Selasa, 28 Februari 2017

Resume Review NiceHomeWork#1

KELAS MATRIKULASI BATCH 3
INSTITUT IBU PROFESIONAL – Bandung 1
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
Resume Review NHW #1
⁠⁠⁠📚*NICE HOMEWORK #1*📚
ADAB MENUNTUT ILMU
24 Januari 2017
Fasilitator : Wiwik Wulansari, Ismi Fauziah
Ketua Kelas : Derini Handayani
Koord. Mingguan : Afina Raditya
Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional Batch #3, kini sampailah kita pada tahap menguatkan ilmu yang kita dapatkan kemarin, dalam bentuk tugas.
Tugas ini kita namakan NICE HOMEWORK dan disingkat menjadi NHW.
Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, NHW nya adalah sbb:
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
ADAB SEBELUM ILMU
Disusun oleh : Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional
🍃Review Nice Home Work #1
Apa kabar bunda dan calon bunda peserta Matrikulasi IIP Batch #3?
Tidak terasa sudah 1 pekan kita bersama dalam forum belajar ini. Terima kasih untuk seluruh peserta yang sudah “berjibaku” dengan berbagai cara agar dapat memenuhi “Nice Homework” kita. Mulai dari yang bingung mau ditulis dimana, belum tahu caranya posting sampai dengan hebohnya dikejar deadline:). Insya Allah kehebohan di tahap awal ini, akan membuat kita semua banyak belajar hal baru, dan terus semangat sampai akhir program.
🍃Di NHW#1 ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena kita hanya diminta untuk fokus pada ilmu-ilmu yang memang akan kita tekuni di Universitas Kehidupan ini. Yang diperlukan hanya dua yaitu FOKUS dan PERCAYA DIRI. Jangan sampai saat kuliah dulu kita salah jurusan, bekerja salah profesi, sekarang mengulang cara yang sama saat menapaki kuliah di universitas kehidupan, tapi mengaharapkan hasil yang berbeda. Kalau pak Einstein menamakan hal ini sebagai “INSANITY”
INSANITY : DOING THE SAME THING OVER AND OVER AGAIN,AND EXPECTING DIFFERENT RESULT - Albert Einstein
Setelah kami cermati , ada beberapa peserta yang langsung menemukan jawabannya karena memang sehari-hari sudah menggeluti hal tersebut. Ada juga yang masih mencari-cari, karena menganggap semua ilmu itu penting.
Banyak diantara kita menganggap semua ilmu itu penting tapi lupa menentukan prioritas. Hal inilah yang menyebabkan hidup kita tidak fokus, semua ilmu ingin dipelajari, dan berhenti pada sebuah “kegalauan” karena terkena “tsunami informasi”.
Yang lebih parah lagi adalah munculnya penyakit “FOMO” (Fear of Missing Out), yaitu penyakit ketakutan ketinggalan informasi. Penyakit ini juga membuat penderitanya merasa ingin terus mengetahui apa yang dilakukan orang lain di media sosial. FOMO ini biasanya menimbulkan penyakit berikutnya yaitu”NOMOFOBIA”, rasa takut berlebihan apabila kehilangan atau hidup tanpa telepon seluler pintar kita.
Matrikulasi IIP batch#3 ini akan mengajak para bunda untuk kembali sehat menanggapi sebuah informasi online. Karena sebenarnya sebagai peserta kita hanya perlu komitmen waktu 2-4 jam per minggu saja, yaitu saat diskusi materi dan pembahasan review, setelah itu segera kerjakan NHW anda, posting dan selesai, cepatlah beralih ke kegiatan offline lagi tanpa ponsel atau kembali ke kegiatan online dimana kita fokus pada informasi seputar jurusan ilmu yang kita ambil. Hal tersebut harus diniatkan sebagai investasi waktu dan ilmu dalam rangka menambah jam terbang kita.
Katakan pada godaan ilmu/informasi yang lain yang tidak selaras dengan jurusan yang kita ambil, dengan kalimat sakti ini :
*MENARIK, TAPI TIDAK TERTARIK*
Apa pentingnya menentukan jurusan ilmu dalam universitas kehidupan ini?
JURUSAN ILMU YANG KITA TENTUKAN DENGAN SEBUAH KESADARAN TINGGI DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN INI, AKAN MENDORONG KITA UNTUK MENEMUKAN PERAN HIDUP DI MUKA BUMI INI.
Sebuah alasan kuat yang sudah kita tuliskan kepada pilihan ilmu tersebut, jadikanlah sebagai bahan bakar semangat kita dalam menyelesaikan proses pembelajaran kita di kehidupan ini.
Sedangkan strategi yang sudah kita susun untuk mencapai ilmu tersebut adalah cara/kendaraan yang akan kita gunakan untuk mempermudah kita sampai pada tujuan pencapaian hidup dengan ilmu tersebut.
Sejatinya,
SEMAKIN KITA GIAT MENUNTUT ILMU, SEMAKIN DEKAT KITA KEPADA SUMBER DARI SEGALA SUMBER ILMU, YAITU “DIA” YANG MAHA MEMILIKI ILMU
Indikator orang yang menuntut ilmu dengan benar adalah terjadi perubahan dalam dirinya menuju ke arah yang lebih baik.
Tetapi di Institut Ibu Profesional ini, kita bisa memulai perubahan justru sebelum proses menuntut ilmu. Kita yang dulu sekedar menuntut ilmu, bahkan menggunakan berbagai cara kurang tepat, maka sekarang berubah ke Adab menuntut ilmu yang baik dan benar, agar keberkahan ilmu tersebut mewarnai perjalanan hidup kita.
MENUNTUT ILMU ADALAH PROSES KITA UNTUK MENINGKATKAN KEMULIAAN HIDUP, MAKA CARILAH DENGAN CARA-CARA YANG MULIA
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber Bacaan :
Hasil Penelitian “the stress and wellbeing” secure Envoy, Kompas, Jakarta, 2015
Materi “ADAB MENUNTUT ILMU” program Matrikulasi IIP, batch #3, 2017
Hasil Nice Home Work #1, peserta program Matrikulasi IIP batch #3, 2017
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
Resume Tanya Jawab Review NHW#1
*Pertanyaan 1.* Nurita
Pada materi#1 kita diminta untuk fokus dan pd pada 1 jurusan ilmu yang akan diambil dalam universitas kehidupan.
Seandainya saya memilih untuk fokus dengan ilmu agama Islam, lalu saya sampai pada ayat yang memerintahkan manusia untuk tidak menyia-nyiakan waktu (manajemen), kemudian saya melanjutkan langkah belajar saya dengan memperdalam ilmu manajemen. Nah, apakah itu menandakan bahwa saya tidak fokus?
(1). Apakah sebaiknya saya tunda memperdalam mempelajari ilmu manajemen tersebut?
(2). Jika memang harus menundanya, kapan waktu yang tepat untuk belajar ilmu manajemen, atau ilmu lainnya?
(3). Sedangkan saya sendiri berfikir bahwa dalam mempelajari ilmu agama itu tidak akan ada habisnya dan akan sangat berhubungan (terintegrasi) dengan ilmu-ilmu lainnya.
Mohon pencerahannya, nuhun🙏
*Jawab‬:*
Teh nurita, agama adalah pegangan hidup, pedoman kita. Untuk selalu berada di jalan yang lurus, kita sangat butuh agama. Apakah ini termasuk tidak fokus? dikembalikan lagi ke diri kita. Tanya diri teteh sendiri. Fokus mempelajari ilmunya untuk memahami ayat ayat Allah ya mba, itu sudah fokus yang sangat bagus mba.
(1) Untuk memperkuat fokus yang kita ambil itu boleh mba, oh memanaje waktu itu begini begini, lalu dipraktekan kembali ke jurusan awal. Bukan lalu melebar kemana-mana.
Dalam belajar fokus ternyata saya harus baca bolak balik 10 ayat 30 menit, harus menulis pemahaman saya ttg 10 ayat selama 20 menit. Jadi dalam sehari saya bisa fokus untuk fokus memahami 10 ayat Allah. Contohnya semacam itu.
(2) Dalam sejalannya waktu, kita pasti akan banyak mempelajari ilmu, banyak menerima ilmu, tapi tentukan 1 saja yang fokus. Yang terus menerus kita perdalam. Pasti akan banyak ilmu yang berkaitan dengan fokus ilmu kita.
 (3) Nah ini yang saya bilang di awal, untuk belajar ilmu lain pun kita butuh agama, jadi kalau teteh sudah tentukan ingin fokus mendalami memahami ayat Allah, lanjutkan mba, jangan banyak galau dulu di awal.
*Pertanyaan 2.* Rachmi
- sebelumnya maaf saya bercerita.. Suatu hari saya pernah ketinggalan hp saya pas berangkat ke tempat kerja. Sesampainy d tmpat kerja saya bru sadar hp tertinggal dan langsung saya minta tlong ke karyawan untuk ambil hp yg tertinggal drumah.padahal saya kerja hanya 4-5jam. Rasanya memang sperti ada yang kurang.
Apakah itu salah satu gejala nomofobia?
Dan jika iya, bagaimana cara mengatasinya agar tidak was2 khawatir tertinggal informasi, atau tkut ada yg menghubungi dll?
- tadi dikatakan bahwa yang dibutuhkan itu hanya 2hal yaitu fokus dan percaya diri.bagaimana cara menumbuhkan kembali fokus dan rasa percaya diri kita seandainya ditengah perjalanan pembelajaran itu kita jadi agak "berbelok,tidak fokus dan down" karena ada kesalahan yang kita lakukan atau karena cobaan/ujian yang ada?
- bagaimana sikap kita terhadap ilmu2 lain selain yang ingin kita ingin prioritaskan d univ kehidupan inu. Sedangkan kita juga merasa sangat butuh mempelajari ilmu tersebut?
Hatur nuhun teh😊punten banyak😬
*Jawab‬:*
(1) Menurut saya iya mba hehehe.... Ah saya juga sepertinya sama mba. Tipsnya adalah coba sekali kali matikan internet kita dalam 1/2 hari. Tetap nyala untuk tetap bisa telfon dan sms. Saya pernah coba, awalnya ikutan Ibu Septi, GFoS (Gadget Free On Sunday), eh ternyata enak ya. Kita jadi ga banyak megang dan lihat hp. Solusinya menurut saya coba dulu offline mode.
Oh iya sedikit cerita, jumat kemarin saya ketinggalan hp, saya mau hadir ke ta'lim rutin di sekolah kakak. Padahal saya masih didepan pagar sih, bisa aja saya buka pagar dan balik ke dalam. Tetapi saya mau coba, ah 4 jam tanpa gadget ah, bismillah insyaAllah ga ada apa-apa. Alhamdulillah bisa mba... cobain deh. Enak saya ngobrol sama bunda bunda di sekolah, lebih luwes.
(2) Evaluasi dan terima, iya saya salah atau iya saya tidak mampu fokus karena sakit atau ada musibah lain. Lalu break dulu sebentar, tunggu waktu yang tepat untuk kembali fokus lagi. Percaya diri mba, Allah pasti kasih kesempatan, yang penting jangan banyak galau di awal.
(3) Ilmu ilmu itu saling berkaitan, boleh mba kalau mau fokus lebih dari 1, asal bisa menjalankannya bersamaan sesuai kemampuan kita. Tapi ingat kata ibu, _bisa menentukan satu jurusan ilmu, sudah setengah dari keberhasilan menemukan jalan hidup kita_
*Pertanyaan 3.* Nenih
1. Kapan idealnya saya memperkenalkan peran hidup manusia di bumi, mengingat anak pertama saya umur 4,5 tahun.
2. Bagaimana cara saya harus menyampaikan peran hidup manusia d bumi dengan menarik agar s anak tertarik.
3. Hal apa yg pertama kali harus saya sampaikan tentang esensi tugas manusia d bumi.
*Jawab‬:*
Wah mba super sekali pertanyaannya.
(1) Mungkin diperkenalkan semenjak 4 tahun ya, ketika anak mulai banyak bertanya. Anak umur segini rasa ingin taunya tinggi sekali. Coba diperkenalkan dulu.
(2) Anak anak itu contohnya real mba. Yang ada di depan mata. Jangan panjang lebar menjelaskan secara teoritis.
Tuh nak lihat, ada yang berperan sebagai tukang pembersih sampah, coba kakak bayangkan gimana kalau tidak ada? bumi kita ini bakalan kotor dan penuh sampah.
(3) Esensinya empati dan berbuat banyak kebaikan. Karena anak anak itu fitrahnya ingat Allah terus loh, karena dasarnya baik,
Nda kasian ya ibu itu kepanasan, ga punya uang.
Yuk kita berbagi uang kita nak
Nda kenapa orang itu buang sampah sembarangan kan ga boleh? nanti Allah ga suka.
Iya makanya kita harus buang sampah pada tempatnya ya, biar bumi kita bersih terus.
Lihat akhir zaman kita sudah lihat banyak orang yang minim empati. "Itu masalah anda, saya ga mau tahu!" Ini yang harus kita tanamkan di awal.
*Pertanyaan 4.* Prita Annisa Utami
"FOMO, ketakutan kehilangan informasi, ingin mengetahui kegiatan yg dilakukan org lain di medsos."
Mengenai fomo, terkadang kita memiliki perasaan itu, kita ingin 'kepo' org yang jurusannya sama kaya kita, krn ingin termotivasi dan krn kita ingin melakukan percepatan dlm menuntut ilmu (mungkin nggak mau kalah tp dlm hal positif/berlomba2 dlm kebaikan) tp kadang malah jd 'baper' sendiri melihat pencapaian org lain lalu down.
Pentingkah sebenarnya kita 'kepo' yg dilakukan org lain tsb utk motivasi (walaupun kadang jadi baper dan down) atau lebih baik fokus sama cara kita sendiri dlm menuntut ilmu jurusan kita?
(maaf panjang hehe) Terimakasih 😊
*Jawab‬:*
Sepertinya medsos itu memang ajang untuk kepo deh mba hehehe.... Kalau kita tidak ingin kepo, pasti kita akan mematikan akun medsos kita, dan teman saya melakukannya. Dia hanya menggunakan whatsapp, tapi sepertinya hidupnya fine fine saja.
Jadikan orang lain sebagai inspirasi, lah skrg contohnya, karena kepo dengan ilmunya IIP, kepo sama bagaimana bu Septi mendidik anak, itu kepo yang bermanfaat. Kita jadi terinspirasi sama beliau.
Lalu lihat kemampuan kita, misal si A sama2 ambil manajemen emosi, dia mah bikin tantangan bisa 30 hari tidak teriak ke anak, wah menginspirasi. Kalau saya aplikasikan ke saya, saya mampu ga ya, ini ide yang menarik untuk fokus ilmu saya. Ah ternyata saya mag mampunya 7 hari, dan itu sudah kemajuan pesat bagi saya. Me, myself and I mba prinsipnya.... setiap manusia unik, ga sama.
*Pertanyaan 5.* Vita
Gimana kalo d tengah perjalanan kita tersadar jurusan yg kita ambil salah.. apa baiknya d tuntaskan dlu baru beralih.. atau segera langsung pindah jurusan..
*Jawab‬:*
Jangan galau duluan mba, niatkan di awal, bismillah saya akan mencoba. Jatuh, break, bangun, jatuh lagi, bangun lagi. Hidup itu kan terus mengevaluasi, kalau kita sudah menyerah dan galau duluan nanti ketika ambil ilmu lain, bisa terjadi hal yang sama, akhirnya malah tidak dapat apa-apa.
*Pertanyaan 6.* Nafsa
Saya ingin bertanya bagaimana cara mengobati jika kita sudah terkena FOMO. Saya misalnya. Kadang saya buka fb atau ig untuk hal yang tidak penting. Padahal saya tahu itu tidak penting. Hanya baca-baca status orang. Kemudain 15 menit kemudian mengulang hal yang sama. Atau misalnya ingin tahu siapa yang like atau komen postingan kita.
*Jawab‬:*
Sama mba saya pun masih jatuh bangun masalah ini.
Dulu di NHW#2 saya udah bikin tabel prioritas online. Makin kesini, makin tergoda ya kita. Seperti kemarin saya sudah bikin prioritas, fokus mau cek nhw teman teman di fb setengah jam. Eh karena lihat ada notif lain, tergoda untuk walking ke timeline. Yuk mba sama sama belajar, ini mah harus diri kita yang menguatkan.
_share jawaban Ibu Septi di batch #2_
Mulailah dengan memanage waktu dengan benar, dan keraslah pada diri sendiri untuk mematuhi hal tersebut. Pengalaman saya dulu untuk update info, saya keras dengan "hanya 15 menit" sehari, tapi dilaksanakan dengan kontinyu. Dan setelah itu lakukan waktu kita untuk hal lain, dan lupakan Hape.
Kuncinya, "apabila kita keras pada diri sendiri, maka lingkunganlah yang akan lunak kepada hidup kita, demikian juga sebaliknya"
Maka komitmen dengan "gadget hour" kita, jangan mau kita diperbudak gadget, gadgetlah yang harus bekerja untuk kita
*Pertanyaan 7.* Ziyana
Sebenernya saya sempet bingung dalam memilih jurusan ilmu kehidupan, disatu sisi klo flashback ke zama masa kuliah mencari kecocokan jurusan ditemani orang tua. Nah untuk jurusan disini, harus kah kita satu jurusan dgn suami?? Atau suami ambil jurusan lain yg selaras tapi tak sama??
*Jawab‬:* Menurut saya tidak mba, kan diri kita dan suami bukan 1 manusia, tapi 2 isi kepala, 2 latar belakang berbeda. Yang perlu disamakan adalah frekuensinya... suami perlu tau kita ini lagi ngapain?
Sayang, aku mah mau belajar manajemen emosi dulu, aku mah sepertinya kurang bisa menahan emosi....
Reaksi suami (mungkin) : Wah menarik tuh, kita sama sama mengingatkan ya.
_Bedakan dengan_
Sayang, aku mah mau belajar manajemen emosi dulu, aku mah sepertinya kurang bisa menahan emosi.... kamu juga sama tuh, suka marah ke anak.
Reaksi suami : (silahkan jawab sendiri)
For things I have to change, i must change first.... :)
*Pertanyaan 8.* Lisna
Pada NHW 1 kan kita ditugaskan untuk memilih 1 jurusan. Nah bagaimana dengan ilmu2 lain yang sebenarnya ingin kita pelajari juga?
Jawab‬: Yang penting mulai dulu, ayo fokus untuk memulai, jangan banyak galau di awal. Berpikir positif. Nantinya pasti akan menemukan ilmu lain yang saling menyambung.
Ayo aaaah sepertinya masih pada galau dan tidak fokus ini 😄
Yuk fokus yuk
*Pertanyaan 9.* Witri
1. Bagaimana membangun rasa kepercayaan diri?
2. Bagaimana mengatur rasa kepercayaan diri tsb agar tidak berlebihan?
3. Apakah mungkin jika nanti dalam prosesnya kita memutuskan untuk pindah/ganti jurusan (ilmu) , dikarenakan suatu hal?
4. Lalu bagaimana seharusnya kita (diri sendiri) dalam menyikapinya, apa yang harus dilakukan?
*Jawab‬:*
Ini jawaban mendukung pertanyaan sebelumnya ya. Ayo jangan banyak galau 💪🏻
(1) Terima kekurangan kita, dan harus tau kelebihan kita. Itu mba kunci percaya diri.
(2) Sama seperti adab menuntut ilmu, belajar mendengarkan orang lain, belajar memperbaiki diri. Jangan karena kita sudah merasa banyak tau, kita jadi kepedean.
(3) Bisa saja sih mba, tapi saran saya lagi lagi jangan galau dulu. Berpikir positif dulu, bismillah saya bisa melakukannya. Break dulu jika butuh break, cari waktu yang tepat untuk kembali lagi. Soalnya kalau kita udah ngerasa, ah pindah ah kayaknya aku mah salah pilih jurusan, sama kayak kuliah dulu... nanti berhenti di tengah-tengah, dapat apa? yang ada, khawatir itu akan jadi circle life. Ah ga cocok, ganti, sulit sedikit, ah ga cocok, ganti lagi. Tenang mbaaaa, berpikir positif dulu yuk.
(4) Positif thinking mba, banyak selftalk dan berzikir. Kita ini tiada daya dan upaya tanpa kekuatan Allah.
_tambahan share jawaban Ibu septi di batch #2_
just DO IT, hanya itu, lakukan saja, bagaimana kita bisa tahu yang benar, kalau kita tidak pernah merasakan salah. Karena sejatinya tidak ada kata gagal, yang ada hanyalah hasil yang berbeda, maka kita harus siap mengubah strategi saja, tidak diam dan berhenti
*Pertanyaan 10.* Irna
Terkait fokus belajar, bagaimanakah kita mengukur, jurusan ilmu yang sudah kita pilih itu, sudah tepat atau belum untuk menjadi jalan menentukan peran peradaban kita, apakah skalanya terlalu kecil atau terlalu besar, apakah bermanfaat untuk jangka pendek atau jangka panjang, apakah hanya bermanfaat untuk diri sendiri atau untuk banyak orang, dll.
*Jawab:* Kita tidak bisa menilai hasil dengan cepat mba, karena semua butuh waktu untuk berproses. Yang penting adalah bagaimana kita bersungguh sungguh dalam proses itu, perbaiki diri kita sendiri, mulai dari keluarga kita. Apakah ketika kita sudah fokus dengan ilmu kita kemudian banyak perubahan positif dalam keluarga kita, maka kita bisa menilai (sesuai kemampuan kita) bahwa kita konsisten mendalaminya. Tetapi ingat kembali ya mba, Allah akan menilai proses. Maka kita harus konsisten dan berusaha mengevaluasi diri.
*Pertanyaan 11.* Siti Aliyah
Mungkin kebanyakan orang memang merasa bahwa semua ilmu itu penting. Semisal saat menjadi ibu baru, rasanya semua hal perlu kita pelajari. Karena banyak hal baru, jadi semua menjadi menarik. Tapi memang untuk bisa fokus, saya sangat setuju kita perlu menentukan prioritas. Nah, pertanyaannya dalam menentukan prioritas, kira2 apa saja yang harus menjadi pertimbangan?
terimakasih.
*Jawab:* Apa yang kita butuhkan saat ini. Kita adalah ibu baru yang punya bayi kecil. Kira2 apa kebutuhan kita? kita harus fokus pada ilmu perkembangan bayi 0-6 bulan. Kita kan belum butuh ilmu perkembangan emosi bayi. Kita fokus butuh perkembangan fisik motoriknya, kesehatan, dll.
Jadi apa yang kita butuhkan saat ini. Jadi di nhw#1 kita bisa fokus memilih ilmu mendidik anak. Nanti stepnya :
- Belajar dulu perkembangan bayi 0-6 bulan
- Kesehatan
- Lalu setelah 6 bulan, belajar makan
Mungkin seperti itu mba, semoga membantu.
*Pertanyaan 12.* Ayu
Saya mau nanya terkait NHW#1 saya teh. Hmm.. saya merasa belum terfokus. Nah tadi pagi saya dapat pencerahan untuk lebih fokus kemana. Lalu saya harus bagaimana ya teh?
*Jawab‬:* Wah mba ini sudah galau duluan mba hihi. Dicoba dulu untuk menjalaninya ya mba, tapi kalau memang di hati ini sudah ga bisa lagi, mau perbaiki dan dirubah, silahkan mumpung masih di nhw#1 tentukan sekarang.
_tambahan jawaban Ibu Septi di batch #2_
Tidak ada ilmu yang sia-sia, semua pasti memiliki saling keterkaitan dalam kebermanfaatan, maka istilah *"connecting the dot"* akan bekerja di ranah ilmu ini. Yang penting MULAI, jangan terlalu lama BERHENTI dan GALAU
*Pertanyaan 13.* Nurul
Kalau ternyta kita belum bisa mencapai indikator keberhasilan kita yng sesuai dengn univ kehidupan yg kita pilih apa itu dikatakan tidak sukses? Apakah indikator yang kita buat sudah benar, dan selain indikator yang kita buat, apakah ada hal lain untuk bisa menilai bahwa kita ini sudh sukses atau lebih baik? Karena kalau kita menilai diri sendiri kadang subjektif.. terimkash teh
*Jawab‬:* Nah itu mba kadang kadang kalau kita menilai dari hasil suka subjektif. Lihat saja mungkin pas sekolah kita dulu nilainya bagus bagus aja, orang cuma menjawab pertanyaan dari yang sudah dijelaskan, dihafal saja, kemudian jawab, selesai. Ilmunya mengapung ke udara.
Yang saya rasa, ada perubahan dalam diri saya. Maaf lagi lagi saya contohkan dengan diri saya. Dulu saya tidak kuat mendengar anak menangis lebih dari 10 menit, berteriak, meraung, tantrum. Setelah fokus belajar manajemen emosi, eh koq saya bisa ya mendengar anak saya menangis, sampai dia tenang sendiri. Saya menilai (subjektif) kalau ada perubahan diri, dan itu mungkin karena fokus dengan ilmu yang ingin saya tekuni di nhw#1
*Pertanyaan 14.* Hamidah
1. Batasan FOKUS dlm mmilih ilmu t sperti apa ya?
2. Apakah fokusnya scra general.. Misalkan fokus ttg keluarga.. Brarti slama ilmu tsb berhubungan dg kluarga (mis. Keuangan, parenting, dsb)..kita msh dibilang fokus..
Atau fokusnya yg detil..misalkan ilmu ttg mnjemen keuangan kluarga.. Hrs fokus dg itu dlu.. Walopun ada kesempatan dpt ilmu parenting; hrs ditolak dlu..
Mohon penjelasannya ya teh..
Klo perempuan kan suka nyambi2 gtu teh( multitasking)..mmpung ada kesempatan ya ambil..hehe
*Jawab‬:*
(1) Fokus pada ilmu yang bisa menyelesaikan masalah masalah hidup kita. Kalau menurut saya itu mba. Jangan karena fokus menuntut ilmu kita malah abai sama tugas utama kita.
(2) Setiap ilmu pasti berkaitan. Misal begini, saya merasa masalah hidup saya karena emosi. Terlalu banyak memendam emosi negatif, kurang mengeluarkan emosi positif. Maka saya fokus menerima ilmu ttg emosi. Ya emosi kepada anak, emosi ke diri, emosi ke pasangan. Kemudian saya tetap menerima ilmu ilmu yang berkaitan dengan emosi. Lalu saya ukur kemampuan saya, sampai segimana saya dapat mengaplikasikannya. Iya mba kita ini emang multitasking, tapi kadang jadi keblinger hehehe... Coba dulu fokus yuk mba.
*Pertanyaan 15.* Hamidah
Soal karir dan keluarga. Klo ingin karir lancar dan keluarga oke.. Apa itu trmasuk ga fokus? Terus harus bgimana mnyikapinya..
*Jawab‬:*
Mba, siapa sih di dunia ini yang tidak mau bahagia dan berhasil. Semua orang ingin...
"Ya Allah berikanlah kami kebahagiaan dunia dan akhirat"
Ibu yang bekerja di ranah publik, ingin karirnya bagus, berpenghasilan mandiri, keluarganya samara.
Ibu yang bekerja di ranah domestik, ingin keluarganya samara, fokus sama keluarga, bermanfaat untuk orang lain.
Yang penting fokus pada niat awal kita. Niat awal kita bekerja di ranah publik, apa? misal karena kebutuhan. Maka profesional didalamnya. Saya bekerja tepat waktu, sebelum berangkat kerja saya harus siapkan kebutuhan anak dan suami. Kemudian profesional dalam bekerja. Setelah pulang, saya berjanji tidak ingin membawa masalah di kantor ke rumah, saya full fokus untuk keluarga.
Berharap itu wajar, tapi kemampuan itu kita yang mengukurnya. Terima dulu kalau kita pasti memiliki kekurangan, kekurangan waktu bersama keluarga. Terus luruskan niat bagi siapa pun yang memilih untuk bekerja di ranah publik yaa. Ayo semangat!
*Pertanyaan 16.* Wildaini
Bismillah. Review NHW kemarin, saya mrasa belum fokus juga teteh sebenarnya, antara tarik menarik dengan keperluan mengajar di sekolah dan jurusan ilmu nantinya yang akan digunakan berkiprah setelah tidak lagi mengajar di sekolah. Tetapi saya mencoba menyesuaikan, berharap titik temu seperti apakah nantinya yang akan saya aplikasikan sepanjang hidup. Bagaimana mencari titik temu itu? 😅
*Jawab‬:*
Sama seperti mba ayu ya nih mba. Tetapi karena mba sudah punya planning ke depan, maka jalani dulu mba, jangan galau dulu. Tetap jalani peran saat ini, berharap ketika peran itu sudah selesai, kita sudah siap dengan fokus ilmu kita.
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

Sumber: Notulensi korming 1 
MATRIKULASI IIP batch#3 BANDUNG 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar