Sabtu, 16 Desember 2017

Family: Libur Telah Tiba

Mengisi liburan
1#
Hari pertama libur diisi dengan kegiatan memasak. Baik kaka dan dede cukup antusias dengan ajakan 'membantu' membuat sarapan. 
Dede mulai fasih memecahkan telor, memberi garam dan mengaduk, menuang adonan ke pan, membalik telur (MB) dan meletakkannya di piring. Sementara kaka belajar membuat telur dadar, dengan tambahan membantu mengulek bumbu nasi goreng, dan mengiris sayuran.


Hasilnyaa, taraaa cucian piring bertambah banyakπŸ˜‚. Tapi mereka makan dengan lahap lho hasil masakan mereka. Saya cukup yakin kalau nanti mereka sekolah jauh dari rumah bisa laah dadar telur sendiri buat sarapannya nanti 😁.

Mereka juga belajar menakar garam, berhati-hati saat berada di dapur dan saat memegang pisau dan alat masak bersuhu panas.

Kegiatan yang kami lakukan melatih motorik halus melalui gerak mengaduk dan mengiris, melatih matematika dengan memperkirakan takaran.
...

2#
Hari kedua kegiatan memasak masih dilakukan. Hari ini kaka asik dengan atlasnya dan mengenal nama-nama benua. Sementara dede sibuk mencetak pasir kinetik.

Untuk tambahan hari ini, saya membuat puzzle sederhana, untuk berlatih kemampuan kognitif dalam menghitung, mencocokkan lambang bilangan dan membaca. Saya menggunakan stik es untuk membuatnya.

Kegiatan hari ini berkisar pada latihan motorik halus melalui kegiatan menulis dan mencetak, merangsang kecerdasan visual-spasial melalui peta, dan mengasah kemampuan matematika berhitung.
...

3#
Sabtu artinya waktu untuk melatih fisik outdoor, kaka dan dede memilih ikut kakungnya ke GOR. Saat pulang kaka membawa oleh-oleh kedua lutut yang luka, aku jatuh.. ia bercerita, tapi ngga nangis lanjutnya. Ia juga tidak menangis saat saya kembali membersihkan lukanya, meski meringis menahan pedih.


Sore hari, kami bermain membuat playdough. Saya mengamati bahwa anak-anak terlihat menikmati proses, sejak mencampur bahan, menguleni hingga memberi warna. Begitu selesai membuat playdough, kaka segera mengepak mainannya.. nanti mau ku jual, celotehnya..

Sementara saya dan dede melanjutkan permainan playdough dengan membentuk gunung dan bereksperimen membuat letusan gunung.

Bahan membuat play dough:
1 cup terigu
1 sdm maizena
1/2 cup garam
1/3 cup air
Beberapa tetes babyoil/minyak zaitun
Pewarna makanan

Cara membuatnya cukup dengan mencampur dan menguleni seluruh bahan hingga kalis dan merata. Catatan: babyoil dan pewarna ditambahkan saat playdough telah kalis.


Gunung meletus
Bahan yang dibutuhkan adalah baking soda, pewarna makanan merah dan cuka.
Setelah membuat bentuh gunung dengan cerukan di bagian puncaknya, saya memasukkan baking soda dan setetes pewarna merah. Setelah siap, tinggal menambahkan cuka ke bagian cerukan, maka akan muncul karbondioksida sebagai hasil reaksi. 

Dede cukup antusias dengan kegiatan ini, sementara kaka masih terbagi perhatiannya dengan packing playdough miliknya.
...

4#
Minggu masih identik dengan kegiatan di luar rumah, kaka dan dede ikut kakung ke gor di Arcamanik. Tujuannya jelas, olah raga sekaligus wisata kuliner, hehe.

Sorenya saat melihat saya membawa maizena (awalnya untuk membuat kukis), dede segera berseru gembira, asik buat playdough lagi!. Saya gagal membuat kukis, tapi melihat kaka dan dede bersemangat membuat playdough saya tidak bisa menutupi rasa gembira saya.

Sembari membuat playdough, saya mencoba bereksperimen membuat jembatan pelangi. Untuk kegiatan ini saya memerlukan 6 buah cup, 6 helai tisu, pewarna merah, kuning, biru dan air putih secukupnya. 

Setelah menyiapkan tiga cup air yang diberi pewarna, saya meletakkan cup kosong diantara setiap warna dan meletakkan tisu di setiap cup (lihat gambar).



Eksperimen ini mengajarkan bahwa air bisa berpindah melalui 'jembatan' tisu, dan juga bisa mempelajari warna sekunder hasil perpaduan warna-warna primer. Meski asik, namun baik kaka dan dede terlihat tidak terlalu tertarik, mungkin karena kami harus menunggu agak lama demi munculnya warna sekunder, faktor lainnya mungkin karena mereka sudah cukup mahir bereksperimen sendiri untuk mendapatkan warna-warna seperti ungu dan hijau.

Akhirnya kegiatan dilakukan dengan menghias tisu dengan warna-warna yang telah kami hasilkan, nah yang ini mereka kembali terlihat bersemangat saat melakukannya.


Hari ini mereka telah banyak melatih fisik, baik motorik kasar (berolahraga) maupun halus (saat bereksperimen sore).
...

5#
Pagi ini saya membuat milo kukis, sementara anak-anak sibuk mewarnai dan bermain plydough. Tadinya saya mengira akan dapat sedikit bantuan saat membentuk kukis, tapi ternyata tidak. Jadilah adonan kukis ini ajang bermain saya hari itu.


Saya share resep milo kukis versi saya ya..

Bahan:
180g margarin
80g milo (4 sachet)
3sdm gula pasir
1 kuning telur

Aduk hingga rata, saya menggunakan mikser sekitar 1 menit.

Kemudian tambahkan campuran bahan berikut ini:
200g terigu
25g susu bubuk (1 sachet dancow)
25g maizena

Aduk merata, bentuk adonan yang sederhana yaitu dibulatkan dan tekan dengan garpu, hias dengan taburan chocochip atau meises. Lalu panggang sekitar 20menit dengan api sedang. Diamkan sesaat setelah diangkat agat kukis mengeras, dan siap deh untuk dijadikan camilan.

Hari ini sebelum tidur, kaka sibuk bermain lego sementara dede memainkan koleksi mainan beroda. Alih-alih membeli yang baru kadang kita cukup mengeluarkan koleksi mainan yang sudah lama tak dimainkan untuk berkegiatan bersama anak-anak.

Hari ini anak-anak melatih kemampuan motorik halus melalui kegiatan mewarna dan bermain plydough, juga matematika melalui bermain lego.
...

6#
Sore ini kami bereksperimen dengan balon. Prinsipnya masih sama dengan percobaan sebelumnya, yaitu menghasilkan gas karbondioksida dari pencampuran air cuka dengan soda kue, kali ini gas yang dihasilkan digunakan untuk meniup balon.

Bahan dan alat yang diperlukan:
Balon yang diisi soda kue
Botol air mineral yang diisi air dan cuka.

Setelah semua bahan siap, balon ditutupkan pada bagian mulut botol, hati-hati jangan sampai serbuk soda kue tumpah. Jika sudah tertutup, minta bantuan anak untuk menegakkan balon, sehingga baking soda jatuh ke permukaan air cuka. Cesss..cuka dan soda bertemu dan  syuuut balonpun mengembang.

Lihat:
https://www.instagram.com/p/Bc4X5hlHX9y/

Sains cepat seperti ini sangat disukai anak-anak, yap..mereka kurang suka jika hanya melihat dan menunggu. Libatkan anak-anak saat memasukkan soda ke dalam balon juga menarik. Satu lagi, percobaan ini nagih, jadi jangan jauh-jauh dari cadangan cuka dan soda kuenya.
...

7#
Pagi di hari ketujuh, kami bermain dengan air dan api. Yes, salah satu eksperimen yang dengan bahan yang sederhana dan biasanya tersedia di rumah.

Bahannya lilin, korek api, air berwarna, gelas kaca bening dan cawan kecil.

Pertama pasang lilin di tengah cawan, pastikan tingginya tak melebihi gelas yang akan kita gunakan. Kemudian tuang air di atas cawan, tujuan menggunakan air yang diberi pewarna agar perpindahannya terlihat jelas, jadi tak memakai pewarna pun tak mengapa. Selanjutnya nyalakan lilin dan tutup dengan gelas.

Tak berapa lama api di dalam lilin akan mati, dan sejumlah air masuk ke dalam gelas. Prinsip percobaan ini adalah gas oksigen yang terdapat di dalam gelas habis terbakar, sehingga menyediakan ruang kosong. Akibatnya tekanan udara di luar gelas meniadi lebih tinggi dari dalam gelas, menyebabkan air masuk menggantikan posisi gas yang kosong.

Anak-anak dapat membantu menutupkan gelas ke atas lilin, tentunya dengan pengawasan orang dewasa yaa...

Cuplikan kegiatan kami:
https://www.instagram.com/p/Bc53oWFHur5/

Cerita lainnya adalah cuaca di Bandung yang tak menentu, membuat saya ragu mengajak anak beraktivitas diluar rumah (baca: bepergian). Sesekali mereka bermain di luar bila tak hujan, tapi saat hujan bagaimana? Gadget kah jalan keluarnya?. Beruntung anak-anak sedang gemar mewarnai, mereka meminta dibuatkan gambar lalu setelahnya asik mewarna (ini sebetulnya ngerjain tantenya). Kegiatan lain yang tak terduga adalah saat kaka membuat kemah di ruang tamu, bukan dengan tenda melainkan dengan selimut yang ditutupkan ke atas kursi yang telah disusun sedemikian rupa (sayang tak terdokumentasikan)
...

8#
Bandung cukup cerah dan berangin hari ini, saya mengajak anak-anak berkeliling dan berkegiatan diluar. Sorenya mereka asyik bermain dengan teman-temannya di luar, mengasah kemampuan interpersonalnya.

Untuk kegiatan diluar semacam ini, saya putuskan untuk gadget free, jadi tak ada dokumentasi khusus 😊.

9#
Cerah lagiii, artinya banyak bermain di luar. Ng, sebetulnya ngga juga sih, kaka sebetulnya sibuk dengan atlasnya (anw inibatlas tahun 1995, sepertinya sudah perlu diganti), dan dede sibuk dengan mainan lego barunya. Sementara saya sendiri merasa sedang kurang produktif πŸ™ˆ. 

10#
Pagi, seperti biasa mereka beraktifitas diluar rumah. Sorenya saat sepupu-sepupu datang mereka sibuk bermain bersama, diluar dan di dalam rumah. Kami juga menyempatkan membuat playdough bersama.
Saat banyak teman seperti ini, biasanya anak-anak rela meninggalkan rutinitas tidur siang, dan cenderung lebih rewel menjelang malam. 
Jadi malam itu, sebagai pengantar tidur.. saya banyak mengobrol dengan kaka yang sebenarnya sudah lelah tapi menolak tidur😁

11#
Aura liburan kental terasa apalagi di akhir pekan. Pagi hari kami habiskan untuk berjalan-jalan bersama, tapi kaka agak rewel saat perjalanan pulang, mungkin kurang tidur salah satu alasannya. Siangnya saya melepas kaka dan dede beraktivitas diluar bersama keluarga kakak, tak sabar menunggu cerita mereka nanti.

12#
Rencananya kami ingin menghabiskan pagi di Taman Lalu Lintas. Kenyataannya taman satu itu padat pengunjung, akhirnya kami beralih tujuang ke Kebun Binatang Bandung.

Dengan biaya masuk sebesar 40k per orang (anak diatas 3 tahun), saya agak tekejut karena ini berarti tiket mengalami kenaikan dua kali lipat sejak terakhir kami ke sini. Sebagai tanda masuk kami memperoleh gelang dengan barcode yang di scan di pintu masuk. 

Pukul 10 lebih, beberapa hewan terlihat tidur dengan tenang, tampaknya jam makan sudah lewat cukup lama. Kaka terlihat bersemangat melihat dan membaca papan nama hewan, meski dengan gaya khasnya yang mengamati sekilas saja. 

Banyak binatang dan tumbuhan yang menarik di sini. Tak terlalu banyak berubah dari terakhir kali saya ke sini.

Luasnya kebun binatang membuat kaki sedikit lelah, jadi kami berhenti agak lama di area bermain anak. Permainan ayunan, panjatan, putaran, jungkat-jungkit tidak dikenakan biaya, sayangnya beberapa permainan terlihat usang (putaran), dan beberapa luncuran terlihat cukup curam. Tapi ragam permainan lain yang menantang (terlihat masih agak baru) cukup membuat anak-anak betah. 

Karena menjelang zuhur kami melanjutkan ke area kolam, kini pengunjung tak perlu membayar untuk naik perahu, jika dulu dikenai biaya 5k rupiah kini tak perlu, cukup mengantri saja. Sementara untuk perahu angsa masih dikenakan biaya 15k.

Area terakhir yang kami kunjungi adalah kandang reptil, terlihat ada beberapa kandang kosong, dan kandang besar yang berada di tengah terlihat lebih gersang. Tidak ada lagi ular yang biasanya bergelantungan bebas di pohon.

Toilet menjadi salahsatu sarana yang cukup memadai, meski harus mengeluarkan 2k rupiah per orang. Ada beberapa yang hilang seperti tukang foto, penjaja es, asongan di dalam area dalam kebun binatang, lebih sepi tentunya (mungkin karena harga tiket yang lumayan mahal).

Menurut saya, dengan pembatasan jumlah pengunjung melalui harga tiket justru menciptakan suasana yang nyaman untuk hewan-hewan di dalamnya. Saran saya sih lebih pada pemeliharaan fasilitas bermain dan ibadah, yang menurut saya masih perlu ditingkatkan.
...


13#
Cuaca cerah ini kami manfaatkan untuk beristirahat, hihi. Semula kami berencana mengunjungi museum Geologi, namun ternyata masih tutup karena cuti bersama. Namun ternyata ada hal-hal asik yang masih bisa dilakukan meski tidak keluar rumah, misalnya botram bareng di halaman.
...

14#
Hari ini kami mengunjungi museum Geologi, tempay yang membuat anak-anak terlihat antusias. Untuk memasuki museum pengunjung cukup membayar tiket sebesar 2k untuk pelajar dan 3k untuk umum.

Memasuki museum, kami langsung di sambut sebuah rangka dino berukuran besar, yang biasanya digunakan pengunjung untuk berfoto.. termasuk kami, jangan lupa untuk tidak naik di podium dinonya yaa.

Selanjutnya kami bisa memilih untuk melihat 3 kelompok ruang yang berbeda, sebelah kanan berisi peninggalan prasejarah, kiri berisi ragam info mengenai bumi, sementara di lantai atas banyak tentang eksploitasi bumi dan fenomena alam.

Diusianya kini, kaka sudah dapat menikmati kunjungannya, ia terlihat serius mengamati hal-hal yang ia sukai seperti  gunung, proses terbentuknya caldera dan manusia prasejarah.  Berbeda dengan sekitar 1-2 tahun yang lalu, saat ia masih belum menikmati dan hanya suka kesana-kemari untuk menekan tombol informasi komputer (dede tengah berada di fase ini).

Setelah lelah mengelilingi area museum, ada baiknya beristirahat sejenak di taman depan museum yang hijau. Atau jika ingin mengisi perut kita bisa mampir sejenak ke taman lansia yang berada di seberangnya, aneka jajanan khas Bandung mulai dari cendol dan kue tradisional cukup mudah dijumpai di kawasan ini.
...

15#
Hari ini saya berkegiatan terpisah dengan anak-anak. Anak-anak bermain di rumah bersama sepupu-sepupunya, sementara saya kopdar dengan teman kelas bunsay IIP Bandung.

Taman BALKOT Bandung menjadi pilihan tempat kami berkumpul. Mungkin tak sedikit yang berpikiran, buat apa sih ngumpul-ngumpul? Saya, awalnya termasuk yang berpikiran seperti itu, tapi sebenarnya banyak manfaat yang saya dapatkan dari sini, silaturahim dan sesi sharing menjadi buah tangan yang paling berharga. Seolah Allah menunjukkan, segala permasalahan yang selama ini hadir di masa pengasuhan juga dialami oleh teman-teman lainnya, saya tak sendirian. Banyak masukan yang saya dapat, dan karena bentuknya sharing kesan menggurui menguap, yang ada justru saling menguatkan dan memberi dukungan.


Tiba waktu pulang, dan mendapat dua pelukan kangen dari anak-anak, melengkapi hari. Mungkin ada yang bertanya, kenapa kaka dan dede ngga dibawa aja? Pertama karena bawaan saya cukup banyak, kedua saya belum yakin lama durasi pertemuan (dan ternyata memang cukup panjang), ketiga kebetulan di rumah ada keluarga yang saya nilai cukup dapat diandalkan, dan terakhir saya tak terlalu yakin bisa fokus pada kegiatan dan mengawasi dua petualang kecil saya di saat bersamaan..namun mungkin suatu hari nanti akan saya coba πŸ˜‰.

16#
Kami menghabiskan waktu di rumah, mulai mengatur ritme kegiatan harian. Yaaa... Libur akan segera usai.
...

17#
Awalnya kami berencana berkunjung ke museum Gd. Sate, namun ternyata urung kami lakukan.
Jadi hari ini kami isi dengan memperbaiki sepeda kaka, dan bermain di taman arcamanik. Ritme keseharian kami mulai normal, dan rasanya kami siap menyambut tahun baru 😊.
...

18#
Hari terakhir di bulan Desember, dan dede merayu (maksa sih sebenernya) untuk membuat kue kacang. Meski bahan utama tidak ada, ia berhasil membujuk saya keluar untuk membelinya, hadeuuh.

Bahan kue kacang ini mudah saja, kali ini saya hanya membuat setengah resep dengan menggunakan:
200g terigu
75g gula pasir halus (saya blender terlebih dahulu)
125g kacang (sangrai, lalu blender)
Vanili
100g minyak
1 kuning telur

Aduk merata, diamkan dalam pendingin disekitar 1 jam (kemarin saya skip karena adonan cukup lembek dan mudah dibentuk). Oles dengan kuning telur, dan panggang 30 menit.

Mudah yaa, apalagi si kecil sangat membantu, ia rela mengupas kacang tanah (iya, saya hanya dapat kacang yang belum dikupas arinya), membentuk dan memoles sendiri kuenya.

Hasilnya? Jangan di tanya, dede suka, pun kaka yang sedari tadi nyemil kacang setengah jadi juga ikut menyerbu kue kacang buatan dede.

Kaka? Masih sibuk dengan atlasnya. Tipe yang kalau sedang suka akan diulik sampai puas. Kadang saya kelabakan menjawab pertanyaannya, dia membuat saya tak pernah berhenti belajar 😁.
...

19#
Hari pertama sekaligus terakhir liburan.
Yang dapat saya simpulkan, liburan itu menyediakan banyak waktu untuk bercengkrama, bertualang sekaligus untuk menaiki roller coaster emosi.

Kita bisa memilih bertualang diluar, membuat karya seru di rumah, atau terpenjara dalam kemacetan dan games di gadget.

Ada baiknya membuat rencana yang fleksibel, dan penting lho untuk menabung demi liburan yang seru, hehehe.

Akhir kata, selamat bertualang di tahun 2018, semoga bisa bersambung di libur panjang berikutnya😘.


...

Selasa, 12 Desember 2017

Aliran Rasa Bunsay#6

Math Around Us

Menemukan logika matematika dalam keseharian acapkali memerlukan kejelian. Karena ia tak sekadar angka atau lambang bilangan yang dapat dengan mudah ditemukan di atas kertas. Namun ia dapat berupa proses pencarian, pengelompokan, perkiraan hingga menemukan kesimpulan.

Perjalanan saya selama 10 hari tuk menemukan logika matematika dalam keseharian tak dapat dibilang mudah. Adakalanya ia terlihat, namun seringkali saya menyadari setelah ia berlalu. Ada saatnya ia muncul secara alami, namun tak jarang perlu tools tambahan untuk mengundangnya hadir dalan keseharian kami.

Matematika itu memang tak selalu mudah tapi bukan alasan untuk dihindari dan ditakuti, karena ia layak untuk ditaklukkan.

Senin, 11 Desember 2017

Food: Memeram Alpukat

Pagi-pagi (8/12) belanja alpukat mentah yang kebetulan nangkring dekat sekolah anak-anak. Dua hari lagi matang, gitu kata penjualnya. Tanpa banyak tahu soal alpukat, saya langsung belanja, pakai feeling jadi saya pilih alpukat yang kulitnya mulus tak terlalu banyak goresannya.

Dua puluh ribu ditukar dengan delapan buah alpukat yang ukurannya kecil-kecil. Begitu sampai rumah, langsung deh browsing cara memeram alpukat.

Ada dua cara yang akan saya coba, yaitu benamkan dalam beras dan cara kedua dengan memotong pangkal buah.
Untuk cara pertama, saya cukup membenamkan alpukat kedalam beras.

Cara kedua, saya memotong sedikit bagian pangkal buah dan menutupnya dengan potongan kertas roti dan segera dibalut dengan selotip bening.

Setelah 2 hari (10/12), alpukat yang dipotong bagian pangkal mulai terasa empuk. Karena penasaran segera saya potong di bagian tengah.

Hasil potongannya berwarna hijau kekuningan, bersih merata.

Sementara alpukat yang dimasukkan dalam beras kulitnya mulai berubah kecoklatan namun masih keras. Pada hari ke-3, saya baru membelahnya. Isinya tak jauh berbeda dengan alpukat hari sebelumnya.

Sejauh ini dari masing-masing kelompok perlakuan, menunjukkan bahwa pemotongan di bagian pangkal lebih mempercepat proses pematangan alpukat. Meski memerlukan tenaga 'lebih', namun hasilnya sebanding: lebih cepat dan matang merata.

Jadi bolehlah metode potong pangkal jadi pilihan pertama tuk mendapat buah alpukat matang merata.

Sabtu, 09 Desember 2017

Food: Molen Nanas Homemade

Cuaca mendung bawaannya jadi pingin ngemil nih. Kebetulan ada buah nanas yang kayanya enak banget kalau dicolek sambal rujak, tapi camilan anget sepertinya lebih cocok. Akhirnya setelah berselancar nemu juga resep simpel untuk sulap nanas jadi camilan anget, renyah dan gurih, yup yup molen nanas.

Karena buah nanas sudah dikupas cantik, tinggal dipotong sesuai selera.

Berikutnya membuat kulit molen, bahan yang diperlukan:
300g terigu
1/2 sdt garam
1 sdt gula (bisa ditambah kalau kurang manis)
4 sdm margarin
Air secukupnya (tadi sekitar 1/3 gelas)

Cara membuat kulit:
Campur terigu, gula, garam dan mentega.
Lalu tambahkan air sedikit-sedikit, uleni hingga kalis.
Kulit siap digunakan untuk membungkus nanas.

Karena nggak punya gilingan, akhirnya saya membentuk kulit jadi bulatan kecil setengah kepalan tangan, dibentuk lonjong dan dipipihkan dengan tumbler (kreatif pisan).

Setelah nanas dibungkus dengan kulit, baiknya bungkus langsung goreng supaya tidak lengket. Dilanjutkan dengan menggoreng di atas api sedang hingga berwarna keemasan.


Molen pisang siap disajikan hangat.

Lain lagi dengan dede, karena ngga suka nanas ia mengisi adonan dengan meises lalu dibentuk bulat lonjong dan dipipihkan. Menurutnya enak.

Jadi adonan ini bisa dikombinasi juga ya dengan isian beragam. Tapi sebaiknya dibentuk pipih supaya tetap dapat sensasi kriuk kulit molen yang krispi itutuh.

Sabtu, 02 Desember 2017

My Journey: Math Around Us day10

Menikmati liburan, taman lalu-lintas menjadi salah satu tujuan kami. Semenjak renovasi baru kali ini kami dapat kembali berkunjung dengan formasi lengkap, cuacapum cukup cerah seakan mendukung kami berkegiatan di sini.

Memancing Ikan
Setelah berkeliling beberapa saat permainan memancing menjadi salah satu kegiatan yang diminati anak-anak. Kesabaran dan fokus diperlukan disini, tak butuh waktu lama untuk dede menikmati permainan ini. Sementara kaka pada awalnya cukup kesulitan mengatur posisi pancingny, dan saya jadi keasyikan membantuny memancing. Saat ia mencoba sendiri, saya tak bisa menahan untuk berkomentar bagaimana seharusnya ia memegang pancing.

"Iiiih, bunda mah berisik", kaka memprotes, dan saya langsung menutup mulut memperhatikan apa yang ia lakukan.
 
Ia tak mengikuti saran saya untuk memperbaiki posisi pancing, melainkan mencondongkan tubuhnya agar lebih mendekat ke arah ikan. Dengan cara ini ia berhasil memperoleh ikan yang diinginkan.
Diawali dengan kesulitannya memancing ikan, ia telah membuat kesimpulannya sendiri tentang bagaimana cara menangkap ikan yang efektif (versi kaka).

Buah Tangan
Sebelum pulang sambil menunggu bakso disajikan, anak-anak bolak-balik membujuk kami untuk membeli mainan. Kaka menunjukkan set balon tiup pada kami.

"Berapa harganya ka?", saya bertanya.

"Bunda ayo anterin tanya", ia merajuk.

"Kan kaka ingin beli, jadi kaka harus berani bertanya berapa harganya".

Berdua dengan dede mereka kembali ke tempat penjual mainan. Saya dengar kaka bertanya.

"Tiga puluh ribu bun", kaka kembalu dan berseru.

"Wah mahal ka, yang lain saja ya", pinta saya.

Keduanya kembali ke tempat penjual mainan, tak lama mereka kembali.

"Ini sepuluh ribu bun", ia menyodorkan mainan berbentuk hp.

Berdua dengan suami kami mengamatinya, ternyata yang di pilih kali ini adalah jenis water games, yang dimainkan dengan menekan tombol untuk memberi tekanan di dalam air agar cincin di dalamnya bergerak dan masuk ke tongkat plastik kecil yang ada di tengah.


Menurut saya, ini jenis permainan yang melatih kesabaran, juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan hitung (meski jumlah total cincin tak lebih dari 10). Akhirnya water games ini akhirnya menjadi buah tangan dari kunjungan kami hari ini.

Jumat, 01 Desember 2017

My Journey: Math Around Us day9

Pukul lima pagi, saat kaka bangun ia langsung bertanya "Mana ayah?".

Penyebabnya karena kemarin sebelum tidur saya memintanya berdoa agar perjalanan ayah ke Bandung lancar, meski saat itu ternyata delay karena cuaca.

Biasanya saya bisa memberikan perkiraan waktu saat mereka bertanya. Namun kali ini saya hanya dapat menjawab "Masih di jalan ka, macet". Tak berani menentukan pukul berapa ia akan tiba.

Pertanyaan yang sama diajukan dede sesaat setelah bangun tidur, jawaban saya masih belum berubah.


Jarak, Waktu dan Kecepatan

Perjalanan Kualanamu-Jakarta yang biasanya ditempuh sekitar dua jam lima belas menit, mengalami penundaan hingga 3,5 jam, cuaca sebagai alasan keterlambatan. Baik saya maupun suami dapat menerimanya, karena sejak pagi aaya merasakan sendiri betapa Bandung gerimis dan berangin kencang sepanjang hati karena efek siklon dahlia, begitu pula Kualanamu.

Saya membayangkan penerbangan yang beresiko bila dipaksakan. Yang penting selamat, pesan saya pada suami sebelum akhirnya pesawat membawanya menuju Jakarta.

Mengapa tak langsung terbang ke Bandung? Karena tak ada lagi jadwal penerbangan sore menuju Bandung, dan biasanya cukup melanjutkan dengan kendaraan bus dari bandara untuk tiba ke Bandung.

Namun, perhitungan kami ternyata meleset. Keterlambatan pesawat, hingga akhirnya saat tiba di Jakarta sudah terlalu larut untuk mendapatkan bus ke Bandung. Meski akhirnya dapat diselesaikan dengan menggunakan jasa sewa mobil dengan patungan bersama penumpang lainnya.

Selesai?
Ternyata belum, karena perjalanan yang biasanya dapat ditempuh dalam kurun waktu 3-4 jam dengan transportasi umum, mulur menjadi sekitar 7 jam, sebagai dampak libur panjang dan adanya kecelakaan di jalan tol.

Meski tak sesuai rencana, Alhamdulillah, kedatangannya disambut penuh suka cita oleh kaka dan dede, ada suka sekaligus haru yang berpadu di momen itu.

Meski waktu adalah hasil bagi dari jarak dengan kecepatan dan dapat dihitung secara matematis, namun ada banyak faktor lain yang memengaruhi hasil akhir. Kita dapat membuat rencana dengan segala perhitungannya sebagai bentuk ikhtiar, namun Tuhan yang menentukan.

Ikhtiar doa dan bertawakal.


Kamis, 30 November 2017

My Journey: Math Around Us day8

Bermain Geometri 

Kali ini saya mengajak anak-anak berkreasi dengan bentuk-bentuk geometri segi tiga, persegi, persegi panjang dan lingkaran.

Untuk kegiatan hari ini, persiapan yang saya lakukan adalah dengan membuat terlebih dahulu pola empat bentuk geometri dengan beberapa ukuran diatas kertas berwarna. Lalu saya meminta bantuan anak-anak mengelompokkan pola yang tersedia menjadi empat kelompok besar. Selanjutnya adalah berkreasi membuat kolase dengan menempelkan pola-pola tadi menjadi bentuk yang baru.

Bentuk apa yang akan dibuat kaka dan dede yaa?
.....

Pulang sekolah kami disambut hembusan angin yang dingiiin, jadi kaka dan dede ngga boleh main diluar walaupun sudah dijemput teman mainnya (ya atuh, istirahat dulu harusnya).

Jadilah kami memainkan potongan gambar geometri. Dede membantu saya mengelompokkan gambar berdasarkan bentuk, awalnya ia mau mengelompokkan berdasarkan bentuk dan warna, tapi supaya mudah jadi empat kelompok saja.

Sesekali saya menanyakan nama bentuk geometri yang dapat dijawab dengan baik oleh kaka. Sementara dede sempat menjawab bulat untuk lingkaran, dan kotak untuk persegi, jadi disini jadi ajang pengenalan lagi untuk dede.

Selanjutnya waktunya berkarya, yang disambut dengan bersemangat oleh keduanya. Kaka bergegas mengambil kertas reuse dan mulai beraksi.

Saya sesekali ikut membuat bentuk-bentuk untuk menginspirasi.


Dan dari sekian contoh yang saya coba tunjukkan, kaka dan dede sepakat untuk mengambil tema tikus dalam karyanya: gerbong kereta tikus dan rumah tikus, hehehe.



Keduanya mempergunakan semua bentuk geometri. Dede terlihat membuat persedi dengan menggabungkan dua buah persegi panjang. Kaka pun terlihat menggabungkan dua buah persegi panjang, untuk membentuk persegi panjang yang lebih besar. Dan sepertinya ini menginspirasi saya untuk mengenalkan tangram pada merekaπŸ˜‰.



Rabu, 29 November 2017

My Journey: Math Around Us day7

Camilan Manis di Pagi Hari

Pagi ini ada yang seneng banget, karena mendapat sebatang cokelat.

Dede yang bangun lebih dulu langsung tersenyum sumringah, menggenggam cokelat di tangan.

"Untuk berdua ya", uti mengingatkan

"Iya", dede mengangguk namun tak beranjak dari duduknya, masih mengamati.

Ia tak membuka bungkus, sepertinya menunggu kaka bangun. Begitu kaka bangun, ia segera memamerkannya.
Jadilah mereka berdua membukanya bersama.

"Aku empat", saya dengar kaka berkata.

Penasaran saya mendekat, memerhatikan potongan cokelat. Kaka empat, dede enam...

"Engga sama nih membaginya, coba ini ada sepuluh. Kaka empat, dede enam berarti dede lebih satu", saya menjelaskan.

"Gapapa bun", kaka berdalih "Aku mau empat", lanjutnya.

"Kan tadi uti pesan di bagi dua, berarti harus sama", saya mengingatkan.

Akhirnya kaka mengambil lima potong cokelat miliknya, begitu pula dede.



Ada sedikit penyesalan yang saya rasa, semestinya tadi saya tidak perlu membantu untuk membagi sama rata. Sebenarnya cukup membuat mereka sadar, apakah cokelat yang mereka peroleh masing-masing sama banyaknya. Dan dari sana bisa digali cara membagi agar lebih adil. Ah... Saya melewatkan satu momen aha kali ini😐.

Selasa, 28 November 2017

My Journey: Math Around Us day6

Tidur siang merupakan salah satu rutinitas kami, yang harus di dahului dengan perjuangan (haha lebay). Anak- anak sepertinya kurang menyukai kegiatan yang satu ini, karena mengurangi waktu bermainnya. Namun yang saya rasakan, kegiatan ini begitu memengaruhi mood mereka. Emosi mereka terasa lebih baik bila mereka mau istirahat tidur siang.

Sebelum tidur biasanya kami mengobrol, bercerita bahkan tak jarang kami menonton video  hingga kantuk datang.

Kali ini tanpa sengaja saya justru membawa matematika sebagai pengantar tidur.

Aku Masih Perlu Visualisasi

Awalnya obrolan ringan bersama kaka, kami mencoba menjumlahkan dua buah bilangan.

Misalnya:  4+5=?

Saya akan menanyakan mana angka yang lebih besar dan lebih kecil, biasanya dapat ia jawab dengan tepat.

Angka yang lebih besar, kita simpan dalam hati. Angka yang lebih kecil di jari tangan. Saya mencontohkan angka empat di tangan, lalu mulai menghitung empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan.
Jadi empat ditambah lima sama dengan sembilan.

Beberapa kali kami melakukan tanya jawab, sering kali kaka yang memberi soal, saya mengarahkan agar kaka ikut membantu menjawab. Dari beberapa kali tanya jawab, saya merasa kaka masih kurang bisa mengaplikasikan berhitung dengan cara ini, saya berkesimpulan bahwa ini masih terlalu abstrak dan ia lebih memerlukan visualisasi seperti kegiatan sebelumnya.

Saya menghentikan tanya jawab, dan mencari tahu apa yang ia rasa.

"Kaka kesulitan ya? Nanti kita latihan seperti kemarin ya sampai kaka benar-benar paham".

Kaka mengiyakan.

Dan kali ini saya perlu menggaris bawahi bahwa saya harus bersabar dan kaka masih sangat memerlukan visualisasi.
.....

Jajan Sore

"Aku mau jalan-jalan sama jajan", kaka merajuk setelah gagal mengambil alih hp saya selepas bangun tidur (aih kaka, bunda mu sedang mengetik tugas nihπŸ˜…)

"Iya, ayuk", dede mengiyakan, dan tanpa rasa bersalah mengambil koin-koin dari laci lemari.

"Eh, mau kemana?", Saya berusaha menghentikan (aih berasa satpam).

"Bunda tidak mau mengantar ya", saya memberikan dua keping logam lima ratus masing-masing pada kaka dan dede.

"Kalau jajannya lima ratus atau seribu bisa, tapi kalau lebih tidak bisa ya", tutup saya setelah menjelaskan panjang lebar.

"Iyaa", koor keduanya sambil beranjak.

Naluri memaksa saya mengikuti dari belakang, dan memang benar dua warung dekat rumah ternyata tutup sehingga mereka menuju warung yang agak jauh, pastinya keduanya senang karena melihat saya menyusul mereka.

Seorang ibu dan puterinya keluar dari warung membawa sebatang es bon-bon.

"Aku mau seperti itu", bisik kaka.

"Aku juga", dede senada.

"Tanya dulu harganya", saya mengingatkan.

Harga es bon-bon pas dengan uang saku mereka, senyum mengembang di wajah keduanya.



Perjalanan pulang saya kembali menanyakan pada keduanya tentang harga es dan berapa uang yang mereka bawa, yang dapat dijawab dengan benar oleh keduanya.

Pelajaran yang saya ambil adalah agar lebih berhati-hati menyimpan receh dan gak ragu mendampingi mereka ketika akan belajar membelanjakan uangnya.

Senin, 27 November 2017

My Journey: Math Around Us day5

Ada rasa takut bersemayam dalam diri saya, mungkin itu alasannya saya tak pernah mencoba mengajarkan matematika pada kaka. Saya takut bila ekspektasi saya tak sesuai dengan kemampuan kaka, jadi saya selalu menghindar mengajarkan matematika secara khusus untuknya.

Usianya yang menginjak 6,5 kini, dan tantangan ini, membuat saya membuka pikiran menurunkan ekspektasi dan memberanikan diri memperkenalkan matematika padanya.

Menurunkan Ekspektasi

Kenapa menurunkan ekspektasi? Karena saya pernah berusaha mengajak kaka berhitung, tapi mungkin karena belum waktunya, saat itu tidak terlihat antusiasme kaka. Bahkan saya sengaja membuat worksheet dengan beberapa soal sederhana yang justru membuat saya jengkel jika target tak bisa kaka capai.. saat itu...
Saya tak mau lagi membuat lembaran belajar, kali ini saya mencoba memulai dari apa yang sudah ia tahu, dan menambahnya sedikit-demi sedikit.

Kaka tau tanda ini? Saya membuat tanda plus dan minus di selembar kertas.

"Ini tambah", ia menunjuk tanda minus.

"Kalau ini sakit", ia menunjuk tanda plus. Ah iya, mungkin ia sering melihatnya tergambar di mobil sisi ambulance.

"Kalau ini?", saya menggambarkan tanda sama dengan.

"Sama dengan", jawabnya penuh percaya diri.

"Iyaa, nah kaka pernah dengar matematika?", saya menuliskan kata matematika di bawahnya.

"Engga, berhitung?", Kaka balik bertanya.

"Iya, matematika sama dengan berhitung", jawab saya.

Saya memberi sebuah contoh padanya, kaka beli dua permen dan dede memberi satu, permen kaka jadi berapa?.

Lalu kami mulai menggunakan jari untuk berhitung.

"Tiga", jawabnya.

"Iya, nah kita bisa menulisnya seperti ini kaka... 2 + 1 = 3, ini tanda tambah", saya menunggu reaksinya.

"Lagi!lagi!..tapi sekarang es krim ya!", pinta kaka.

Dan kami segera terlibat permainan asyik matematika, tiap kali selesai mengerjakan tantangan, saya akan memeriksa dan memberi tanda centang bila benar.

Nyaris sepuluh soal, dan dapat ia kerjakan dengan baik bila disertai gambar. Saat saya memberi soal hanya berupa angka ia masih terlihat kesulitan.

"Kaka mandi yuk", ajak saya sore harinya.

"Boleh, tapi nanti main matematika lagi ya", celetuknya.

Entah mengapa rasanya begitu menyenangkan perkenalan kami kali ini dengan matematika 😊.






.....

Dede mendekati saya siang ini.

"Bunda, aku mau belajar kaya kaka", pintanya.

"Belajar berhitung?".

"Iya, tapi gambar kereta", lanjutnya.

Saya memintanya mengambil alat tulis, dan dilakukannya dalam sekejap.

"Aku punya satu kereta, terus bunda kasih dua".

Saya menggambar gerbong minimalis ala saya πŸ˜…, mengikuti pintanya. Dia menghitung kemudian, dengan benar.

Tak berhenti, kembali ia membuat soal, saya membantunya menggambar, dan ia menjawab dengan tepat.


Beberapa kali ia membuat soal sendiri dan menjawabnya pula. Untuk dede, ia masih salah ketika menuliskan angka 5, 3 dan 2. Saya belum berani membuat kesimpulan, apakah karena ia lupa atau kurang berlatih.

Pastinya ini memacu saya untuk lebih giat mengajak mereka bermain matematika 😊.

Minggu, 26 November 2017

My Journey: Math Around Us day4

Minggu pagi ini kaka bersiap ikut kakung olah raga ke Sport Jabar. Sebelum kaka berangkat, saya menyodorkan camilan yang kaka beli kemarin sebagai bekal.

"Engga, ini buat bekal besok saja", kaka menolak.

Kaka memang selalu punya rencana dan perhitungan sendiri. Banyak ide yang kadang membuat saya terkejut. Seperti saat diajak berbelanja bekal perjalanan, ia membeli sekantung permen, sepanjang perjalan ia hanya memakan sedikit saja dan ternyata ia ingin berbagi dengan saudara dan teman bermainnya ditempat tujuan nanti. Berbeda dengan dede yang cenderung segera menghabiskan, kaka sifatnya justru sebaliknya: perhitungan...

Operator Eksavator

Berpisah dari kaka, dede justru bersemangat ikut saya dan uti berjalan kaki ke lapangan gasmin, sebuah lapangan olah raga kecil sekitar 1 km jaraknya dari rumah. Mungkin salah satu yang memyemangatinya adalah dua lembar uang lima ribuan dalam genggamannya.
Begitu tiba, ia segera mendekati penjual mainan.

"Nanti de", tegur saya.

Ia menurut, tapi langkahnya terhenti di depan tempat penyewaan mainan. Dulu, ia pernah melihat permainan sejenis namun saya menolaknya, karena antrean cukup banyak dan saya memperkirakan ia belum cukup mampu mengoperasikan mesin kendali. 

Kali ini, meski masih sedikit ragu saya tak punya alasan untuk melarangnya.
Selembar lima ribu berpindah tangan. Pak penjaga mainan menjelaskan dan mengajarinya bermain sebentar, kemudian saya menggantikannya.

Ada 2 alat untuk mengoperasikan permainan ini, untuk melakukan gerakan buka-tutup, naik-turun, atas-bawah dan kanan-kiri. Saya cukup membaca keterangan yang ditulis di pinggir alat, tapi untuk dede yang belum bisa membaca artinya ia harus menghafalkan prinsip kerja eksavator ini.

Hal yang membuat saya kagum, ia tak perlu menghabiskan waktu yang banyak untuk menguasainya. Tak sampai 5 menit, dan ia tak memerlukan bantuan lagi untuk memainkannya sendiri.

Bagi saya, banyak aspek matematika yang ia pelajari di sini sembari bermain. Selain menghafalkan cara mengoperasikan ia harus memperhitungkan dengan tepat agar dapat mengambil serutan gergaji dan meletakkannya dengan tepat agar tidak berjatuhan.

Puas bermain eksavator, ia mengajak saya melihat penjual mainan. Pilihannya jatuh pada mainan mobil yang dapat berubah menjadi robot, sayangnya uang nya tidak cukup.

"Ngga cukup, uang dede tinggal 5 ribu", saya menjelaskan.

Ia pun beralih melihat mainan lainnya, tapi sepertinya tak ada lagi yang membuatnya merasa tertarik.

Ia kembali menimang mobil-robot. Rasa iba membuat saya memberikan penawaran.

"Kalau dede mau, artinya hari Senin dede ngga boleh minta jajan ya?".


Ia mengangguk cepat, senyum mengembang bersemangat untuk kembali berjalan pulang. Selanjutnya perlu konsistensi saya jika ia merengek minta jajan esok πŸ˜….

Sabtu, 25 November 2017

My Journey: Math Around Us day3

"Alifa ulang tahun", dede tiba-tiba nyeletuk tanpa tersenyum.

Kemarin dede melihat foto teman sekelasnya yang sedang merayakan ulang tahun.

Saya menangkap kekecewaannya, karena ulang tahunnya tanpa kue, lilin atau kado spesial dari saya atau ayahnya. Hampir dua minggu lalu hari jadinya dan kami berdua sepakat untuk mengucapkan selamat dan doa, tanpa embel-embel lainnya.

"Sekarang Desember?", Ia membuyarkan lamunan saya.

"Masih November de".

"Ko November lamaaa...", keluhnya.

"Coba lihat sekarang tanggal berapa, sekarang tanggal 25 de",

Mungkin ia teringat dengan rencana kedatangan ayahnya bulan depan.

"Kalau kemarin tanggal berapa de?".

"Ng.. 24".

"Kalau besok, hari minggu tanggal berapa?"

"Dua enam", jawabnya.

Aha, ini juga matematika, dimana kita belajar mengenal waktu, hari dan tanggal, hari ini, besok dan kemarin. Meski dede belum hafal nama-nama bulan dalam satu tahun (Juni dan Juli selalu terbalik), tapi ia sudah mulai bisa membaca kalender dengan baik.

Untuk menghafal nama hari dan bulan, saat itu (ketika kaka getol belajar kalender) tanpa sengaja kami membuat lagu nama bulan dengan menggubah lagu nama-nama hari (lagu ini cukup terkenal di kalangan anak tk).  

Kaka dan Kalender

Dulu ada masanya kaka suka banget sama yang namanya kalender, seingat saya di usia 5 tahun. Ada satu kalender dinding yang selalu dibawa-bawa, nama bulan dihafalkan, tanggal ulang tahun semua orang di dalam rumahpun kaka hafal, sampai tiap kali saya lupa hari atau tanggal saya tidak perlu lihat kalender, cukup tanya pada si sulung.

Seiring waktu, ketertarikan kaka pada kalender semakin berkurang. Kini interaksinya sebatas melihat gambar kalender, tahu nama hari bila ditanya dan kaka juga masih suka melingkari kalender.
Sembari menulis catatan ini, terlintas keinginan untuk mengecek kalender baru yang beberapa hari lalu saya beli, dan sempat kaka bawa-bawa ke sekolah.
Begitu saya cek, ternyata kaka sudah melingkari juga kalender tahun 2018 yang belum dipasang πŸ˜…, woow saya lengah rupanya.

Jumat, 24 November 2017

My Journey: Math Around Us day2

Bismillah,

Tentang Waktu

Belakangan anak-anak mulai membangun kebiasaan mandi sendiri, yang kami beri istilah 'cebangcebung' atau 'main air'.

Kalau dilakukan di sore hari sebenarnya cukup menyenangkan, karena saya bisa sedikit bersantai sementara anak-anak mandi. Nah, kalau pagi hari? Disinilah tantangannya, ketika anak ingin bermain air sementara ada tuntutan agar tidak terlambat masuk sekolah.

Dulu saya seringnya memandikan anak-anak demi efektivitas waktu, tapi belakangan akhirnya saya bisa merelakan mereka tetap bersenang-senang di pagi hari sebelum berangkat sekolah.

Ternyata yang saya butuhkan adalah memaksa diri saya sendiri untuk bangun lebih pagi, melakukan aktivitas domestik dan memenuhi kebutuhan saya terlebih dahulu termasuk mandi dan ngemil pagi. Hasilnya, saya merasa lebih segar untuk menjalani pagi itu.

Selanjutnya saya memagari waktu bermain air anak-anak, agar kami tuntas sebelum jam 7.30, maka saya mulai sounding untuk mandi sebelum pukul 6.30. Biasanya mereka terlihat merasa puas bermain setelah sekitar 20 menit bermain. Jadi tugas saya memastikan anak-anak tidak melebihi waktu 20 menit, ini kalau mereka mau mandi sendiri-sendiri. Adakalanya mereka mandi bareng-bareng sambil main, tentunya dengan durasi yang lebih lama.

Yang saya lakukan adalah dengan memberi tahu waktu 10 dan 5 menit sebelum akhirnya mereka harus benar-benar keluar dari kamar mandi.

Dengan cara ini sedikit demi sedikit, mereka belajar mengenal waktu. Minimal mereka semakin gesit jika saya berkata "3 menit lagi yaa.." atau "2 menit lagi yaa..".

Jam Kertas

Pagi ini saya menyempatkan membuat jam mainan, memanfaatkan kertas bekas undangan yang sayang untuk dibuang. Setelah melapisi kertas dengan cat akrilik, saya menambahkan deretan angka dan jarum jam, terakhir menggabungkan semua dengan bantuan push pin.
Fungsi utamanya sebagai alat bantu mengenal waktu, selain itu jam ini juga dapat saya gunakan mengingatkan anak-anak saat menunukkan durasi mandi maupun bermain.
Siang ini jam kertas saya gunakan untuk memberi batas nonton tv siang, awalnya saya tentukan hingga pukul 1 siang, tapi ternyata ada tawar-menawar hingga kami sepakati waktu tambahan hingga jarum panjang di angka 6 (30 menit) sebelum tidur siang sebagai syarat untuk main diluar nanti soreπŸ™Œ.

Kamis, 23 November 2017

My Journey: Math Around Us day1

Bismillah,
Matematika, memang tak pernah lepas dari keseharian kita dengan atau tanpa kita sadari. Kesadaran diri -ibu- mengenali penggunaan matematika dalam keseharian sangat diperlukan untuk mengikat makna,  mengubah hal biasa menjadi 'momen aha' yang istimewa.

Cerita Pagi

"Aku mah ringan", kata dede pagi ini, ia meminta gendong saat diajak mandi pagi.

"Terus siapa dong yang berat?".

"Kaka, soalnya udah 7 tahun", jawabnya.

"Enam tahun", saya memperbaiki sembari mencari hubungan antara berat badan dan usia.

Aha.. dede bisa membuat kesimpulan sederhana terkait berat badan dan usia antara dia dan kaka, good job dede, mungkin nanti kita bisa membuat rumus persamaannya πŸ‘πŸ™Œ.

Matematika Bakso Tusuk

Pulang sekolah kali ini kaka minta bakso tusuk.

"Empat ya bun", pintanya.

"Tiga aja ya ka", saya mencoba menawar.

"Engga ah, empat", tolaknya.

Huhu, kaka sudah tahu nih mana yang lebih banyak dan lebih mengenyangkan.
Sementara dede yang sebelumnya sudah minta dibelikan susu, ikut tertarik dengan bakso tusuk.

"Aku juga bun, dua ribu aja", pintanya, padahal satu baksonya seribu lima ratus πŸ˜….

Jadi saya membeli dua buah bakso, tapi....

"Kok dua, aku mau kaya kaka", dede protes.

"Lho, kan dua ribu cuma dapat dua de", jawab saya.

Aha!.. dede harus belajar lagi nih konsep penjumlahan matematikanya. Jadilah saya menyempatkan diri ngobrol ringan dengan si bungsu, dan karena spontan jadi saya memakai tangan sebagai alat bantu, bakso? Sudah habis dimakan dede πŸ˜‹.

"Barra punya 2 bakso, tapi ingin jadi 4. Jadi harus tambah berapa bakso?".

"Tiga, satu...", Dede menjawab sekenanya.

"Lihat tangan bunda..", pinta saya sambil mengulang pertanyaan.

"Dua", akhirnya dede menjawab dengan tepat.


  • YeayπŸ‘, nanti kita berlatih lagi ya nak😘.

Selasa, 14 November 2017

Aliran Rasa Bunsay #5

Bismillahirrahmanirrahim.

Membaca...


Pic from Google

Meski dulu saya jadikan membaca sebagai hobi, seiring waktu dan perubahan status.. perlahan mulai saya tinggalkan. Buku fiksi dan komik yang dulu selalu saya lahap cepat, kalah posisi dengan tumpukan kewajiban lain yang terlihat lebih penting. 


Tantangan iqra memastikan saya meluangkan waktu untuk menikmati santapan lezat, meski awalnya hanya beberapa lembar, namun ternyata membuat saya kembali ketagihan. 

Dan, tampaknya saya memang takkan pernah bisa membaca buku, kecuali jika memang saya mengagendakan waktu untuk membaca.
Kini saya kembali menekuri barisan agenda, mencoba menyisipkan waktu membaca. 
Bukan hanya untuk menuhi kepuasan diri, saya menilik ada lebih banyak manfaat dibaliknya, untuk saya maupun bocah-bocah kecil yang sedang giat meniru apa yang saya lakukan.

Sabtu, 04 November 2017

My Journey: Iqra day10

Kembali memasuki akhir pekan, dimana agenda sedikit kendor dan saya memutuskan untuk rehat sejenak dari rutinitas mingguan.

Tak ada agenda luar rumah, cukup menikmati Sabtu dengan aktifitas yang kurang produktif, seperti menonton tv, membaca cerpen misteri dari kaskus.. ya saya membaca fiksi, rasa penasaran mendorong saya untuk membaca dengan cepat hingga tuntas, beda halnya dengan buku non-fiksi yang kemarin harus saya baca berhari-hari.

Namun terasa ada yang salah, saya merasa mulai tak dapat mengendalikan emosi karena ambisi untuk tuntas, saya mudah meledak sesiangan tadi, tampaknya ada yang perlu saya perbaiki disini...πŸ˜“.

Iqra day10

Sore ini kaka memilih membaca sendiri buku Dongeng Tujuh Menit, karya Clara Ng yang berjudul Kancil yang Baik. Seolah melanjutkan lagu anak yang selama ini sering disenandungkan..

"Si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun.."

Namun diceritakan bahwa kancil sudah sadar dan ingin memperbaiki imejnya, hihi.. cukup menarik ya idenya.

Kaka membaca hingga tuntas, sesekali saya bertanya mengenai isi cerita padanya, seperti mengapa pak tani tak suka pada kancil. Dari jawabannya, saya merasa kaka cukup paham dengan bacaannya.

Dede yang biasanya selalu ingin tahu saat kaka membaca, kali ini hanya bergabung sebentar, dan malah meminta kertas untuk menggambar. Ok, mungkin nanti malam bisa dicoba dengan cerita atau kisah lainnya.