dasar (SD) nanti. Doa, menjadi bagian dimana saya bisa masuk dan mulai mengenalkan mereka pada pemiliknya. Dimanapun kelak mereka menuntut ilmu, semoga ini dapat menjadi bekal yang baik untuk mereka.

Sama hal nya dengan berdoa, aktifitas menggosok gigi menjadi salah satu hal yang saya perhatikan sejak gigi-gigi mungil mulai muncul di gusi mereka. Mengajak menggosok gigi, mulai dari menolak, menelan air untuk kumur, menggigiti sikat gigi, hingga akhirnya dapat menggosok gigi sendiri, meski hingga kini sesekali saya tetap membantu menyikat gigi mereka agar benar-benar bersih.

Cara yang paling efektif untuk mengajari anak menggosok gigi yang saya alami adalah dengan membersamai mereka saat menggosok gigi. Bagi mereka terasa seperti aktivitas bermain, bagi saya adalah kesempatan untuk membuat mereka menggosok gigi dengan lebih baik.

Ketika saya mengingatkan mereka untuk menggosok gigi sebelum tidur, biasanya mereka berbalik bertanya pada saya 'Bunda udah gosok gigi?', dan malu rasanya jika ternyata saya sendiri belum menggosok gigi sebelum. Jadi ini memang bukan sekadar membangun skill dan kebiasaan baik sebelum tidur pada anak-anak, tapi juga diri saya sendiri.


#Level2
#Day3
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian 
#Tantangan10hari

Jumat, 14 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #2

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Hari kedua, dalam melatih kemandirian anak-anak, peran saya masih sebagai pengawas yang bertugas sounding kegiatan sebelum tidur. Iyaa, anak-anak masih belum secara otomatis melakukan rutinitas sebelum dan setelah tidur.

Jika doa lebih mudah untuk diingatkan, maka bagian merapikan tempat tidur butuh sedikit perjuangan. Meskipun gaya tidur anak-anak yang minimalis (hanya perlu bantal dan kasur) tak perlu repot melipat selimut, tapi tetap saja, ketika diingatkan untuk merapikan posisi bantal dan seprai, mereka justru 'terpanggil' untuk beratraksi diatas kasur (baca: lompat-lompat dan perang-perangan).

Disini saya memberi kelonggaran, jadi tak perlu rapi-rapi amat untuk urusan seprai, yang penting mereka tahu dimana posisi bantal masing-masingπŸ˜‚.


#Level2
#Day2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Kamis, 13 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #1

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian 

Fokus saya minggu ini (13-19 Juli) adalah skill seputar kegiatan menjelang tidur serta saat bangun tidur.

Saya mengawalinya dengan membuat list kegiatan yang akan dilakukan secara rutin mulai hari ini, dan menjelaskan pada anak-anak mengapa hal-hal tersebut dilakukan setiap hari.

Dimulai dengan gosok gigi.
Kenapa harus gosok gigi?
"Biar ga ada kuman", jawab Barra.
"Iya, dan Allah juga suka yang bersih", saya menambahkan.

Begitu juga dengan tempat tidur yang rapi, sebelum dan setelah digunakan. Yang saya maksud rapi disini adalah tidak mainan atau buku di tempat tidur.
"Kalau ada mainan, nyaman atau tidak tidurnya?"
"Engga, ga nyaman", jawab Bumi.

Nah, untuk doa sebelum dan setelah tidur, saya lebih mengaitkannya dengan catatan amal baik dan syukur pada Allah.

Oiya, saya juga menjelaskan bahwa hal-hal diatas, tak hanya dilakukan oleh anak-anak, saya dan suami pun akan berlatih rutin melakukannya.

Dengan memberi penjelasan sederhana yang dapat diterima oleh anak-anak, saya harap dapat menjadi awalan langkah kecil kami dalam melatih kemandirian anak-anak.

Pagi ini dimulai dengan mengingatkan Barra yang bangun lebih dulu tuk membaca doa bangun tidur. Alhamdulillah Barra sudah cukup hafal bacaannya. Sementara Bumi pagi ini bangun agak siang, saat diingatkan ia tak merespon. Jadi saya meminta Barra kembali melafalkan doa bangun tidur dengan suara agak keras. Bumi tampak terkejut saat mendengarnya.
"Loh, ko hafal?", Ia bertanya.
"Iya, kan sering dengar kaka berdoa", saya mengingatkan, Bumi tersenyun mendengarnya.

Menjelang tidur siang, saya kembali mengingatkan untuk membaca doa, begitu pula saat bangun begitu pula rutinitas menggosok gigi sebelum tidur. Tampaknya tugas saya saat ini memang lebih banyak untuk 'mengingatkan' anak-anak, tak mengapa. Semoga ini adalah awalan yang baik untuk kami.

#Level2
#Day1
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Rabu, 12 Juli 2017

My Journey: Melatih Kemandirian Anak #0

Game level 2: Tantangan 10 hari melatih kemandirian (h-1)

Tantangan kali ini adalah melatih kemandirian anak. Sebelum masuk ke tantangan, tahapan yang harus dilakukan adalah membuat list kemandirian apa saja yang ingin dilatihkan pada anak-anak.

Setelah berselancar sejenak tuk mencari inspirasi , berikut skill yang saya coba jabarkan berdasarkan kegiatan harian anak-anak.

Tidur:
Gosok gigi sebelum tidur
Doa sebelum dan setelah bangun tidur
Merapikan tempat tidur sebelum dan setelah digunakan

Makan
Membantu membuat sarapan
Cuci tangan sebelum makan
Menyiapkan alat makan sendiri
Makan sendiri
Merapikan alat makan (letakkan di tempat cuci piring)

Mandi
Menyiapkan pakaian ganti
Meletakkan baju kotor di tempatnya
Mandi sendiri
Memakai pakaian sendiri

Main didalam rumah
Membereskan mainan setelah bermain
Membuang sampah ke tempatnya

Main diluar rumah
Memakai alas kaki
Mengembalikan mainan ke tempatnya

Sekolah
Membantu menyiapkan bekal
Memasukkan bekal ke dalam tas
Memakai seragam sendiri
Memakai sepatu sendiri
Meletakkan seragam dan sepatu yang telah dipakai ke tempatnya

Sholat
Sholat ketika mendengar adzan
Merapikan alat sholat setelah digunakan

Konsistensi, inilah yang saya tuju, karena sebenarnya saya tak melatih dari nol, beberapa skill telah dapat mereka lakukan namun belum secara konsisten.
Jadi ini adalah saat yang tepat untuk saya menjalankan peran saya: melatih kemandirian anak, melatih konsistensi diri, menjadi contoh sekaligus pengawas harian anak-anak.

#Level2
#Day#0
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Resume Materi Kelas Bunda Sayang Sesi#2

Institut Ibu Profesional
Fasilitator: Ainun Analisa
Ketua Kelas: Lisna Sari Fitriani
Sekretaris: Nurita Azizah Rachman
Koordinator Bulanan: Lu'lu Lusyaida

MELATIH KEMANDIRIAN ANAK

Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?

☘Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu

πŸ”‘Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Komitmen dan konsisten dengan aturan

Contoh:
Aturan berbicara :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.

Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.

Aturan bermain:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudaj tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.

Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

☘Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya

πŸ”‘Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Hargai keinginan anak-anak
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Terima ketidaksempurnaan
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Berbagi peran bersama anak
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦ Lakukan dengan proses bermain bersama anak

Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus.Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

☘Anak-anak usia sekolah
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, mka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

πŸ”‘Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko

Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

☘Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
πŸ”ŸBerkarya

☘3Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan

Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?

☘Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak

Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak.Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita

Salam,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber bacaan:

Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014
Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara
Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi

Video melatih kemandirian anak:
https://www.youtube.com/watch?v=iCD4AYr0wQI
--------------------------------------------------
Sesi Diskusi

(Teh Ainun)
Sudah pkl 20.13, teteh mari diskusi santai yuk..
Selama ini kemandirian apa yg telah sukses ananda capai teteh?

(Teh Lisna)
Yuuk yuuk 😊😊
Kalo anak saya skrg di usia 22bulan memang dari usia 1 th sudah sering untuk makan sendiri. Sempet kaget sebenrnya karena awalnya dia susah sekali makan ketika disuapin, ternyata setelah saya biarkan dengan makanannya, ternyata makananpun lahap dimakannya. Selain itu mungkin dari proses pisah kamar ketika tidurpun sudah menjadi kebiasaan dari usia 1 thn, saat ini karena masih belum disapih jadi malem2 masih terbangun untuk minta nenen, jadi saya masih bolak balik kamar πŸ˜‚. Sambil berjalan proses menyapih dan toilet training, mudah2n diberi kemudahan dan konsistensi dalam proses ini πŸ™πŸ™

(Teh Ainun)
wah..sudah mandiri makan sendiri ya teh πŸ‘πŸ»apa alasan teh lisna sdh dipisah tempat tidurnya sjk umur 1 th teh?

(Teh Lisna)
Saya sama suami ada kesepakatan untuk mendidik anak supaya mandiri dari usia dini. Supaya tidak takut akan kesendirian

(Teh Ainun)
πŸ‘πŸ»sip teh

(Teh Peppy)
Semangat, teh lisna..
Temen saya juga gitu, pas anaknya pisah kamar itu sebelum 2 tahun. Dan ya gitu.. pas bangun malem minta nenen, temen saya nyamperin bolak balik ke kamar πŸ˜…



(Teh Peppy)
Klo Arsyad, masih butuh encourage dan warning mamapapanya, teh..
- Dia udah fasih minum pake cangkir (bahkan pake gelas tinggi yang biasa dipake es teh di warteg2 πŸ˜…) dan ngambil sendiri airnya dari dispenser. Tapi kadang dimainin airnya πŸ˜… Belum paham kali yaa.. mana permainan mana real life, hehee.
- Makan udah bisa meski masih belepotan tapi kadang suka minta disuapin.
- Potty training baru 3 hari dan sejauh ini terlihat arsyad bener2 ga nyaman klo pipis/pup di celana. Tapi jadinya malah histeris (kadang sampe nangis) meski sambil bilang, "omΓ©h (cebok).. ntos (ganti celana)" dan jalan ke kamar mandi.
- Mengungkapkan keinginan sudah bisa menggunakan kata2 yg bisa dipahami orang dewasa. Tapi klo mengungkapkan ketidaksukaan masih sering histeris dan kadang sampe nangis.
- Bereskan mainan/buku masih perlu high encourage. Kadang malah kabur bawa mainan/buku yg mau dimainkan/dibaca dengam membiarkan yg sebelumnya tanpa dibereska sambil ketawa2 πŸ˜‚

(Teh Ainun)
keren teh peppy, detil, lanjutkan..πŸ‘πŸ»utk mengungkapkan ketidaksukaan bisa dibantu dg menamai apa yg dirasakan.
putri sy awalnya jg nangis misal buka sesuatu yg susah, setelah dikasi tahu itu namanya susah dan boleh minta tolong, skrg dia bilang.. "tolong ummi..kl emang dia butuh bantuan" πŸ˜€

(Teh Peppy)
Iya, teeeh..
Harus lebih sabar lagi dan tidak berekspektasi terlalu tinggi πŸ˜πŸ™ˆπŸ™ˆ
Sedang diajarkan untuk bilang "alim" (ngga mau) sama "tolong" tapi gatau kenapa kata yg ini susah nempel&ditiru dari kata2 yg lain πŸ˜…

(Teh Ainun)
hihi perlahan diulang2 pasti bisa πŸ€— semangat teh peppy😘

(Nurita)
Anak2 saya sudah masuk usia sekolah, meski masih berproses utk mandiri, tapi bisa lah sekadar mandi, beberes mainan, atau alat makan. Tapi malah jadi pingin bertanya…
Apakah urutan kelahiran juga menentukan tingkat kemandirian dan keberanian anak?
Yang saya rasakan, pada anak pertama dua hal tersebut tampak lebih menonjol dibandingkan anak kedua (selisih usia 18bulan).
Atau justru sumber masalahnya adalah saya yg menganggap si adik lebih muda jadi tak masalah bila mendapat bantuan, dan seterusnya memengaruhi perkembangan kemandiriannya?
Gimana atuh yaπŸ˜…, cara mengubahnya

(Teh Ainun)
hihi nah ini jg yg sy temui di keponakan sy..
yg bs merasakan teh nurita, apakah si adik telah diperlakukan sesuai usia atau terus dianggap anak kecil 😁
berikut ada tabel kemandirian anak, smg bs sedikit membantu..

(Teh Peppy)
😍😍Sering nemu juga yg seperti ini di pinterest πŸ˜πŸ˜†πŸ˜†
(Teh Ainun)
iya kayaknya yg ngintip kesana😁

(Teh Idea)
ikut cerita yaahh..πŸ˜„
anak pertama sy. Anshor, 3y8m..
alhamdulillah menghadapi anshor adalah tantangan luar biasa bg kami ortunya..
krn dia trmasuk anak yg aktif, kritis, ekspresif sehingg menguras emosi setiap kali berinteraksi dgnnya
dlm 3 thn usianya ini..bntr lg 4 thn ya..
asnhor sdh bisa
pipis sendiri... (dan g bs disuruh, jd kl dah kebelet bgt dia br mau pipis)
mandi sendiri.. walaupun bagian punggung mah blm nyampe..msh hrs dibantu.
main sendiri.. hehe. bs anteng.. terutama kalau lg nulis.. main doh atau maen boneka. dia suka berkreasi bikin apaa gt..trus cerita n ngomong sendiri. meskipun slalu dikit2 setor hasil karyanya ke uminya..
bisa diminta tolong ambilkan barang, kadang sk dites dgn kasih petunjuk yg agak banyak.. soalnya uminya sk aneh2 kl nyimpen brg..hee..
yg paling membahagiakan adalah..anshor sdg bs mengungkapkan perasaannya... bhkn org bilang anshor ni lebayπŸ˜„
anshor sayang sama umi..(dimanapun dia srg bgt blg ini)
anshor bahagia sekali bisa bantuin umi..kan anshor anak sholeh ya umi, bantuin umi..
anshor kesel..
anshor ingin memiliki ini umi.. boleh ga umi(formal bangetπŸ˜„)
yg lucu..
anshor ngantuk umi..pengen tidur mules.. (maksdnya pules) πŸ˜…
masih bnyk PR untk mlath kemandirian anshor..
apalagi adiknya rifda dah 1 tahun nih..wahhhh prjuangan blm brakhirπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ
(Teh Peppy)
Anshooor 😍😍
Udah keliatan mandiri kok anshor dari pertama main ke rumah anshor 😍😘

(Teh Ainun)
Wah..bahasa Ibu nya bagus ini teh..terus lanjutkan latih fase mendengarkan dan berbicaranya teh. Nanti makin naik kemampuan literasinya 😊

(Teh Idea)
aamiin.mdh2an bs y teh.
teh mau tny, kl soal aturan..
misal utk makan sendiri.. apa boleh ada aturan kl makan hrs sendiri ya..
soalnya anshor kl makan msh pgn disuapin. bhkn seringnya. soalny sy sekalian nyuapin rifda. nyuapin anshor jg.

(Teh Ainun)
pilih mana terlambat stimulus kemandirian atau mandiri sesuai usia?
cb anshor dimotivasi ttg kehebatan anak mandiri teh..


(Teh Prita)
Alhamdulillah Nara sudah bisa makan sendiri dari awal mulai makan nasi (walau masih acak2an) tapi saya sengaja biarkan supaya Nara belajar. Sampai sekarang walau masih agak berantakan, tapi Alhamdulillah sudah lebih baik 😊
Menyapih juga sudah ketika usia dua tahun. Prosesnya lumayan selama seminggu. Ketika anak mulai terbiasa tanpa mimi, eehh ibunya yang baper hehehe
Dan sekarang lagi proses TT. Alhamdulillah walau dipakaikan pospak tp kalau untuk pipis Nara selalu bilang (kecuali di tengah tidur), PRnya untuk pup niih Nara masih merasa tidak nyaman untuk pup di kamar mandi. 😊

(Teh Ainun)
konsisten nih teh prita..nara umur brp teh?

(Teh Prita)
Nara 2 tahun 4 bulan teh..

(Teh Ainun)
Adakah kekhawatiran dalam diri teteh jika blm bs mendidik kemandirianan ananda krn merasa diri sendiri blm mandiri?
πŸ‘†sharing utk semua teteh 😍

(Nurita)
Tidak berpikiran kesana sih teh (mampu atau tidak).
Jujur, saya sebagai pribadi merasa belum benar2 mandiri, tapi justru ini memotivasi saya utk dpt mendidik anak mjd pribadi yg lbh baik.

(Teh Ainun)
mantap teh nurita πŸ‘πŸ»πŸ˜

(Teh Peppy)
Saya teeeh.. πŸ™ŠπŸ™ˆπŸ™ˆ
Mungkin karena saya pd dasarnya agak khawatiran orangnya πŸ˜…
Tapi inget kata2 Ust. Hary Santosa dan para pakar parenting lainnya bahwa sejatinya mendidik anak itu adlh mendidik diri sendiri, jadi termotivasi lagi πŸ’ͺ🏽πŸ’ͺ🏽πŸ’ͺ🏽

(Teh Ainun)
betul teh peppy πŸ‘πŸ»πŸ˜

(Teh Prita)
Sangat ada teh ainuun. Setiap tantangan dalam mendidik anak, saya balik ke diri sendiri, apa yang salah dengan diri saya. Sepertinya harus lebih banyak memahami diri dulu untuk bisa lebih memahami anak.            
Terkadang masih suka kelepasan untuk melarang Nara melakukan ini itu, padahal dia ingin mencoba hal baru jd tinggal sayanya aja yg harus konsisten mendampingi nih πŸ˜…            

(Teh Ainun)
keren teh TN ya.. tazkiyatunnafs.

(Teh Ainun)
insyaAllah sudah bersiap dg tantangan kemandirian esok hari ya teh..πŸ’ͺ🏻
sdh pkl 21.14, sy pamit dulu..
Wassalamu'alaikum wr wb πŸ€—

--------------------------------------------------