Rabu, 30 Agustus 2017

Aliran Rasa Bunsay#3

Bismillah,

Fampro.. kala pertama mendengarnya, saya mengira ini mengenai sesuatu yang besar.

Lalu terlintas ragu,
Rumit kah? Dapatkah kami melakukannya?

Namun setelah mencerna lebih lama, ternyata fampro diawali dari sesuatu yang sederhana.

Dimulai dengan menangkap masalah, lalu yang biasanya saya atau suami tangani sendiri, kini kami berusaha melibatkan seluruh anggota keluarga kecil kami.

Banyak cerita sebenarnya, dari tiga project yang kami capai hingga hari ini, dengan satu project yang masih terus berjalan.

Pertama, jumat berbagi, dengan sedikit persiapan kami belajar berbagi pada petugas kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal kami. Sedikit demi sedikit mengembangkan kecerdasan sosial pada anak-anak, menumbuhkan rasa peduli meski bentuknya masih sederhana.

Kedua, manager cilik dimana hingga hari ini kami masih berusaha mengajarkan bagaimana cara mengelola uang, dengan memercayakan uang saku pada anak-anak dan membiasakan mereka menyisihkan uangnya untuk ditabung dan sodaqoh. Kami berusaha menyentuh sisi kecerdasan intelektual, melalui belajar berhitung sederhana dan memperkenalkan kecerdasan finansial pada anak-anak, mulai dari bagaimana cara mengelola uang saku mereka.

Ketiga, little chef, kami berempat membuat kue kering bersama. Project yang mengingatkan saya untuk kembali mempelajari kompro. Project yang melatih kemandirian, keberanian, serta kerjasama kami berempat. Project terakhir, sebelum suami kembali bekerja setelah jeda yang cukup panjang pasca operasi aclnya.


Melalui fampro, kami belajar terbuka saat membicarakan ide, saling memberi kepercayaan, membuat kami lebih dekat, saling memperhatikan satu sama lain. Meski mungkin masih jauh dari sempurna.

Alhamdulillah, Allah masih memberikan kami kesempatan untuk terus belajar bersama...

Minggu, 20 Agustus 2017

My Journey: Family Project day10

"Duh ay, kayanya proyeknya salah nih", keluh saya pada suami.

"Gapapa, memang mereka lagi masanya bermain", ia menjawab.

Saya memandangi tumpukan cucian piring, dan oven yang masih terisi kue yang sedang dipanggang, yups this is our 3rd family project...


Little Chef

Melanjutkan proyek hari ke-9, saat semua bahan sudah tersedia bunda sempat ragu akankah membuat dua jenis kue yang berbeda, sanggupkah? Melihat ayah dan anak-anak yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, jadilah bunda memulai membuat nastar sendiri.

Saat asik membentuk adonan, tiba-tiba Barra datang ingin bergabung dan oke bunda mengiyakan.

Jelang pukul sepuluh dan ayah mulai bersiap dengan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kastengel oow.. yang mana dulu yaa?

Akhirnya sedikit memaksa, bunda mengajak kaka untuk bergabung sekalian. Walau awalnya menolak, tapi akhirnya kaka mau juga bergabung. Naah mari kita mulai.

Tugas pertama adalah memarut edam. Ayah memberi contoh, lalu selanjutnya secara bergiliran Bumi dan Barra mencoba memarut keju. Naah, belum lama berselang, karena kurang hati-hati tangan Bumi luka terkena parutan, langsung deh Bunda beralih jadi perawat yang mengobati tangan Bumi, sementara tugas dilanjutkan oleh Barra. Berkali-kali ayah mengingatkan untuk berhati-hati atau berhenti jika keju sudah semakin kecil. Tak lama tugas memarut keju pun selesai.

Bagian kedua timbang-menimbang bahan, ayah kembali mengambil alih, karena kali ini kami akan menggunakan resep nenek kembar (mertua) dan ayah yang lebih tahu takarannya.

Bumi mulai membantu mengambilkan bahan-bahan yang diperlukan, sementara Barra sesekali membantu membentuk nastar.

Beberapa kali Bumi mulai rewel, meminta agar saya membantunya membuat kue cokelat seperti i kemarin, namun saya tolak karena rasanya akan semakin sulit jika menambah satu jenis kue sementara yang ada dihadapan belum juga tuntas.

Rewelnya mulai mereda saat kami meminta Bumi membantu membentuk adonan kastengel. Bentuk versi bumi tentunya dengan ukuran jumbo hampir sebesar ibu jari, sedangkan barra membentuk kecil-kecil.

Sepanjang proyek berlangsung sebenarnya bunda berusaha untuk mempraktikkan kompro, namun rasanya tumpukan adonan yang belum selesai dibentuk dan rewelnya kaka membuat nada suara bunda sempat meninggi, wah apakan pertanda bahwa bunda masih belum dapat bekerja dibawah tekanan? Atau memang project yang sedang dilakukan sedikit diluar kemampuan?

Mengobrol dengan ayah yang tadi sempat menghela nafas ketika Barra sedikit mengganggunya, membuat bunda tersadar sepertinya yang kami lakukan memang sedikit berlebihan untuk anak-anak. Memang asyik, namun durasinya terlalu lama.

Tapi semua kesibukan itu terbayar, ketika kue keluar dari oven. Abaikan bentuk yang agak kurang wajar, yang pasti nastar dan kastengel hasil project hari ini yummmmy 😋.



Master Mind Fampro #3 Little Chef

a. Pengalaman menarik selama menjalankan proyek ini sesungguhnya sangat menyenangkan tak ada yang menolak ketika diajak memasak.

b. Hal baik dari kegiatan proyek keluarga ini anak-anak dapat melatih fokus, keberanian dan rasa pd. Untuk saya dan suami, kami berlatih memberikan kepercayaan pada anak-anak. Misalnya saat kemarin saya meminta Bumi memotong coklat dengan menggunakan pisau, atau ketika meminta anak-anak memarut keju, meski tak selamanya berjalan seperti yang kami harapkan.

c. Hal baik yang akan dilakukan di kegiatan berikutnya, seandainya berupa kegiatan memasak, maka saya akan lebih memerhatikan durasi, agar anak-anak terhindar dari rasa jenuh saat beraktivitas bersama.

#Day10
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Sabtu, 19 Agustus 2017

My Journey: Family Project day9

Akhir pekan artinya anak-anak tidak mendapat uang saku. Ayah dan Bunda menyempatkan berbincang sejenak untuk mengatur project di akhir pekan, dan hasilnya kami sepakat mengisi akhir pekan dengan proyek kue kering.

Karena ayah dan anak-anak suka ngemil, bunda pun belakangan mulai giat  mencoba beberapa resep kue dan camilan di rumah. Biasanya bunda membuatnya menjelang hari raya, tapi kali ini boleh deh membuat kue bersama.

Karena ayah dan Bumi doyan kastengel, sementara bunda dan Barra suka nastar, jadi dua kue kering ini yang akan menjadi obyek project ketiga kami.


Pagi hari, sementara anak-anak ikut kakung pergi olah raga, bunda mengecek kebutuhan bahan yang masih tersedia. Kebetulan bunda kehabisan margarin, edam dan telor. Untuk selai nanas, rencananya bunda mau minta bantuan para koki cilik untuk membuat selai bersama-sama.

Targetnya, minimal hari ini bahan yang diperlukan terkumpul, dan selai nanas berhasil dibuat. Untuk pembagian tugas, kali ini ayah dan bunda yang jadi chef utama, dan anak-anak bertugas menjadi asisten chef.

Little Chef

Menjelang siang, bunda mengajak anak-anak mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue, sayangnya ayah tidak bisa ikut nih, okey kali ini bunda, Bumi dan Barra dulu deh yang jalan.

Hasil perburuan bahan kue sedikit mengecewakan nih, tempat jualan nanas ternyata tutup, tampaknya proses membuat selai nanas harus di skip, bunda menggantinya dengan selai instan. Bunda juga membeli satu bahan kue yang sebenarnya tidak diperlukan untuk membuat nastar dan kastengel: coklat.

Perjalanan membeli bahan kue pun mempunyai keseruan tersendiri, karena nyaris sepanjang perjalanan Bumi dan Barra berdebat, saling senggol pokoknya nggak akur banget deh.

Sesampainya di rumah, bunda segera minta bantuan little chef, tapi sebelumnya harus cuci tangan dulu tentunya.


Kali ini kaka bertugas mencincang coklat yang akan dilelehkan, sementara dede membuka bungkusan biskuit panjang. Mereka berhenti bertengkar dan segera asyik dengan tugas masing-masing, sambil sesekali memasukkan potongan coklat atau biskuit kedalam mulutnya.


Setelah coklat dilelehkan, Bumi dan Barra bergantian mengoles biskuit dengan lapisan coklat.


Sederhana, namun mereka tampak menyukainya. Selesai dengan dua bungkus biskuit, dengan hati-hati kaka membawa hasil kerjanya untuk dicoba bersama ayah. Yummy😆.

#Day9
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Jumat, 18 Agustus 2017

My Journey: Family Project day8

Manager Cilik day5

Hari ini bunda mengosongkan simpanan anak-anak, setelah memberi uang saku hari Jumat dan menyalurkan sesuai peruntukannya. Giliran anak-anak menyetorkan tabungan dan shodaqoh yang telah terkumpul untuk dibawa ke sekolah.

Manajer Bumi
Dihari terakhir minggu ini Bumi membagi uang sakunya menjadi dua bagian, yaitu tabungan dan sodaqoh masing-masing seribu rupiah. Ia tak mengambil bagian uang saku, karena hingga kemarin kaka masih belum menjajankan uang sakunya sebesar 6.000 rupiah.
Total tabungan dan shodaqoh yang berhasil kaka sisihkan dari uang saku, masing-masing 2.500 rupiah. Hadiah dari uti kemarin juga ikut ditabungkan di sekolah.

Manajer Barra
Barra menyisihkan tabungan dan shodaqoh dari uang sakunya masing-masing 5 ratus rupiah, sebesar seribu rupiah untuk jajan.
Totak tabungan dan shodaqoh yang dede sisihkan, masing-masing sebesar 3.000 rupiah.

Bunda Bank
Project ini sebenarnya cukup membuat bunda sedikit lieur terutama dalam menyediakan uang receh. Pencatatan yang terperinci sangat bermanfaat untuk memudahkan pembagian uang di akhir minggu.
Alhamdulillah, perubahan yang mulai terlihat adalah anak-anak mulai menghargai uang receh yang selama ini mungkin tak begitu bernilai bagi mereka.

#Day8
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Kamis, 17 Agustus 2017

My Journey: Family Project day7

Bumi dan Barra, masing-masing dengan cara membuat keputusan yang berbeda, masing-masing unik.
Barra yang membagi uang sakunya menjadi 3 bagian, dan benar-benar membelanjakan uang yang dialokasikan untuk jajan hingga habis.
Sementara Bumi, meski hanya menyisihkan sedikit uangnya untuk tabungan, namun justru tidak menggunakan uang jajannya, ia kumpulkan hingga mencapai 4 ribu rupiah. Dugaan saya, ia melakukannya agar dapat membeli sesuatu yang diinginkannya.

Manager Cilik day4

Perayaan hari kemerdekaan RI membuat anak-anak bersemangat keluar rumah, pengalaman tahun lalu kegiatan di RW kami cukup ramai meski anak-anak tidak ikut lomba.

Menjelang siang anak-anak kembali lagi ke rumah, setelah melihat kegiatan di lapangan.

"Bunda.. mau jajan, beli es krim" kata kaka telihat terburu-buru.

"Tadi banyak yang jualan di bazaar", tambah suami.

Ini mengingatkan saya, bahwa hari ini mereka belum mendapat uang saku. Segera kami mengajak anak-anak berkumpul sebelum melanjutkan aktivitas bermainnya.

Kalau dipikir kembali, yang terasa dari proyek ini adalah, saya dan suami menjadi saling bahu-membahu mengendalikan keinginan anak-anak untuk jajan. Kami sama-sama memiliki patokan pengeluaran harian anak-anak. Mereka pun lebih mudah untuk diingatkan jika hendak membeli sesuatu.
Biasanya, justru pada hari libur seperti ini lah kami sebagai orang tua diuji dengan komitmen kami pada anak-anak.

Manajer Bumi
Kali ini kaka memilih untuk mengambil seluruh uang sakunya untuk jajan.

Manajer Barra
Barra membagi uang saku seperti hari-hari sebelumnya.

Bunda Bank
Bunda tidak bisa memaksa anak-anak untuk mengalokasikan uang sakunya untuk menabung atau apapun itu.
Tapi kali ini bunda lebih fokus pada mengenalkan anak-anak pada subtitusi uang logam dan kertas. 
Bunda berusaha memberi contoh menukarkan 2 lembar uang ribuan dan dua keping 5 ratusan dengan selembar uang lima ribu rupiah. Meski belum yakin apakah kaka dan dede memahami konsep ini, tugas bunda dan ayah selanjutnya adalah melakukan pengulangan agar anak-anak lebih paham lagi nantinya.

#Day7
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Rabu, 16 Agustus 2017

My Journey: Family Project day6


Barra agak kecewa kemarin, karena makanan yang ia inginkan sudah habis di warung. Jadilah Barra membelanjakannya untuk membeli uang-uangan, lumayan laah dengan seribu rupiah bisa dapat 8 ratus ribu 😅.
Saya jadi berfikir, mungkin project ini cukup memengaruhinya, hingga ia memilih mainan yang satu itu. 
Sedangkan Bumi akhirnya samasekali tak membelanjakan uang sakunya hingga jam bermain usai.

Sorenya mereka mendapat uang masing-masing dua ribu rupiah dari tantenya. Kaka kelihatan senang, meski belum tahu akan digunakan untuk apa uang yang ia dapat.

Saya sendiri juga kepo, apa yang akan mereka lakukan dengan uang sakunya hari ini😊.


Manager Cilik day3

Pagi yang sibuk, jadi kami baru membicarakan proyek ini setelah anak-anak siap untuk berangkat sekolah.
Ayah mulai menerangkan jumlah uang yang dimiliki anak-anak hari ini, dan sayapun segera menanyakan penggunaan dan mencatatkannya.


Manajer Bumi
Dari 5 ribu rupiah (seribu sisa hari yang lalu, 2 ribu dari tantenya dan 2 ribu uang saku hari ini) yang diterima hari ini, ia menyisihkan 500 rupiah untuk ditabung dan 500 rupiah untuk sodaqoh. Sisanya sebesar 4 ribu rupiah ia gunakan sebagai uang saku yang dapat dibelanjakan.
Kaka berencana membeli minuman teh sendiri, tapi untuk itu ia masih harus menabung satu hari lagi, karena harga tehnya 5 ribu rupiah.


Manajer Barra
Dari 4 ribu yang diterimanya hari ini (2 ribu dari tante, 2 ribu uang saku), ia menyisihkan masing-masing seribu rupiah untuk menabung dan sodaqoh.


Bunda Bank
Catatan bunda hari ini jumlah saldo Barra ada diatas Bumi dengan selisih 5 ratus rupiah. 
Kemarin sebelum tidur bunda membacakan sebuah cerita enid blyton, tentang seorang anak yang diminta menabung oleh kakeknya, namun ia gagal menabung karena ternyata uang tabungannya selalu digunakan untuk membantu orang lain. Bunda sih belum menanyakan pendapat anak-anak mengenai cerita tersebut, tapi pesan moral yang bunda tarik adalah bagus kalau kau bisa menabung, tapi jauh lebih bagus jika kau dapat mengelola uangmu dengan benar (dalam hal ini menolong orang lain yang lebih membutuhkan). Bunda penasaran, mungkinkah ada salah satu dari anak-anak ini yang terinspirasi dengan cerita yang bunda bacakan, hm...

#Day6
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Selasa, 15 Agustus 2017

My Journey: Family Project day5


Kemarin akhirnya anak-anak belajar membelanjakan uang sakunya setelah sebagian ditabung dan diaimpan untuk sodaqoh.

Bagi saya, project ini sangat membantu, khususnya ketika anak-anak meminta jajan sepulang sekolah, saya mengingatkan bahwa mereka sudah memiliki uang saku dan jika ingin membeli, maka mereka harus menabung terlebih dahulu.

Kemarin Barra meminta bantuan saya ketika ingin membelanjakan uangnya, ia belajar tentang harga makanan yang ia pilih, dan berapa jumlah makanan yang ia dapat beli dengan uang sebesar seribu rupiah.

Sementara Bumi, membelanjakan sendiri uangnya tanpa meminta diantar, meskipun akhirnya saya mengikutinya dari belakang dan ternyata ia mendapat bantuan dari temannya.

Manager Cilik day2

Pagi ini kami kumpul berempat, ayah yang bertugas menjadi direktur keuangan memberikan uang saku pecahan uang sebesar dua ribu rupiah pada Bumi dan Barra. Sementara saya bagian pencatatan keuangan, begitu anak-anak mendapatkan uang saku, saya segera menanyakan apakah ada yang akan disisihkan atau tidak.


Manajer Bumi
Bumi menyisihkan uangnya seperti hari sebelumnya, meskipun awalnya ia ingin membelanjakan uang sakunya untuk membeli dua jenis makanan yang ternyata harganya melebihi uang jajan. Akhirnya Bumi memilih untuk membelanjakannya membeli makanan seperti kemarin saja.


Manajer Barra
Barra menyisihkan uangnya dengan komposisi sama seperti hari sebelumnya. Sepertinya ia mulai dapat mengikuti kegiatan ini.


Bunda Bank
Hari ini baik uang tabungan maupun shodaqoh terus bertambah. Bumi maupun Barra sepertinya sudah merasa cukup dengan membelanjakan uang seribu rupiahnya. Mereka tak meminta tambahan atau jajanan lainnya, kalaupun habis atau ingin jajan, bunda mengingatkan bahwa mereka tadi sudah membelanjakan uang sakunya.
Sedikit demi sedikit, bunda khususnya mulai menikmati manfaat family project kedua ini.

#Day5
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Senin, 14 Agustus 2017

My Journey: Family Project day4

Qadarullah Sabtu dan Minggu kami padat merayap, sehingga tak cukup banyak waktu yang kami miliki untuk sounding para calon manajer cilik kami.

Namun justru kesibukan itu menyadarkan saya bahwa proyek yang akan kami lakukan memang benar-benar penting dan dibutuhkan oleh kedua anak kami.


Manager Cilik day1

Pagi ini kami kumpul berempat, kembali mengulangi penjelasan apa yang akan kami lakukan.

Recehan 2 ribu berupa koin yang kami sediakan untuk hari ini. Awalnya saya ingin membiarkan anak-anak memegang uangnya seharian baru kemudian sisanya digunakan untuk sodaqoh dan menabung, namun akhirnya saya mengganti strategi, nampaknya tabungan dan sodaqoh yang saya minta terlebih dahulu sebelum untuk keperluan lainnya.

Manajer Bumi
Awalnya Bumi menyisihkan 3 koinnya untuk sodaqoh, satu koin untuk ditabung. Dan ketika saya jelaskan bahwa ia tak memiliki uang untuk jajan, ia terlihat kebingungan.
Saya beralih pada Barra, dan membiarkannya berfikir sejenak.
Pada akhirnya, terinspirasi dengan yang dilakukan Barra akhirnya Bumi menyisihkan untuk tabunga dan sodaqoh masing-masing sebesar 500 rupiah, sisanya untuk jajan.


Manajer Barra
Sepertinya sejak awal Barra sudah merencanakan menggunakan seluruh uangnya untuk jajan. Ia terlihat agak keberatan saat saya memintanya menyisihkan uang untuk sodaqoh dan menabung. 
Hihihi, geli melihatnya.
Akhirnya ia menyisihkan uang untuk sodaqoh dan menabung, masing-masing 5 ratus rupiah, dan seribu untuk jajan.

Bunda Bank
Agak geli sebetulnya memberi judul bank, tapi kalau celengan atau simpanan, kesannya jadi punya saya uangnya hihihi.
Nah, karena sebagai bank tugas bunda menyimpan, menukar dan mencatat uang anak-anak setiap hari. 
Sederhana saja sih pencatatannya, saya mencatatkan tanggal, besarnya uang yang ditabung dan disodaqohkan bila hari itu tidak langsung dikenclengkan di sekolah.

Agar tidak tercecer, uang untuk jajan saya simpan dalam kantung plastik dan tidak boleh dibawa sekolah
Project Family ke-2 ini sangat menantang bagi saya khususnya, saya dan suami sebagai leader harus terus membimbing mereka agar kelak dapat menjadi manager keuangan yang handal, minimal bagi diri sendiri.

#Day4
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

My Journey: Family Project day3

Kencleng Harian dan Recehan Bunda

Awalnya adalah sebuah kericuhan di Jumat pagi, kaka menolak recehan yang saya beri untuk sodaqoh di sekolah.

"Aku mau uang kertas, yang warna biru", ujarnya memaksa.

Selidik dari ceritanya, nampaknya ia merasa iri dengan temannya yang memasukkan uang kertas kedalam kotak kencleng harian.

Kalau itu penyebabnya, bunda khawatir bahwa kaka membawa uang kencleng untuk sekadar dipamerkan pada teman-teman yang lain.

Dialog panjang kami sampai pada kata 'tidak', dan ia akhirnya sepakat meski terpaksa.

Saat rapat sekolah sebelumnya, saya mencatat bahwa kencleng di sekolah itu tujuannya adalah agar anak berlatih berbagi dan mengesampingkan besarannya.

Manager Cilik

Usai mengantar anak-anak sekolah, terlintas ide untuk mengenalkan anak pada uang. Ya, selama ini mereka selalu dibantu ketika hendak membeli sesuatu, tidak pernah membelanjakan sendiri uangnya. Wajar jika kaka masih belum memahami besaran mata uang yang kami ributkan tadi.

Saat itu saya gunakan bersama suami untuk merancang proyek kedua keluarga kami, yaitu 'Manager Cilik'. Untuk proyek kedua ini kami mengalokasikan waktu selama satu bulan untuk anak-anak belajar mengelola uang saku yang kami berikan.
Pembagian tugasnya sebagai berikut:
Ayah: direktur keuangan
Bunda: akuntan
Bumi dan Barra: manager keuangan cilik

Sore harinya, saya mencoba memberi penjelasan pada anak-anak mengenai proyek kedua kami. Bahwa ayah dan bunda akan memberi Bumi dan Barra uang saku di hari Senin hingga Jumat. Uang saku sebesar 2 ribu rupiah itu dapat digunakan untuk jajan, menabung atau sodaqoh.

Kami juga berusaha mengenalkan bahwa uang yang terkumpul nantinya dapat ditukarkan dengan uang kertas. Misalnya dua koin lima ratusan dapat ditukarkan dengan selembar uang seribu, meski rasanya butuh banyak pengulangan sebelum kami melaksanakan rencana kami di hari Senin.

#Day3
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Jumat, 11 Agustus 2017

My Journey: Family Project day2

Hari ini kami melaksanakan rencana proyek keluarga yang kami bincangkan kemarin, yaitu 'Jumat Berbagi'.


Jumat Berbagi

Jelang adzan subuh Barra bangun, usai shalat dengan semangat ia mengajak saya untuk membeli nasi bungkus, rupanya ia ingat dengan proyek kami hari ini. Saya memintanya bersiap, sembari membangunkan Bumi. Saat tahu bahwa saya dan Barra akan pergi keluar, kaka segera bangun karena ternyata ingin ikut juga. Saya sedikit terkejut, karena biasanya kaka susah diajak bangun pagi, semenjak memulai hobi barunya: bersepeda.


Akhirnya kami bertiga berangkat membeli beberapa bungkus nasi, gelak tawa mereka berdua memecah heningnya pagi yang masih temaram.
Meski akhirnya saya juga yang memesan dan membayar, tapi semangat anak-anak dan suami yang datang menyusul ikut pagi tadi membuat suasana lebih hangat.


Pukul setengah 6 kami berempat sudah siap mengantarkan nasi bungkus, menembus sejuknya pagi yang belum disinari mentari menuju tempat pembuangan sampah sementara di lingkungan tempat tinggal kami.
Ada seorang petugas yang tengah menyapu halaman tps. Melihat kami ia segera mendatangi kami sembari bertanya.

"Mau buang sampah bu? Biar saya aja yang ambil".

"Bukan pak, ini ada sedikit nasi bungkus untuk bapak dan teman-teman sarapan".

Bapak petugas tampak sedikit terkejut, kemudian berterimakasih.
Kami pun segera berpamitan pulang, di jalan suami berbisik.

"Bun, ga sempat difoto".

Hihihi tak apalah, meski tak terdokumentasikan tapi saya yakin ini terekam dalam ingatan anak-anak.

Pagi itu saat sarapan, saya gunakan untuk menanyakan pada anak-anak apa yang mereka rasakan.

"Senang, soalnya berbagi", kata Bumi

"Iya, berkah ya..", lanjut Barra, membuat saya tersenyum.

"Lain kali, dede yang pesan makanannya ya, dan kaka yang bilang sama orang yang dikasih", mereka mengiyakan.

Ada beberapa yang saya dan suami sadari mengenai beberapa kekurangan dari proyek kami hari ini.

Pertama, persiapannya kurang, mungkin lain kali kami akan mencoba membuat sendiri makanan yang akan dibagikan agar lebih terasa kebersamaannya. 
Kedua, mungkin akan memberikannya secara menyebar, dan anak-anak mencoba membagikan sendiri.

Master Mind Fampro #1 Jumat Berbagi

a. Pengalaman menarik selama menjalankan projek ini, adalah suami tampak antusias mengkuti family project ini, dengan mengajukan diri sebagai pj transportasi dan dokumentasi. Anak-anak pun terlihat bersemangat dengan rencana yang kami buat kemarin.

b. Hal baik dari kegiatan proyek keluarga ini membuat kami merasa bersemangat.
Anak-anak belajar berani dan berbagi meski masih tahap memperkenalkan, karena mereka belum melakukannya tugasnya sendiri.

c. Hal baik yang akan dilakukan di kegiatan berikutnya adalah:
Mencoba kegiatan berbagi, dengan membuat sendiri makanan yg akan diberikan. 
Bumi dan Barra mencoba langsung untuk berkomunikasi baik saat membeli atau memberikan sesuatu pada orang lain yang mungkin belum dikenalnya

#Day2
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Kamis, 10 Agustus 2017

My Journey: Family Project day1

Setelah seminggu rehat dari blog, kali ini saya mulai kembali dengan cerita perjalanan kami mencoba membuat family project. Ya, tantangan ke-3 kuliah kelas Bunsay 3 IIP ini adalah membuat proyek keluarga.

Nah, apa sih family project itu? Family Project merupakan aktivitas yang secara sadar dibicarakan bersama, dikerjakan bersama oleh seluruh atau sebagian anggota keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Hari pertama tantangan, kami mengadakan family forum untuk menentukan ide dan rencana pelaksanaan proyek pertama keluarga kami.

Family Forum

Siang ini sembari makan siang, saya manfaatkan sebagai ajang family forum, bersama Bumi dan Barra. Sebagai catatan, sebelumnya saya dan suami sudah terlebih dahulu mencari beberapa ide untuk disampaikan pada anak-anak. Kali ini kami memilih jumat berbagi sebagai proyek keluarga pertama.

Awalnya saya ajak mereka bersyukur, karena masih bisa menikmati  rejeki berupa makanan siang ini. Saya lemparkan wacana tentang orang-orang yang mungkin kurang beruntung, sehingga untuk sarapan mereka harus bekerja terlebih dahulu.
Kaka Bumi mengiyakan, dan menyampaikan empatinya, sementara Barra hanya menyimak.

"Kaka tahu mang Ihin, petugas kebersihan? Dulu bunda pernah lihat mang Ihin berhenti dekat gerobaknya lalu makan, mungkin belum sarapan ya kak. Gimana kalau besok kita berbagi sarapan pagi untuk mang Ihin dan teman-temannya?".

Kaka mengiyakan, sambil menyebut juga beberapa nama orang yang ia kenal dan nampak layak dibantu.

"Atau kita bisa menghias biskuit, untuk dibagi ke teman-teman kaka di sekolah atau di rumah, itu juga berbagi", saya mengajukan ide lainnya.

"Kasih mang Ihin saja", kaka memutuskan.

Kami melanjutkan diskusi dengan menentukan jenis makanan serta siapa yang akan membeli dan membantu menyerahkannya nanti, kebetulan saat itu suami ikut bergabung sehingga anggota diskusi lebih lengkap.

Akhirnya kami sepakat bahwa Barra akan membantu membeli nasi bungkus besok pagi ditemani Bunda, dengan Bunda sebagai penanggung jawab keuangan. Ayah bertanggung jawab di bagian transportasi dan dokumentasi, dan rencananya Bumi yang akan menyerahkannya.

Tanpa dokumentasi, siang ini kami berhasil mencapai kesepakatan proyek pertama kami.

Bismillah, semoga Allah memudahkan urusan kami.


#Day1
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP

Kamis, 03 Agustus 2017

Aliran Rasa Bunsay#2

Bismillah,
Selama dua minggu melatih kemandirian anak, saya mencoba melatih kemampuan anak-anak saat aktivitas rutin bangun dan sebelum tidur juga ketika makan.

Proses yang tidak mudah tentunya, kegagalan tak sedikit terjadi, nyaris putusasa pun dialami. Satu jurus terakhir yang saya gunakan saat benar-benar terpojok adalah 'karena bunda tak bisa selalu bersamamu dan bunda khawatir padamu'. Dengan jurus itu, biasanya anak-anak pada akhirnya mau mencoba.

Beberapa hasil yang kami petik antara lain:
- kebiasaan baru kami menjelang tidur, yaitu menggosok gigi. Lucunya, saya sendiri yang merasa malu kalau rasa 'malas' menghampiri. Sejak awal berlatih mandiri, kami belum sekalipun bolos menggosok gigi sebelum tidur, yeaaay😁.
- kaka bisa memasang sprei sendiri, meski kebiasaan ngompolnya belum bisa stop, tapi sekarang kaka sudah bisa pasang sprei sendiri loh. Jadi teringat drama di awal berlatih sampai akhirnya kaka bisa menemukan caranya sendiri, goodjob ka😘
- untuk hal makan, saya yakin anak-anak bisa melakukannya sendiri, mulai mengambil piring, nasi, lauk, sendok, makan sendiri, menjumputi makanan yang berceceran sampai akhirnya menaruh piring di tempat cuci. Kendala terbesarnya adalah: saya. Ya, saya nih yang masih memakai alasan 'efektivitas waktu', sehingga kegiatan 'menyuap' masih berjalan, padahal disekolah mereka bisa mandiri 🙈.

Tugas saya masih banyak tentunya dalam mengajarkan dan mengaplikasikan kemandirian ini, manajemen waktu dan komunikasi produktif tentu masih mengekor. Tapi insyaAllah, saya akan terus berusaha, karena saya tau pasti ada batas usia yang membayangi di setiap langkah saya, dan ada mereka yang layak untuk dapat hidup mandiri di masa depannya kelak.


#Aliranrasa
#melatihkemandirian
#gamelevel2
#bundaSayang
#IIP
#KuliahBunsayIIP