Sabtu, 24 Juni 2017

Family: Food

Kukis Lumer Isi Nanas


Salah satu kukis yang saya sukai sedari kecil, dan paling saya cari saat hari lebaran adalah nastar. Si kukis isi nanas, dulu sekali yang saya kenal adalah berbentuk keranjang, yang akhirnya saya yakini bahwa sebenarnya bukan keranjang tapi lebih menyerupai mini pie dengan isian selai nanas. Bentuk lainnya yaitu bulatan berisi selai dan bagian atasnya diberi tancapan cengkeh, menciptakan sensasi aroma manis dan wangi. Belakangan semakin variatif saja bentuk si kukis nanas ini.
Untuk membuatnya, tidak bisa dibilang rumit, namun memang memakan waktu untuk membentuk dan memberi isiannya.
Untuk resep nastar, pilihan saya jatuh pada resep nastar ncc, yang saya modif terkait ketersediaan bahan.
Tekstur nastar ncc yang rapuh menjadi alasan saya berkali-kali menggunakan resep ini sembari terus mencari cara agar mendapat nastar yang berkilau, aww..hihihi.

Resep nastar ncc (sumber: ncc-indonesia):

Berikut bahan yang saya gunakan:
250g margarin
50g gula halus
2 butir kuning telur
350g terigu segitiga
1 sachet susu bubuk
1/4kg selai nanas (bentuk bulatan kecil, masukkan kulkas)

Olesan: kuning telur

Cara membuat:
Campurkan margarin, kuning telur dan gula halus, aduk sebentar hingga rata. Tambahkan susu dan terigu, aduk hingga rata.
Bentuk bulat adonan, pipihkan, beri isian dan bulatkan kembali. Lakukan hingga adonan habis.
Letakkan adonan yang telah dibentuk keatas loyang yang telah diolesi minyak dan terigu.
Panaskan oven di kisaran suhu 150°C.
Panggang selama 30 menit, keluarkan lalu dinginkan sebentar.
Beri olesan kuning telur, lalu panggang kembali sekitar 5menit.
Setelah matang, dinginkan nastar, baru kemudian disimpan dalam wadah tertutup.

Nastar yang saya buat kemarin kurang perhitungan saat memoles telur, karena setelah saya poles dan panggang selama 5 menit, ternyata nastar belum mencapai tingkat kematangan yang saya inginkan, jadi saya masukkan kembali agak lama hingga lapisan telur pecah.
Jadi sebaiknya, pastikan nastar memang sudah hampir matang benar, baru kemudian diberi olesan dan panggang kembali selama 5 menit.

Selai homemade lebih direkomendasikan untuk membuat nastar dengan kadar manis dan aroma yang pas. Tapi, menggunakan selai jadi pun tak masalah, nastar tetap menjadi salah satu teman istimewa di hari raya.



Jumat, 23 Juni 2017

Review Materi Komunikasi Produktif

Review Tantangan 10 Hari
Materi Bunda Sayang #1 :
Institut Ibu Profesional

KOMUNIKASI PRODUKTIF

Bagian #1

Pertama, Kami ucapkan selamat kepada teman-teman yang telah melampaui tantangan 10 hari dalam berkomunikasi produktif, dinamika yang terpancar dalam tantangan 10 hari ini sungguh beragam. Mulai dari memperbincangkan hal teknis sampai dengan tantangan nyata komunikasi kita dengan diri sendiri, dengan pasangan dan dengan anak-anak. Mungkin beberapa diantara kita tidak menyadari pola komunikasi yang terjadi selama ini, tetapi setelah mengamati dan menuliskannya selama 10 hari berturut-turut dengan sadar, baru kita paham dimana titik permasalahan inti dari pola komunikasi keluarga kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Dari “TANTANGAN 10 HARI” sebenarnya kita bisa melihat pola komunikasi dengan diri kita sendiri, bagaimana kita memaknai satu kalimat di atas.

Limit yang kita tentukan bersama di tantangan ini adalah 10 hari, maka kita bisa melihat masuk kategori tahap manakah diri kita :

a. Tahap Anomi : Apabila diri kita belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, belum mulai menulis tantangan 10 hari satupun, karena mungkin belum memahami makna dari sebuah konsistensi.

b.Tahap Heteronomi : Apabila diri kita sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, tapi belum konsisten. Kadang menuliskannya, kadang juga tidak. Hal ini karena dipicu oleh pemahaman dan mendapatkan penguatan dari lingkungan terdekat yang membentuk opini dan persepsi sendiri.

c. Tahap Sosionomi : Apabila diri kita sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, dan sudah mulai konsisten. Menjalankan tantangan tepat 10 hari. Hal ini karena dipicu sebuah kesadaran dan mendapat penguatan dari lingkungan terdekat.

d. Tahap Autonomi : Apabila diri kita terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten, tidak  hanya berhenti pada tantangan 10 hari, anda terus melanjutkannya meski tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang menilai. Berkomunikasi produktif sudah menjadi budaya dalam kehidupan anda.
“10 Hari” adalah Limit terendah kita, hal tersebut hanyalah sebuah tetapan untuk mempermudah tercapainya sebuah tujuan.

Maka komunikasi kita dengan diri sendiri harus bisa terus mengupgrade limit tersebut. Dari sekarang kita harus paham benar bahwa limit kita adalah unlimited. Tidak ada yang mampu membatasi kita kecuali diri kita sendiri. Dengan konsep tersebut maka tidak ada yang tidak mungkin. Tentukan limit anda setinggi mungkin untuk diraih dan selalu diperbarui. Kuncinya adalah komunikasi produktif dengan diri sendiri.

The greater danger of most of us is not that our aim is too high and we miss it, but it is too low and we reach it – Bahaya besar bukan karena kita mempunyai target tapi tak mampu mencapainya. Akan jauh lebih berbahaya jika kita mempunyai target yang terlalu rendah dan kita berhasil mencapainya – Michael angelo


Bagian #2

KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Dalam prakteknya ternyata ini menjadi bagian yang sangat seru yang dihadapi oleh teman-teman semua. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola komunikasi anda dengan pasangan
yaitu :

a. Faktor Eksteropsikis ( Ego sebagai Orangtua)

Yaitu bagian dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya..

contoh : Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP).

Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent (CP).


b. Faktor Arkeopsikis ( Ego sebagai anak-anak)
Yaitu bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif,masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebagainya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak

contoh : Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.


c. Faktor Neopsikis ( Ego sebagai orang dewasa)
Yaitu bagian dari kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu bertingkah laku sesuai dengan yang telah disebutkan tadi, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego dewasa..

contoh : Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, ber¬sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya, adalah ciri-ciri komunikasi orang dewasa.

Ketiga Ego tersebut dimiliki setiap orang, kita lihat dari caranya berkomunikasi, kalimat yang dipilih dan bahasa tubuh yang digunakan.

ANALISIS TRANSAKSIONAL KOMUNIKASI

a. TRANSAKSI KOMPLEMENTER
jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.

Contoh :
ketika suami meminta kita berbicara berdasarkan fakta, maka balas komunikasi tersebut dengan hal-hal yang logis.( ego dewasa)
suami : : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya mah?”( menggunakan data dan logika  - ego dewasa)
istri : “ayo kita  cari tahu bareng, terakhir ayah lepas arloji itu dimana? ( menggunakan e go dewasa)


b. TRANSAKSI SILANG
terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah¬pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.

Contoh :
ketika partner kita mengajak komunikasi berdasarkan  ego dewasa, kita menanggapinya dengan ego anak-anak.

Suami : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya mah?”( menggunakan data dan logika  - ego dewasa)

Istri : “Mana kutahu, aku udah capek seharian ngurus anak-anak,  masih diminta ngurus arloji” ( menggunakan ego anak-anak )

pasti akan menyulut respon emosi.

c. TRANSAKSI TERSEMBUNYI
jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar¬pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter¬sembunyi.

Contoh:
Seorang ibu masuk ke dalam sebuah toko untuk membeli sebuah lemari es. Sang penjual memperlihatkan beberapa merk, dengan menyebutkan harganya. Sang ibu melihat lemari es yang tinggi dan bertanya: “Berapa harga yang tinggi itu?” (ungkapan dari ego state dewasa dan mengharapkan respon dari ego state dewasa juga).

Penjual itu kemudian menanggapi: “Yang itu terlalu mahal bagi Ibu.” Tanggapan ini memang terlihat sebagai transaksi antara ego state dewasa dan dewasa, tetapi ada unsur tersembunyi di dalamnya yang tidak jadi terumuskan, yaitu: “Ibu tidak mempunyai cukup uang untuk membeli yang mahal itu”. Kemudian sang ibu merasa tersinggung, dan memang begitulah maksud penjual itu, menyinggung perasaan sang ibu dengan mengatakan bahwa ibu itu tidak mampu membeli lemari es yang mahal.

Menanggapi pernyataan itu, untuk membuktikan bahwa dirinya mampu membeli barang mahal itu, sang ibu lalu berkata: “Yang tinggi itu mau saya beli!”.


Bagian #3

BERKOMUNIKASI SESUAI BAHASA CINTA ANAK

Menurut Gary Champan & Ross Campbell, MD, dalam buku mereka yang bertajuk The Five Love Languages of Children, terdapat 5 cara anak dan manusia memahami dan mengekspresikan cinta, yakni;

1. Sentuhan Fisik,

2. Kata-kata Mendukung,

3. Waktu Bersama,

4. Pemberian Hadiah,

 5. Pelayanan.


Umumnya setiap anak bisa menerima cinta melalui 5 bahasa di atas, namun ada satu bahasa yang paling dominan pada masing-masing anak. Berikut adalah tips dalam berkomunikasi dengan si kecil sesuai bahasa cintanya.

1. Apabila bahasa cinta anak kita adalah Sentuhan Fisik
* Saat bertemu dan berpisah dengan si kecil, berilah pelukan.
* Saat si kecil stres, beri belaian untuk menenangkannya.
* Peluk dan cium si kecil saat ia tidur malam dan bangun pagi.
* Setelah mengajar disiplin pada si kecil, beri pelukan sejenak dan jelaskan bahwa pengajaran yang diberikan adalah untuk kebaikannya dan Anda tetap sayang padanya.
* Saat memilih hadiah untuknya, beri benda yang dapat ia pegang/peluk, seperti bantal, boneka, atau selimut.
* Saat menghabiskan waktu bersama si kecil, seperti menonton televisi bersama, duduklah berdekatan dengannya, sambil berpelukan.
* Sering-seringlah bertanya padanya apakah ia mau digandeng atau dipeluk.
* Apabila ia terluka, pegang dan peluk mereka untuk memberi kenyamanan.

2.Apabila bahasa cintanya adalah Kata-kata Mendukung
* Saat menyiapkan bekal untuknya, masukkan kertas kecil berisi kata-kata mendukung.
* Saat ia berhasil mencapai prestasi, tunjukkan rasa bangga Anda dengan memberi kata-kata membangun, seperti “Mama bangga dengan adik bermain adil di permainan tadi,” atau “Kakak baik sekali membantu adik membangun rumah-rumahan itu.”
* Simpan hasil karya si kecil, seperti lukisan atau tulisan, dan pajang dengan tambahan tempelan kertas mengapa Anda bangga dengan karyanya itu.
* Biasakan mengucap kata, “Mama sayang kamu,” tiap berpisah dengan si kecil atau menidurkannya di malam hari.
* Saat si kecil bersedih, bangun kepercayaan dirinya dengan mengucapkan alasan-alasan yang membuat Anda bangga padanya.


3. Apabila bahasa cintanya adalah Waktu Bersama
* Coba libatkan anak dalam aktivitas-aktivitas Anda, seperti belanja ke supermarket, memasak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
* Saat si kecil ingin bercerita, hentikan sejenak aktivitas Anda untuk benar-benar menatap dan mendengarnya.
* Ajak si kecil memasak bersama, seperti membuat kue atau camilan lainnya.
* Tanyakan kepada si kecil mengenai tempat-tempat yang ingin ia kunjungi, dan jika ada kesempatan, beri kejutan dengan mengajak mereka ke tempat-tempat tersebut.
* Biasakan untuk memintanya menceritakan hari yang ia lalui di sekolah atau aktivitas lain yang telah ia lakukan.
* Saat mengajak si kecil bermain, bermainlah bersamanya ketimbang hanya menonton.
* Jika Anda memiliki lebih dari 1 anak, tetapkan jadwal bermain dengan masing-masing anak secara individu, tanpa melibatkan yang lain.


4. Apabila bahasa cintanya adalah Pemberian Hadiah
* Kumpulkan hadiah-hadiah kecil (tak perlu mahal) untuk diberikan kepada si kecil di saat-saat yang pas.
* Bawa permen atau camilan kecil lain yang dapat Anda berikan pada si kecil saat sedang bepergian.
* Beri makanan kesukaan si kecil, Anda bisa memasaknya sendiri atau mengajak si kecil ke restoran kesukaannya.
* Buah sebuah “kantong hadiah” berisi hadiah-hadiah (tak perlu mahal) yang dapat dipilih si kecil saat ia melakukan prestasi.
* Saat menyiapkan bekal untuknya, selipkan hadiah kecil untuknya.
* Buatkan semacam permainan teka-teki untuknya mencari hadiah dari Anda.
* Daripada membeli hadiah ulang tahun yang mahal, buatkan pesta ulang tahun meriah di tempat yang ia sukai.


5. Apabila bahas cintanya adalah Pelayanan
* Temani ia saat mengerjakan pekerjaan rumahnya.
* Saat ia sedih atau menghadapi kesulitan, buatkan makanan kesukaannya.
* Daripada menyuruhnya tidur, gendong atau gandeng mereka ke tempat tidur.
* Saat sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah, bantu mereka memilih pakaian untuk hari itu.
* Mulai ajarkan si kecil mengasihi orang lain dengan memberi contoh membantu orang lain atau memberi sumbangan kepada orang yang kurang mampu.
* Saat si kecil sakit, angkat semangatnya dengan menonton film, membaca buku, atau masak sup yang ia sukai.
* Saat menyiapkan sarapan, makan siang, atau makan malam, selipkan makanan penutup atau camilan kesukaan mereka.

Cara mengamati bahasa cinta anak :

1.  Amati cara si Kecil mengekspresikan cintanya pada Mama
Apabila si Kecil seringkali mengucapkan “Aku sayang Mama” atau “Terima kasih Mama atas makan malam yang enak”, Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin adalah “Kata-kata Mendukung”.

2. Amati cara si Kecil mengekspresikan cinta kepada orang lain
Apabila si Kecil seringkali ingin memberikan hadiah kepada teman atau gurunya, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Pemberian Hadiah”.

3. Pelajari apa yang seringkali diminta oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering meminta Mama untuk menemaninya bermain atau membacakan cerita untuknya, maka Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin “Waktu Bersama”. Sedangkan kalau si Kecil sering meminta pendapat Mama mengenai apapun yang sedang dilakukannya, seperti “Mama suka ga sama gambarku?” atau “Bajuku bagus ga Ma?”, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Kata-kata Mendukung”.

4. Pelajari apa yang seringkali dikeluhkan oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering mengeluh mengenai kesibukan Mama atau Papa diluar rumah, seperti “Papa kok kerja terus yah” atau “Mama kok ga pernah mengajakku ke taman lagi,” maka mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Waktu Bersama”.

5. Beri 2 pilihan kepada si Kecil
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Mama bisa menanyakan apa yang diinginkan si Kecil, untuk menemukan Bahasa Cinta yang dominan padanya. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pilihan antara 2 Bahasa Cinta. Contohnya, saat Mama ada waktu luang, dapat memberi pilihan kepada si Kecil seperti “Sore ini adik mau Mama temani jalan-jalan atau mau Mama betulkan rok adik yang rusak?”, dengan memberi pilihan ini maka Mama memberikan pilihan antara Bahasa Cinta “Waktu Bersama” atau “Pelayanan”.


Sumber bacaan:

Gary Chapman & Ross campbell M.D, The 5 Love language of children, jakarta, 2014

Eric Berne, Games people Play, jakarta

Eric Berne, Transaksional Analysis, jakarta.
.

Kamis, 22 Juni 2017

Badge Komunikasi Produktif

Setelah perjuangan selama sepuluh hari, alhamdulillah..akhirnya dapat juga badge pertama.

Sempat merasa mandeg di titik menahan emosi, dan akhirnya mencoba merayap ke titik target lainnya. Yeaay i did it!
Bagde i'm responsible for my communication result ini, adalah hadiah kecil yang akan selalu mengingatkan saya tuk konsisten memperbaiki kemampuan komunikasi.

Target selanjutnya adalah konsisten menulis, supaya tidak loncat hari lagi, hihihi, semangaaat!.

Aliran Rasa Bunsay#1

Komunikasi Produktif


"Anda tahu, apa penyebab berbagai masalah di dunia ini?", Ka shanty bertanya pada kami, audience peserta pelatihan.
Ia memberi petunjuk jumlah kata dan awalannya.
"Komunikasi?", Saya balik bertanya.
"Ya, komunikasi!", Ulang Ka shanty.

Kejadian itu telah berlalu bertahun-tahun lalu, namun potongan percakapan itu terus melekat dalam benak saya. Ketika saya mengajar disekolahnya pun, dengan tegas kami diingatkan dan dilatih bagaimana cara berkomunikasi dengan orangtua murid sebelum pembagian raport. Betapa pentingnya cara berkomunikasi, apalagi mengomunikasikan hasil belajar anak pada orang tua.

Saat saya memasuki kehidupan berkeluarga, saya semakin menyadari bahwa cara saya berkomunikasi sebagai istri juga ibu, amat memengaruhi sikap dan perilaku suami dan anak-anak.
Sementara kontrol emosi begitu memengaruhi saya dalam berkomunikasi.

Ya, PR terbesar saya dalam komunikasi adalah pengendalian emosi. Tantangan 10 hari membuat saya jatuh bangun berusaha memertahankan kestabilan emosi. Saya sampai pada tahap menemukan pemicu emosi dan kini masih dalam tahapan melatih diri tuk menghindari titik-titik itu.

Meski saya mencoba memasuki poin-poin komunikasi lain, konsistensinya masih sering terbentur saat emosi saya kembali meningkat.

Jika marah adalah sebuah energi, maka selayaknya saya mengubahnya menjadi bentuk enegi yang lebih positif dan bermanfaat.
Tak mudah memang, tapi saya yakin, sepanjang keinginan untuk berubah itu ada maka harapan meraih kebaikan pun akan senantiasa ada.


Bismillah...

Minggu, 18 Juni 2017

Family: Food

Manis Gurih Si Kue Kacang

Inginnya buat kue lebaran, apadaya belum sempet aja beli bahan-bahan. Akhirnya bikin kue kacang aja deeh, kalau yang ini bahannya lengkap di lemari.

Cara membuatnya juga praktis, cukup aduk rata semua bahan, dinginkan di kulkas lalu cetak. Nah, bagian cetak ini yang harus sabar, karena teksturnya mudah hancur, agak mirip dengan adonan kue putri salju.

Oke, ini dia bahan dan cara membuatnya๐Ÿ˜‹

Bahan:
200g terigu (segitiga)
75g gula halus
125g kacang tanah disangrai, lalu diblender
1/4sdt garam
sejumput vanili
100g minyak goreng

Olesan
1/2sdm margarin
1 kuning telur

Cara membuat
Campur bahan kue, aduk rata.
Masukkan ke dalam kulkas minimal 1 jam, keluarkan lalu cetak.
Oles dengan bahan olesan yang sudah dicampur rata.
Panggang sekitar 30 menit.
Dinginkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Adonan ini jadinya sekitar 1 toples ukuran 1/2kg, lumayan deh buat cemilan berbuka nanti๐Ÿ˜€.

Happy baking๐Ÿ˜˜



Senin, 12 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #11

Games Komunikasi Produktif day 11

Bismillah,
Hari ke-11 tantangan..
Refleksi pengalaman

"Bunda lihat tadi anak-anak main apa?
"Iya"
"Dulu ay juga main kaya gitu" (memutar-mutar peganga mesin jahit)
"Ngga dimarahin?"
"Ya di marahin, kalau ketahuan sama mamah", suamiku menjawab sembari tertawa.

Ya, sabtu kemarin kami memutuskan berbuka puasa di rumah mertua, sekalian makan sahur disana.
Anak-anak , seperti biasa telihat aktif dan antusias mengelilingi rumah, bereksplorasi.
Mesin jahit itu menjadi salah satu objeknya. Terlihat sudah cukup lama tak terpakai, dan mungkin memang demikian adanya.
Berimajinasi menjadikannya kendaraan, asik sekali kelihatannya.
Bedanya jika dulu suami dilarang melakukannya, kali ini anak-anak diijinkan selama itu tidak berbahaya dan karena mesin tersebut memang sudah tidak dipakai.

Di rumah mertua, hampir setiap saat tv menyala, mungkin sebagai salah satu hiburan di rumah ini. Anak-anak yang terhitung jarang menonton tv cukup tertarik. Hingga kadang, sepertinya tanpa mereka sadari berpindah posisi semakin dekat ke tv.

Saya mengingatkannya, salah satunya dengan menjelaskan, jika nonton terlalu dekat matanya bisa rusak dan harus pakai kacamata seperti bunda. Tak selalu berhasil memang, namun itu cukup logis tuk mereka terima.

Bagi saya, point refleksi pengalaman membuat kita semestinya dapat lebih bijak memilih dan membuat keputusan.
Lewat penjelasan bahwa bunda/ayah juga pernal loh, membuat anak tak merasa sendirian. Dan lebih mudah untuk anak memilih apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

#level1
#day11
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 11 Juni 2017

Resume Kulwap: Gerbang Aqil Baligh Kedua (10-14th)

Beberapa point yang disarikan dari kulwap Gerbang Aqil Baligh bagian 2 ini antara lain:

๐Ÿ‘ฉ๐Ÿ‘จPada fase tadribat (latihan level 2), anak mulai mentrasfer value yang didapatkan di rumah dan membandingkannya dengan lingkungan.

๐Ÿ‘ฉ๐Ÿ‘จDengan posisinya sudah masuk fase menjelang taklif, persiapan menjadi hamba Allah dengan komitmen diri dan siap mengikuti syariat Allah.

๐Ÿ‘ฉ๐Ÿ‘จKetika anak sudah sampai pada fase ini, maka orang tua sudah menyiapkan anak untuk menjadi mukallaf.

Bagaimana dengan perkembangan fitrahnya? Apa saja yang dapat dipersiapkan orang tua untuk memasuki fase tersebut.

Resume selengkapnya terdapat dalam tautan berikut:

https://docs.google.com/document/d/1SAjqQXK5LaWajFH_SHX_Weruk4QSNM7Q78MGAsDJTD8/edit?usp=drivesdk

Resume Kulwap: Gerbang Aqil Baligh Pertama (7-10th)

Materi kulwap ini membahas mengenai fitrah anak (7-10th) yang perlu dikenali oleh orang tua, juga bentuk pendampingannya.

Beberapa point lain yang terdapat dalam kulwap ini adalah:

๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆ Bagaimana agar kelak anak menjalankan ibadah bukan sekadar sebagai ritual, melainkan bentuk kesadaran yang berasal dari dalam diri anak.

๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆApa yang menjadi target, serta element-element yang bisa diterapkan sebagai indikator kemampuan anak

๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ฆApa yang harus dilakukan agar anak mau berkomunikasi dengan orang tua.

Bagi saya, kulwap ini mengingatkan kembali, bagaimana semestinya dalam mendidik anak sesuai fitrah, khususny di usia yang belum dikenai kewajiban syariah, membantu saya yang tengah berdebar bersiap mengantar anak-anak memasuki gerbang aqil baligh.


Resume kulwap gerbang aqil baligh selengkapnya dapat dibaca di link berikut:

https://docs.google.com/document/d/198eh9zup1FAdwiVtoOW8a0ZlUf5sQFuTNrZ-JCVwhw8/edit?usp=drivesdk

Sabtu, 10 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #10

Games: Komunikasi Produktif day 10

Bismillah,
Hari ke-10 tantangan..
Jelas memberikan kritikan atau pujian.

Mengenai pujian dan kritikan, di usia kanak hingga remaja, saya jarang mendengar pujian dari orang tua diucapkan langsung di kepada saya.
Saya yakin, bukan berarti saya tak pernah membahagiakan atau membanggakan mereka, namun lebih pada 'kebiasaan' untuk tak memberi pujian secara langsung pada anak.

Menjelang remaja saya malah menemukan bahwa adanya tradisi untuk mengatakan hal yang sebaliknya di kalangan buyut.

Misalnya mengatakan 'koe kok elek men to cah' (red: kok kamu jelek sekali sih nak), padahal maksudnya adalah yang sebaliknya (ibu yang menjelaskan ketika saya menanyakan maksudnya, soalnya saya ngga merasa jelek-jelek amat, hehehe). Atau menemukan wajah gelisah pada ibu saat tahu saya mendapat peringkat atas dikelas, sesuatu yang amat jarang saya raih sebenarnya. Agak aneh tapi itu yang saya alami ketika kanak-kanak hingga remaja.

Saat itu terjadi saya bingung, sebenarnya apa sih yang mereka inginkan dari saya, apa ya yang bisa membuat mereka bahagia. Akhirnya saya menjadi individu yang tak peduli dengan pujian, karena tak tebiasa mendengar dan mengucapkannya.

Efeknya, hm..saya kesulitan memberi pujian secara lisan baik pada anak didik saya dulu, pada relasi, pada pasangan maupun pada anak sendiri, sedihnyaa..๐Ÿ˜ข.
Kadang ada pikiran buruk terlintas ketika seseorang memberi pujian, ini tulus atau mereka sedang mengatakan yang sebaliknya?.

Meski konon terlalu sering mendapatkan pujian yang tak spesifik dapat menumbuhkan mental anak pencari pujian. Tapi anak yang tumbuh dengan sedikit pujian akan tumbuh menjadi sosok yang merasa tak dihargai.

Bagaimana dengan kritikan? Saya masih kebagian merasakan kritikan yang tak spesifik. Tak perlu mungkin panjang lebar soal ini, karena bukan hal yang menyenangkan untuk diceritakan, meski tulisan diataspun bukan sesuatu yang menyenangkan untuk ditulis.

Yang terbaik adalah memberi pujian maupun kritik secara spesifik.

Susahkah tantangan ini?, Bagi saya iya, ya atuh namanya juga tantangan. Tapi kalau tak diubah, nantinya anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang seperti saya.

So, i must change my self first.

Belajar memaafkan masa lalu, dan belajar memuji maupun mengkritisi secara spesifik.

Curhat ala diary

Sebenarnya, banyak hal-hal kecil yang dapat dijadikan momentum untuk memberi pujian, yang selama ini terabai.

Misalnya pagi ini, kaka bilang perutnya sakit dan segera minta tolong dibantu ke kamar mandi. Fyi, sehari kemarin kaka agak diare, sering kali celananya sudah kotor dan tak memberi tahu saya. Jadi untuk saya ini adalah sebuah keberhasilan kecil kaka hari ini, layak diapresiasi.

"Sakit perutnya terasa ya ka, bunda senang karena kaka langsung bilang, jadi celana kaka tidak kotor".

Kaka terlihat tersenyum senang, apalagi ketika saya menunjukkan celananya yang masih bersih.

Begitu pula ketika saya meminta kaka mematikan lampu, dan ia segera melakukannya.

"Bunda senang, karena kaka mau mendengarkan dan langsung mengerjakan yang bunda minta, makasih ya ka", meski kali ini ia terlihat biasa saja karena tangannya sibuk menulis.

Tak hanya pujian, saya pun menyampaikan padanya, bahwa ia tak mendapat izin meminjam hp saya nanti sore, karena tak menepati janji pada saya.

Fyi, belakangan kaka dan dede sesekali meminjam hp untuk belajar mengetik, mengirim pesan, gambar atau suara. Saya tak keberatan, selagi saya memang tak menggunakan dan bisa mengawasi langsung.

Kali ini, kaka meminta ijin untuk mengambil foto tulisannya untuk di kirim ke ayah. Sayangnya, setelah menyelesaikam maksudnya, ia tak segera berhenti, malah melanjutkan menulis pesan untuk sepupunya.

"Nanti sore, bunda tidak pinjamkan kaka hp ya. Soalnya kaka tadi tidak langsung berhenti mengirim pesan saat bunda minta. Kan nanti menghabiskan kuota kaka naila".

Sedikit protes ia mendengar kata-kata saya, namun akhirnya dia tak memperpanjang rengekannya, setidaknya untuk pagi ini.

Saya harus terus berlatih, baik kemampuan mengapresiasi maupun mengkritisi, bukan pada pribadinya namun pada perbuatannya.

#level1
#day10
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip 


Jumat, 09 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #9

Games: Komunikasi Produktif day 9

Bismillah,
Hari ke-9 tantangan..
Fokus ke depan bukan masa lalu.

Adzan subuh berkumandang, saya membiarkan suami pergi terlebih dahulu ke masjid, karena ternyata kaka ingin ikut sholat di masjid jadi saya menunggu.
Di masjid kami, jeda antara adzan dan shalat hanya sekitar 5 menit, sementara perjalanan mungkin memakan waktu hampir dua menit.

Saat itu terlintas di benak saya, "Ah..sholat di rumah saja, bilang aja sama kaka kalau bunda gak jadi berangkat"

Dan, "Biar kebagian shalat qabla, harus lari nih, nanti kaka disuruh lari aja deeh".

Namun semua itu buyar,

"Hello.., apa sih yang kamu pikirkan?, Ini kesempatan loh, untuk kaka belajar sholat, dan kalau gelap gini diajak lari terus jatuh pasti semakin panjang urusannya".

Walhasil, kami berdua berjalan beriringan, bergegas namun tak berlari. Hingga akhirnya tiba di masjid, sempat shalat qabla meski nyaris berkejaran dengan iqamat. Alhamdulillah.

Setelah kembali ke rumah, ternyata kaka ingin berkreasi membuat 'brownies', padahal sebelumnya saya sudah mengiminginya akan memberi kejutan jika bisa puasa sampai pukul 10, sayang itu tak berhasil menggodanya.

Kaka mengeluarkan oreo, dan menumbuknya dengan garpu. Dilanjutkan dengan meminta selai oreo untuk dicampur kedalam adonannya, lalu memasukkan trimit dan mulai mengaduk adonan. Saya mengamatinya, berupaya menahan untuk tak berkomentar.

Kaka pernah berkata bahwa ia ingin menjadi chef, dan saya perhatikan ia tampak senang dengan apa yang tengah dilakukannya.

Meski awalnya saya tidak terlalu yakin, hasil akhirnya nanti akan dapat dimakan, jika tidak akan menjadi mubazir tentunya.

Tapi di lain sisi, mungkin ini merupakan kesempatan kaka untuk belajar, kalaupun berhasil tentu akan meningkatkan rasa pd nya, sekalipun gagal pasti ada pengalaman yang bisa dia ambil. Biarlah, ia belajar, mudah-mudahan bermafaat untuknya kelak.

Apakah kaka berhasil membuat brownies? Hihi, lebih mirip selai oreo dengan tambahan potongan wafer di dalamnya. Geli melihatnya saat mulai menyantap hasil kreasinya sendiri, "enaak", katanya sambil menyunggingkan senyum khasnya.



Curhat ala diary

Bukan sesuatu yang mudah untuk selalu melihat kedepan.
Seringkali yang terjadi adalah, saya membatasi anak-anak untuk beraktivitas pada hal-hal yang menurut saya tak bermanfaat bagi masa depan mereka.

Padahal, saya tak pernah tahu seperti apa dunia mereka nanti, kehidupan serta tantangan apa yang akan mereka hadapi nanti.

Yang bisa saya lakukan adalah mendukung mereka, membantu menumbuhkan kepercayaan diri, dan membantu mereka mengenali dan menerima kelebihan serta kekurangan diri. Agar kelak mereka dapat menghadapi kehidupan dengan lebih baik lagi.

#level1
#day9
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 08 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #8

Games: Komunikasi Produktif day 8

Bismillah,
Hari ke-8 tantangan..
Hari ini, saya mencoba beralih ke poin berikutnya, yaitu menggunakan kata 'bisa' se-bisa-mungkin yang saya bisa ๐Ÿ˜.

Mengapa saya pilih poin ini, alasannya adalah, semenjak kaka sembuh kemarin entah mengapa sifat manjanya agak muncul. Jika biasanya saat mandi ia dapat melakukannya sendiri, kali ini ia justru minta untuk dimandikan.

"Mandi sendirinya nanti sore", janjinya.

Begitu pula saat meminta untuk dibantu memakai baju, bahkan beberapa kali meminta dibawakan piring makanannya ke tempat makan dengan alasan takut pecah.

Sementara dede biasanya meminta bantuan untuk menyalakan lampu, dan mengambil gelas. Sebelumnya dede sudah berulang kali saya minta belajar untuk melakukan sendiri.

"Ayo dede harus banyak akal, apa nih akalnya dede?", pancing saya.

"Dede bisa mengambil kursi atau memakai alat bantu", saran saya.

Seringkali mama merasa saya terlalu 'keras' pada anak-anak. Tapi, menurut saya selama itu aman dan memang sebenarnya mereka mampu untuk lakukan.. kenapa tidak?

Curhat ala diary

Hari ini tiba-tiba kaka mogok sekolah.

"Aku mau istirahat sehari".

Wah, ada apa ini, saya jadi penasaran.

"Ada temenku yang nakal, suka bawa mainan, aku ngga suka", jelasnya terputus-putus.

Sejenak saya mencoba berargumen.

"Kalau gitu, besok juga kaka tidak sekolah ya? (Saya tahu, besok ada temannya yang berulang tahun)"

"Aku liburnya satu hari aja kok", jelasnya.

"Tapi, nanti hari Jumat, kaka pasti ketemu lagi dengan teman yang kaka tidak suka", lanjut saya, kaka mulai menangis.

"Aku ngga suka dia pamer, ga enak tau", isaknya sambil menangis.

"Mungkin karena dia anak daycare kak, pasti bosan seharian di sekolah, makan siang dan tidur siang di sekolah. Makanya bawa mainan. Kaka mau daycare?", Jelas saya panjang lebar, emosinya mereda, ia mencerna dan tau apa yang saya utarakan adalah sesuatu yang masuk akal untuknya.

Tak lama ia minta dibantu ayahnya untuk bersiap ke sekolah.

Bagi saya, tantangan ini bukan sekadar mengatakan 'bisa', tapi saya juga harus berusaha mencari alasan yang masuk logikanya, alasan yang tepat mengapa ia memang layak untuk 'bisa'.

#level1
#day8
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


Rabu, 07 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #7

Games: Komunikasi Produktif day 7

Bismillah,
Hari ke-7 tantangan..
Hari ini, saya mencoba beralih ke poin berikutnya, yaitu intonasi dan suara yang ramah

Naah, ini juga menantang, mengingat betapa ekspresifnya saya, kadang bisa ramah maupun judes terpengaruh emosi.

Mempertahankan intonasi dan suara yang ramah, artinya saya harus menciptakan kestabilan suasana penuh syukur dalam hati saya. Kenapa? Ya, karena bahagia (saat dimana saya merasa stabil menahan emosi) itu hanya ada dalam hati yang pandai bersyukur.

Curhat ala diary

Hal yang menurut saya menarik, yaitu saya semakin menyadari KISS dan intonasi suara yang ramah, amat dipengaruhi oleh kemampuan menahan emosi.

Malam ini sebelum tidur, akhirnya bisa berbincang berdua dengan dede. Rasa ingin tahu yang mendasari saya untuk menanyakan secara langsung pada dede, pembuktian teori yang selama ini dibaca? Ya, bisa jadi.

Sebelumnya saya bertanya, apa yang dirasakan bila bundanya berteriak padanya (saya kemudian memanggilny dengan suara agak keras).

"Takut dan marah", jawabnya setelah hilang rasa terkejutnya.
"Dan kalau bunda memanggil pelan?", Saya memanggilnya perlahan.
"Merasa senang", dede jawab dengan polos.

Betapa teriakan membuatnya merasa takut, bahkan kemudian ikut merasa marah.
Duh, semoga jawaban jujurnya bisa selalu mengingatkan saya, saat nanti saya akan marah, maupun ketika akan menggunakan nada bicara tinggi pada anak-anak.

Sepertinya saat-saat menjelang tidur, nantinya bisa lebih saya manfaatkan untuk berbicara hati ke hati dengan mereka.

#level1
#day7
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Selasa, 06 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #6

Games: Komunikasi Produktif day 6

Bismillah,
Hari ke-6 tantangan..
Hari ini, saya mencoba beralih ke poin berikutnya, saya pilih Keep Information Short and Simple (KISS).

Telah saya bahas sebelumnya bahwa saat emosi saya meningkat, maka saya cenderung banyak bicara dengan nada tinggi, ibarat lagu mungkin.. melodinya benar-benar takkan terdengat indah samasekali, hehehe.

Kali ini saya akan mencoba mengganti nyanyian sumbang saya menjadi kalimat yang lebih sederhana, karena saya sendiri pun tak yakin baik kaka dan dede memahami perkataan saya ketika marah, dududu...

Susah? Iya, karena saya harus benar-benar memikirkan apa inti kalimat yang ingin saya sampaikan.

Teknik yang saya lakukan, adalah saya akan berbicara jika anak-anak memang siap mendengarkan. Memegang tangan, atau mungkin menyentuh wajah mereka ketika saya ingin bicara, adalah cara yang saya lakukan untuk mendapatkan perhatian mereka. Selanjurnya mengutarakan apa yang saya inginkan dalam kalimat sederhana.

Dan jika memang berupa kalimat majemuk (biasanya berupa instruksi pada kaka), maka saya akan memberi jeda di antara dua kalimat.

Terakhir, yang saya lakukan adalah konfirmasi. Saya meminta anak untuk mengulang informasi yang baru mereka dapatkan. Jika belum yakin, maka saya akan mengulangi pernyataan dan kembali meminta mereka mengulang informasi.

Sebenarnya yang agak saya khawatirkan adalah komunikasi disaat emosi saya tengah tinggi.

 Namun 5 hari latihan mengendalikan emosi, dengan berdiam dulu ketika marah, semoga dapat membantu saya lebih baik dalam menjalankan KISS.

Curhat ala diary

Bagi saya, yang menarik disini, dengan menerapkan KISS, apa yang saya utarakan jadi lebih jelas dan terarah, hal ini berlaku khususnya untuk dede yang berusia 4,5 tahun.

Meski kadang lupa dengan tantangan ini, yang pasti, tak banyak energi terbuang untuk marah maupun berbicara dengan nada tinggi.

#level1
#day6
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #5

Games: Komunikasi Produktif day #5

Bismillah,
Hari ke-5 tantangan..

Benar dugaan saya, dede kesepian. Beberapa kali saya memergokinya mengganggu kaka, yang tentu saja dibalas dengan enggan oleh kaka. Sikapnya membuat saya beberapa kali menegur dede, meski tak menghentikannya bersikap usil.

Keisengannya sempat terhenti, ketika saya atau suami mengajaknya bermain. Ya, memang dunianya adalah dunia bermain, tentu lebih menyenangkan saat ada yang menemani.

Dan, ah..kaka, betapa bundamu ini kini menyadari, kaka yang seringkali memegang kendali emosi bunda. Ijinkan mulai kini, bunda yang memegang kendalinya, 6 tahun bunda cukupkan kau berada dalam pelukan bunda yang seringkali tak dapat menahan emosi, mulai kini ingatkan jika bunda terlihat mulai marah ya.

Hari ini, saya merasa lebih stabil, lebih tenang dibandingkan hari-hari yang lalu.

Menahan emosi, mungkin akan selalu menjadi pr dalam perjalanan hidup saya.
Yang pasti saya tak ingin kelemahan saya ini menular pada orang-orang yang saya sayangi. Karena lisan yang tak terjaga ketika marah akan menimbulkan bekas luka yang mungkin akan berbekas selamanya.

#level1
#day5
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 05 Juni 2017

Saat Buka Bersama Menjadi Ajang Membuka Kenangan Lama


Berat sebetulnya buat ikut acara ini, karena ninggalin kk yg agak demam, takut banyak yg ga kenal trus mati gaya, cuaca pun mendukung (baca: mendung). Tapi, ternyata memang itu hambatan yg datang dari diri sendiri.

Setelah memberi kepercayaan penuh ke ay @adinegara81 , dan diniatkan untuk silaturahim, bismillah... Dan acaranya, alhamdulillah berkesan, rasanya seperti masuk sekolah lagi, tentu dengan membawa sedikit memori dari 15 tahun yg lalu.

Ada kejutan yang manis, ada haru biru, juga rindu yang hadir dalam menit-menit yang berlari membawa kami ke penghujung acara.

Meski jalan kita berbeda dan takkan pernah bisa kembali ke sana. Ingatlah kita pernah berjabat tangan, dan mengakhirinya dengan senyuman yang manis.

#buka bersama
#buka kenangan lama
#bukbar SMUN 10 Bandung angkatan 2002
#Prime Park Hotel Bandung
#030617

Minggu, 04 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #4

Games: Komunikasi Produktif day 4

Bismillah,
Hari ke-4 tantangan..

Kaka demam tinggi, bagi saya rasanya seperti kehilangan teman debat yang selalu meramaikan hari-hari saya. Ia selalu pandai berargumen, dengan saya maupun adik semata wayangnya. Sepi saat ia terbaring lemah seperti saat ini.

Dede mungkin yang paling kehilangan teman bermain. Beberapa kali dede berusaha menggoda kaka, namun berakhir dengan kegagalan. Itu juga yang membuat dede rewel disiang hari. Bentuk mencari perhatian karena tak ada kawan. Namun demikian, saat rewel dede lebih mudah untuk dialihkan. Yaa, untuk usia dede (4,5 th), bila ia mulai rewel, memaksa untuk meminta sesuatu, saya maupun suami lebih sering mengalihkan perhatiannya dan biasanya bisa berhasil. Dan kalaupun dede masih mendesak meminta sesuatu, maka saya akan memberi penjelasan serta jeda (mungkin diisinya dengan tangis dan rengekan), membiarkan ia untuk memahami perlahan.

Curhat Ala Diary

Yang menarik, emosi bila dihadapi dengan emosi, takkan menghasilkan solusi. Salahsatu pihak harus berusaha untuk mengalah, yang terbaik bila keduanya berlapang dada untuk saling mendengar dan mencari solusi bersama.
Saat anak sedang sakit khususnya, kedua orang tua harus sama-sama saling mendukung, saling memahami serta bekerjasama, karena kelelahan merawat bisa menjadi pemicu emosi yang labil.

Saya masih menggunakan teknik, bicara saat mereka siap untuk mendengarkan seperti hari sebelumnya. Dan sepertinya hal ini cukup efektif, menciptakan suasana yang cukup kondusif dirumah.

#level1
#day4
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 03 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #3

Games: Komunikasi Produktif day 3

Bismillah,
Hari ke-3 tantangan..

Tak bolehkah marah?

Saya yakin setiap orang pernah marah, namun seni nya yang berbeda.
Ada yang begitu ekspresif raut wajahnya ketika marah, ekspresif melalui tutur kata, atau bahkan secara fisik.

Mereka yang hebat adalah yang diam dalam marahnya, tapi bukan berarti mereka tak marah.

Tak bolehkah marah?

Yang saya rasa ketika harus menghadapi tantangan ini adalah, saya tak cukup kuat, merasa belum mampu menahan emosi diri, menghadapi dua anak lelaki yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.

Tak bolehkah marah?

Hari ini dan seterusnya, mungkin saya masih akan marah, namun saya akan mencoba mengubah cara saya marah.

Dan ketika marah, diam itu adalah emas.
Dan ketika marah, saya harus sadar bahwa segala yang terjadi adalah atas izin Allah.
Dan ketika marah, saya harus menyadari bahwa ia dapat menular.

Jadi, haruskah saya marah?

Curhat ala diary

Hari ini, hanya setengah hari bersama anak-anak, karena suami mengizinkan saya mengikuti buka bersama tanpa anak-anak. Konflik hari ini hanya terjadi saat anak-anak menunggu jam berbuka dan saat meminta saya untuk tidak pergi bukber. Meski berkonflik, namun tetap berjalan cukup tenang, saya masih dapat menahan diri untuk tidak marah pada mereka.

Hal yang baru adalah, saya mencoba lebih menjaga lisan. Saat mereka mulai rewel, saya berusaha menahan diri untuk tak banyak berkomentar, mendengarkan namun tak membalas kata.  Mereka sebenarnya hanya perlu waktu dan pengulangan penjelasan saat mereka sedang tenang. Hari ini saya layak mendapat 3 ๐Ÿ˜Š.

#level1
#day3
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 02 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #2

Games: Komunikasi Produktif day 2

Bismillah,
Jika kemarin dibuka dengan drama, pagi ini cenderung tenang.

Ba'da ashar, kaka dan dede mulai bersikap tak sabar ketika saya dan suami menyiapkan kudapan untuk berbuka puasa.
Lelah, memicu saya agak emosi sore tadi.
Dan bisa ditebak, saya mendapatkan 3 emot ๐Ÿ˜ž.

Rupanya saya kelelahan, meski inginnya mencoba menahan marah, namun bahasa tubuh tak dapat berbohong.

Misi tak tercapai hari ini, saya harus berusaha lebih keras lagi esok tuk menahan emosi.

#level1
#day2
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Kamis, 01 Juni 2017

My Journey: Menaklukkan Hambatan Komunikasi #1

Games: Komunikasi Produktif day 1


Bismillah,
Pagi ini saya niatkan untuk memecah kebuntuan kemarin. Saya memutuskan untuk berfokus pada poin mengendalikan emosi pada bagian komunikasi produktif pada anak, dan poin intensity of eye contact pada bagian komunikasi produktif pada pasangan.

Alhamdulillah, Kaka dan dede hari ini tak terlalu sukar diajak bangun sahur.

Tak sampai lima menit kemudian, tangisan mulai terdengar saat kaka meminta reward puasa untuk dijadikan makanan sahur. Saya bertahan, dan berusaha menjelaskan bahwa reward didapatkan jika kaka sudah mau berusaha untuk berpuasa.  Saya tahu konflik ini akan berlangsung agak lama seperti hari sebelumnya, saat kaka meminta padahal ia tidak ikut berpuasa.

Emosi saya mulai naik, saat mendengar kaka terus menangis dan nyaris berteriak di pagi ini.

Saya tahu, tak bisa lari sejenak masuk kamar atau apapun itu, yang bisa saya lakukan hanya menarik nafas dalam, berusaha tersenyum, tak menaikkan intonasi bicara saya sembari beraktivitas mempersiapkan sahur.

Kaka terus merengek nyaris setengah jam lamanya. Saya mencoba memberi tahu bahwa saya memahami perasaannya.

"Kaka suka ya, iya, nanti kaka dapat kalau sudah saatnya berbuka".

Saya berusaha meyakinkan kaka, tangisan dan rengekannya takkan memengaruhi keputusan saya.

Lima belas menit menjelang adzan, kaka berhenti merengek, dan mulai memakan sahurnya. Tak lagi kaka merengek meminta yang sejak tadi ia ributkan, alhamdulillah.


Curhat ala diary

Petualangan menaklukkan games hari ini, membuat saya menemukan beberapa hal, yakni:

Saat saya memutuskan fokus menahan emosi dan menulis tentangnya, justru dalam dua hari kaka dan dede bersikap tidak tenang, seolah siap menguji apa yang tengah saya tulis, ini menarik bagi saya.

Saat berkomunikasi bersama suami, saya mendapatkan fakta bahwa ia cenderung tidak menatap lawan bicaranya, ketika berbicara atau bercerita  panjang, menurutnya itu adalah proses yang dilakukannya sembari memikirkan apa yang harus diucapkan. Meski begitu, saya tetap melakukan intensity of eye contact ketika berkomunikasi dengannya.

Sedangkan perubahan yang saya coba lakukan adalah, saat marah, setelah berusaha menenangkan diri, saya mencoba melambatkan bicara dan menahan diri untuk tak menggunakan intonasi tinggi, bicara sambil duduk.

Akhirnya, tiba waktu assessment menjelang tidur. Saya meminta anak-anak dan suami untuk mereview hari, bagaimana saya ketika tengah marah di hari ini. Dan alhamdulillah, hari ini mereka bertiga kompak memberikan emot ๐Ÿ˜Š.
Rasanya? Tentu sangat bersyukur, meski awalnya tak yakin dapat 3 emot ๐Ÿ˜Š, semoga saya dapat menaklukkan tantangan berikutnya, aamiin.




#level1
#day1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip 

My Journey: Menaklukan Hambatan Komunikasi

Games: Komunikasi Produktif day 0


Akhir bulan Mei dibuka manis dengan tantangan 10 hari materi komunikasi produktif, ya saya kembali memasuki kelas Bunda Sayang Intitut Ibu Profesional.
Dari sekitar 16 poin yang dapat dipilih, poin mengendalikan emosi yang saya ambil sebagai tantangan pertama.

Sejujurnya alasan utamanya adalah saya masih merasa kesulitan mengendalikan amarah. Saya pernah berusaha membuat tantangan mengendalikan emosi, sayangnya belum konsiten dan tak terdokumentasi dengan baik, akibatnya hasilnyapun tak optimal.

Kali ini ibarat sekali merengkuh dayung, sembari mengerjakan tugas sekaligus diniatkan sebagai ibadah di bulan ramadhan, semoga dapat membantu saya dalam memperbaiki manajemen emosi diri.

Untuk menjalankan tantangan mengendalikan emosi, saya akan mempraktikkan metoda yang dijelaskan oleh bubu wiwik di acara kopdar kelas matrikulasi batch#3 IIP resume sharing kopdar , yaitu:

Temukan Pemicukenali signalambil jarakkomunikasikan ke anak: ibu perlu waktu menenangkan dirireleasingbernafas sadar

Bentuk kegiatan yang saya lakukan untuk evaluasi adalah:  di akhir hari menjelang tidur saya akan menanyakan pada suami dan kedua anak saya, apakah saya membentak, menyakiti secara fisik, atau marah pada mereka. Mereka dapat menempelkan emoticon ๐Ÿ˜Š atau ๐Ÿ˜  sesuai dengan pendapat masing-masing di lembaran evaluasi
.
Saya dapat melanjutkan ke point selanjutnya jika konsisten mendapatkan ๐Ÿ˜Š di 3 kotak secara vertikal selama 3 hari berturut-turut.

Sebelumnya tentang komunikasi yang saya lakukan (pre games 1)

Saya mungkin termasuk ibu yang cerewet pada anak, saya bisa berbicara perlahan namun bisa juga semakin cepat dan intonasi meninggi saat marah. Seberapa sering saya marah? Mungkin cukup sering, karena saya perhatikan kedua anak saya tak jarang bicara berteriak baik saat gembira (oke, ini wajar) dan saat sedang marah (ini yang membuat saya khawatir).
Pada dasarnya saya pendiam dan lebih suka jika berkomunikasi tertulis, apalagi jika menyampaikan uneg-uneg pada suami, dan saya tidak suka jika diminta mengulang-ulang kata-kata (tapi saya tau, tak selamanya komunikasi tulis berjalan tanpa hambatan).

Curhat ala diary

Pagi hingga siang, saya dapat berkomunikasi dengan baik khususnya dengan kaka, mencoba mengobrol dengan metode observasi, dan memang kaka lebih terbuka menceritakan kegiatan sekolahnya. Sayangnya siang menjelang sore, seiring tubuh yang mulai lelah dan lapar (hehehe), kesabaran menurun, dan entah seolah tahu keadaan saya, anak-anak justru semakin aktif memancing marah, dan saya meledak sore itu. Muncul pikiran untuk segera mengganti poin dengan yang lebih mudah untuk dilakukan, namun setelah berkali-kali membaca.. ya.. memang poin terpentinglah yang justru harus ditaklukkan.

Mungkin akan menjadi salah satu tantangan yang paling menantang di minggu ini, bismillah...

Hal yang menarik itu adalah, saya semakin menyadari, saat sedang tidak marah dan dapat menggunakan nalar dengan baik, tanpa banyak kesulitan dapat memilih diksi yang baik ketika bertutur.
Sayangnya ketika terpicu untuk marah (saya masih kesulitan tuk menghindar), saya menemukan diri melakukan komunikasi tak produktif: bicara cepat dengan nada yang meninggi.

Saya belajar untuk menahan emosi, tapi rasanya masih gagal, belum ada perubahan signifikan di hari ini. Hari ini saya belum konsisten mengambil jarak ketika pemicu marah datang. Saya berpikir untuk mengganti saja dengan poin yang terlihat lebih mudah, namun tiba-tiba suami menunjukkan sebuah video tuk saya simak


Marah memang memendekkan nalar, membuat kata yang tak layak, dapat terlontar dengan mudah. Kata-kata bisa membangun bahkan menghancurkan masa depan seorang anak, maka dari itu lebih baik diam ketika marah.

Tampaknya saya harus kembali lagi, berusaha lebih keras tuk mengalahkan tantangan ini.
#level1
#day0
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip