Selasa, 28 Februari 2017

Resume Review NiceHomeWork#2

KELAS MATRIKULASI BATCH 3
INSTITUT IBU PROFESIONAL – Bandung 1
Fasilitator : Wiwik Wulansari, Ismi Fauziah
Ketua Kelas : Derini Handayani
Koord. Mingguan : Ziyana Nur Hida
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

Resume Review NHW #2
⁠⁠⁠📚NICE HOMEWORK #2📚
MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA
6 Februari 2017

NICE HOME WORK #2
Bunda, setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga. Pekan ini kita akan belajar membuat
“CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”
a. Sebagai individu
b. Sebagai istri
c. Sebagai ibu
Buatlah indikator yg kita sendiri bisa menjalankannya. Buat anda yang sudah berkeluarga, tanyakan kepada suami, indikator istri semacam apa sebenarnya yang bisa membuat dirinya bahagia, tanyakan kepada anak-anak, indikator ibu semacam apa sebenarnya yang bisa membuat mereka bahagia.Jadikanlah jawaban-jawaban mereka sebagai referensi pembuatan checklist kita.
Buat anda yang masih sendiri, maka buatlah indikator diri dan pakailah permainan “andaikata aku menjadi istri” apa yang harus aku lakukan, “andaikata kelak aku menjadi ibu”, apa yang harus aku lakukan.
Kita belajar membuat "Indikator" untuk diri sendiri.
Kunci dari membuat Indikator kita singkat menjadi SMART yaitu:
- SPECIFIK (unik/detil)
- MEASURABLE (terukur, contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar)
- ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah)
- REALISTIC (Berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari)
- TIMEBOND ( Berikan batas waktu)

☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

📝CHECKLIST PEREMPUAN PROFESIONAL📝

Pertama yang akan kami katakan adalah SALUT untuk para bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional yang berhasil mengalahkan "rasa" berat untuk mengerjakan nice homework#2 ini. Kalau di Jawa ada pepatah  yang mengatakan "Ojo kalah karo wegah" (Jangan mau kalah dengan rasa malas).  Karena sebenarnya kalau urusan membuat checklist profesionalisme ini bukan MAMPU atau TIDAK MAMPU melainkan MAU atau TIDAK MAU. Terbukti teman-teman bisa melakukannya di tengah kesibukan yang luar biasa.


Kami sangat menghargai proses teman-teman membuat checklist profesionalisme ini. Mulai dari menanti-nanti jawaban dari suami dan anak bagi yang sudah berkeluarga, maupun melakukan kesungguhan bermain “andaikata aku menjadi istri dan ibu” bagi yang sedang dalam proses memantaskan diri membangun keluarga. Ada yang terkaget-kaget dengan banyaknya list jawaban dari suami dan anak-anak, ada juga yang bingung dengan jawaban dari para suami dan anak, karena terlalu sederhananya keinginan mereka terhadap kita, demi sebuah kebahagiaan.


KOMITMEN DAN KONSISTEN


Dua kata itulah yang akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam membuat checklist profesionalisme ini. Buatlah komitmen setahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan kita, kemudian belajar istiqomah, konsisten menjalankannya. 


Konsistensi kita terhadap sebuah komitmen yang indikatornya kita susun sendiri, akan menjadi pondasi kita dalam menyusun “DEEP HABIT” yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dibangun secara terus menerus untuk mendukung aktivitas yang membutuhkan fokus, ketajaman berpikir dan benar-benar krusial untuk hidup kita. 
Selama ini disadari atau tidak banyak diantara kita memaknai aktivitas sehari-hari mendidik anak dan mengelola keluarga sebagai aktivitas  “Shallow Work”, yaitu aktivitas yang dangkal, tidak fokus, penuh distraksi (gangguan-gangguan) sehingga tidak memunculkan perubahan besar dalam hidup kita, bahkan banyak yang cenderung bosan dengan kesehariannya.

Selama ini status-status dangkal yang terus mengalir di sosial media seperti Facebook (FB) ditambah puluhan notifikasi whatsapp (WA) sering membuat kita terjebak dalam “shallow activities”, kelihatan sibuk menghabiskan waktu, tetapi sebenarnya tidak memberikan hasil nyata bagi perubahan hidup kita.

Harapan kami dengan adanya Checklist Profesionalisme Perempuan ini, teman-teman akan lebih fokus dalam proses “peningkatan kualitas diri” kita sebagai perempuan, istri dan ibu, meski kita menggunakan media WA dan FB sebagai kendaraan belajar kita, Sehinga bisa mengubah aktivitas yang dulunya masuk kategori “SHALLOW WORK” menjadi “DEEP WORK” (aktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita). 


Untuk itu mari kita lihat kembali Checklist kita :

🍀1.Apakah kalimat-kalimat di checklist itu sudah spesifik? misal kalimat "akan mengurangi aktivitas gadget selama di rumah" akan lebih baik anda ganti dengan, setiap hari akan menentukan Gadget hours selama 2 jam.


🍀2.Apakah kalimat-kalimat di checklist  sudah terukur? misal "Menyelenggarakan aktivitas ngobrol di keluarga", akan lebih baik kalau diganti dengan " Sehari minimal menyelenggarakan 1 x family forum (ngobrol) di rumah bersama keluarga"


🍀3.Apakah checklist yang kita tulis mudah dikerjakan dengan tambahan sedikit usaha? Misal sehari akan membaca 2 buah buku tentang pendidikan? ukur diri kita apakah mungkin? karena selama ini sehari-harinya kita hanya bisa membaca paling banyak 10 halaman. Maka akan lebih baik kalau anda ganti. Membaca 15 lembar buku parenting setiap harinya. 

Sesuatu yang terlalu susah diraih itu akan membuat kita stress dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa, tetapi sesuatu yang sangat mudah diraih itu akan membuat kita menyepelekan. 

Kembali ke istilah jawa ini namanya "gayuk...gayuk tuna" (contoh kasus, kita mau ambil mangga di pohon yang posisinya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berusaha dengan satu lompatan, mangga itu akan bisa teraih. Tidak juga terlalu pendek, sambil jalan aja kita bisa memetik mangga tersebut. Biasanya jadi tidak menghargai proses)


🍀4. Apakah tantangan yang kita tulis di checklist ini merupakan tantangan-tantangan yang kita hadapi sehari-hari? misal anda adalah orang yang susah disiplin selama ini. maka sangat pas kalau di checklist anda tulis, akan berusaha tepat waktu di setiap mendatangi acara IIP baik offline maupun online. Jadi jelas memang akan menyelesaikan tantangan yang ada selama ini.


🍀5. Berikan batas waktu pada proses latihan ini di checklist. Misal akan membaca satu buku satu minggu selama bulan November. Akan belajar tepat waktu selama 1 bulan pertama mulai Pebruari 2017.
Kelima hal tersebut di atas akan memudahkan kita pada proses evaluasi nantinya. 
Silakan teman-teman  lihat  kembali checklist masing-masing. Kita akan mulai melihat seberapa bekerjanya checklist itu untuk perkembangan diri kita. 

Silakan di print out, dan ditempel di tempat yang kita lihat setiap hari. 
Ijinkan suami dan anak-anak memberikan penilaian sesuai dengan yang kita tentukan. Andaikata tidak ada yang mau menilai, maka diri andalah yang paling berhak menilai perkembangan kita. 

Berusaha JUJUR kepada diri sendiri. 

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/

🗓🗓Sumber Bacaan :
Deep Work, Cal Newport, E book, akses 30 Oktober 2016.
Materi “MENJADI IBU PROFESIONAL” program Matrikulasi IIP, batch #3, 2016
Hasil Nice Home Work #3, peserta program Matrikulasi IIP batch #3, 2017

☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

Resume Tanya Jawab Review NHW#2

1⃣ Teh Shiva Ulya
Saya tipe yang biasa membikin target2 tapi berkali2 gagal juga untuk melaksanakannya...Tips apa yang Kira2 cocok untuk saya?
1⃣ dear teh shiva, kalau saya ikut apa yang diajarkan ibu septi, untuk melaksanakan 1 target terlebih dahulu dan mmbuatnya mnjadi kebiasaan dgn melakukannya selama 90 hari berturut-turut.
kalau gagal, maka esoknya dimulai lg hari ke-1. kalau udah bisa konsisten selama 26hari. bisa nmbah kebiasaan baru.
dan jika gagal, maka saya anggap sebagai hasil yang belum sesuai harapan.. kadang terasa lelah, saya rehat. saya beri apresiasi buat diri sendiri, tepukan, pujian, kadang coklat untuk membahagiakan diri
yg pasti saya meyakini, bahwa Allah menilai proses, bukan hasilnya.
mungkin dalam perjalanan nanti teteh akan nemuin metode yg pas,yang aku banget itu kaya gimana 


2⃣ Teh Nurita AR
Review nhw#2 membuat saya bolak-balik mengecek kembali tabel indikator yang telah saya buat. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana cara menentukan waktu ideal untuk melakukan evaluasi terhadap checklist yang telah saya kerjakan?
2⃣ dear teh nurita, saya rasa evaluasi kita sendiri yg lebih paham kapan waktu terbaiknya. harian sebelum tidur kah, weekend saat me time kah, dst.. atau evaluasi mau di masukkan dalam checklist? 
3⃣ Teh Nafsa Karima
Teh Wiwik punya tips ga gimana biar terus semangat untuk komitmen dan konsisten menjalankan indikator yang sudah kita buat sendiri?
Ketika semangat mengendur, mungkinkah karena komitmennya belum kuat ya teh?
3⃣ Dear teh nafsa, mungkin checklistnya kebanyakan? atau terlalu tinggi sehingga kita kelelahan?..
4⃣ Teh Prita Annisa
Sejauh mana kita bisa menambah indikator profesionalisme? Sesuai kemampuan saja apakah ada saran 'persentase', misalnya setelah sekian persen indikator sudah konsisten tanpa melihat catatan, baru boleh menambah indikator?
Terimakasih
4⃣ dear teh prita, saya belum tau jawbannya dan berapa persentasenya untuk nambah indikator baru. saya rasa jika ada 1 indikator yang sudah menjadi deep work dan konsisten silakan menambah lagi 
5⃣ Teh Rachmi Nurhalima
- Seandainya dalam indikator ceklist itu ternyata kita belum berhasil melaksanakan? Apa yang harus kita lakukan setelah evaluasi? Adakah semacam punishment untuk diri kita pribadi atau bagaimana?
- berbicara soal punishment boleh kah sebenrnya dalam dunia parenting kita menerapkan sistem reward and punishment kepada anak?
Terimakasih
5⃣ dear teh Rachmi, yang saya pelajari di iip, untuk mndidik anak tidak disarankan reward dan punishment karena bisa mematikan fitrah dan motivasi internal.
yang ada adalah kesepakatan.
apa bedanya?
kesepakatan ini dibicarakan baik-baik di awal. misal, setelah anak tau pentingnya sikat gigi sebelun tidur, kita komunikasikn bahwa setiap hari kita akan mnggosok gigi sebelum tidur, kalau kakak ga mau sikat gigi gimana ya?
kalau si anak terlihat bingung, dan belum bisa bikin kesepakatan, kita yang buatin..misal kalau saya: berarti bobonya ga dikamar ibu ya? atau kesepakatan lain.
jadi bukan tiba-tiba kok kakak ga sikat gigi? kakak tidak boleh tidur dikamar ibu.
begitupun dengan kita, kalau saya namainnya kesepakatan juga 
6⃣ Teh Intan Fajar
Saya bikin checklist indikator hanya beberapa item dari 'tipe profesional' yang saya harapkan pada diri saya..
Ada beberapa indikator yang saya skip agar tidak terlalu banyak dan tidak membuat stress, seperti yang disebutkan di review sehingga kita malah tidak melakukan apa-apa..
Bagaimana sebaiknya item indikator yang saya skip tersebut, apakah perlu saya rolling per pekan/bu
6⃣ dear teh intan, latih menjadi habit kebiasaan yg kita tulis kalau sudah menjadi habit,tambahkan item baru 
7⃣ Teh Ita Rosita
Berhubungan dgn Komitmen dan Konsisten, sy berusaha untuk belajar untuk disiplin. Tp kad hbs ang kala kondisi fisik yg seharian bekerja diluar menjadikan tidak bisa kondusif dlm Komitmen yg ingin dilaksanakan. Seperti halny, sy ingin Secara rutin untuk bisa menemani anak2 belajar n membacakan buku menjelang tidur. Tp sering kali mata tidak kuat menahan kantuk... jg ketika saya ingin berkomitmen untuk menyelesaikan tugas selepas tidur anak2... malah saya sering ikut tertidur karena lelah...
Sedangkan waktu yg ada untuk keluarga hanya d waktu pagi dan sore selepas pulang Kantor. waktu terasa padat. Adakah solusi atau pengalaman teteh dalam hal ini??
Untuk mengerjakan NHW sy perlu waktu untuk fokus dan konsentrasi, karena saya merasa di IIP semua ilmuny hrs lsg d Aplikasikan dan harus ada komitmen Dan Konsisten... tp terkendala dengan hal di atas... terutama pada saat awal bulan, tuntutan di Kantor sangat banyak, bagaimana ya...Sy ingin bs lebih baik... ☹
7⃣ dear teh Ita, ilmu di iip itu prinsipnya one bite at one time..sedikit dulu dilahap, lalu praktek. supaya fokus.
untuk indikator sebagai ibu, mungkin bisa disiasati gini teh, saat pulang capek, bonding dengan anak bisa dilakukan dengan ngobrol, "hari ini ada kejadian seru ga?" atau teteh dl yg mulai cerita ttg dikantor, liat apa misalnya dijalan.
setelah ngobrol segera tidur cepet, supaya bisa bangun awal. manfaatkn bangun diawal ini untuk rapi-rapi dan nemenin anak bngun tidur, ajak ngobrol lagi atau bacain cerita.
saya pernah denger cerita, ada ibu single fighter bekerja, beliau kesulitan nemuin waktu untuk membersamai anaknya. beliau membersamainya dengan mngajak mereka ngobrol saat si anak tdur. satu satu kmar anknya didatangi.
walau waktu bersama kurang, tapi ikatan ibu anak tetap kuat. wallahualam
kalau di weekday waktu bersama anak terasa kurang, manfaatkan saat weekend. jngan lupa berbagi peran dengan suami.
saya pun kalau lelah minta izin tidur siang ke anak saya yg 5 dan 2.5th..yg pasti saat lelah, terima rasa lelahnya,ikhlas bahwa sebagai manusia kita punya btasan. jangan sampai malah menghakimi diri.
8⃣ Teh Ani Siti
1. Dulu saat saya baru berhenti bekerja, sempat berada dalam situasi "Shallow Work" berasa bosan dengan aktifitas sehari2 dalam rumah tangga. Sebenarnya apa saja pencegahan, penyebab dan cara mengatasi saat "shallow work" terjadi?
2. Dalam menjalankan checklist yang dibuat, perlukah punishment dan reward? Jika perlu, baiknya seperti apa?
8⃣ Dear teh Ani, shallow work biasanya terjadi kalau kita tidak punya tujuan, jadi tidak punya rencana. mau sukses apa saya hari ini?.. kalau tidak ada kesuksesan yang ingin diraih, biasanya terjebak di keadaan shallow work.
maka, manajemen waktu dan cut off time menjadi kunci agar yang kita kerjakan tetap ON Track.
2. lihat jawaban sebelumnya.
9⃣ Teh Prita Annisa
Kalau untuk ngasih kesepakatan idealnya dr usia berapa ya?
9⃣ jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi
10. Teh Ziyana Nur
1. Adakah kata terlambat dalam pembuatan checklist??
2. Dan kapan kah seharusnya pembuatan checklist dilakukan??
3. Adakah kewajiban suami juga membuat checklist??
1. terlambat bagaimana maksudnya teh? saya rasa terlambat itu jika kita tidak pernah memulainya.
2. checklist itu soal pemahaman, kebiasaan dan pengalaman kita. misal, seperti membuat mind map kehidupan, baru saya ketahui ketika membaca novel ayat-ayat cinta-nya kang Abik. kalau sekarang kita baru ngeh pentingnya mmbuat checklist, lakukan dari sekarang. semoga anak-anak kita yg melihatnya dari sekarang, tertular ingin punya checklist semenjak belia.
3. kalau suami punya juga atas keinginannya sendiri atau kesepakatan saat ngobrol family forum itu bagus sekali. tapi kalo engga, ya gpp. selama kita para istri selalu bersungguh-sungguh belajar, memperbaiki diri dan berubah. maka Allah-lah yang akan memantaskan pendamping kita. hak kita berubah, hak Allah mengubah.

Sumber: Notulensi korming 2 MATRIKULASI IIP batch#3 BANDUNG 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar