Kamis, 24 Mei 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak

Resume Presentasi Kelompok 6
Selasa, 22 Mei 2018
Judul: Mendidik Generasi Aqil Baligh
Penyaji: Team Oryza sativa
Lisna, Mawar, Peppy

Materi
Presentasi diawali dengan definisi keluarga. Dijelaskan apabila fungsi keluarga (mendidik, membangun kepemimpinan berbasis kompetensi) hilang maka peran keluarga akan berakhir.

Konsep aqil baligh
Aqil baligh berarti seseorang yang telah sampai masa baligh dan mencapai kedewasaan psikologis, sosial dan finansial sehingga mampu memikul tanggung jawab syariah.

Menyiapkan generasi aqil baligh dengan cara mengembalikan peran ayah ibu.

Mendidik generasi aqil baligh salah satunya dengan cara membangun tanggung jawab anak-anak.

Sesi Tanya Jawab
Teh Ika
Pertanyaan:
Tertarik sama bagian trakhir ttg menyiapkan anak mandiri finansial saat usia aqil baligh, bagaiamana pendapat tetehs oryza sativa untuk menyiapkan mrka siap dgn tanggung jawab tsb??
Jawaban:
Bismillah, mencoba menanggapi pertanyaan dari teh Ika.
Untuk mempersiapkan anak-anak yang mandiri secara finansial saat menginjak masa aqil balighnya tentu bukan hal yang mudah. Perlu persiapan dari orang tua dalam mendidik kemandirian anaknya.
Mengambil contoh dari keluarga Ibu Septi dan Pa Dodik yang memberikan project kepada anak-anaknya saat usia masih muda, sehingga Mba Ara, mba Enes, Mas Elan  mampu mengelola projectnya sendiri saat usia menginjak belasan tahun. Masyaaallah.
Tentu hal tersebut merupakan harapan setiap  orang tua bukan ?
hal yang dapat dilakukan adalah Melatih kemandirian diajarkan sejak kecil, serta membudayakan magang dimulai dari usia 12 tahun ke atas. Kemudian ajak anak untuk mengerjakan aktifitas di ranah passion-nya terus menerus sehingga menjadi produktif. Di titik ini anak sudah dibekali ilmu ikhtiar dan rezeki. Sehingga di usia 15 tahun ke atas dia memahami bahwa bukan tugas kita mengkhawatirkan masalah rezeki, melainkan menyiapkan jawaban “darimana” dan “untuk apa” atas tiap karunia Allah. Karena, betapa banyak orang yang bercita-cita menggenggam dunia, mereka lupa bahwa hakikat rezeki bukanlah yang tertulis dalam angka, melainkan apa yang dinikmatinya dan yang bermanfaat untuk orang banyak.


Teh Prita
Pertanyaan:
Saya mau tanya teh.. bagaimana cara kita menguatkan sisi ego berbarengan sisi social anak. Berapakah persentase di tiap sisi? _mengingat dalam presentasi, lemahnya ego membuat anak ingin seragam dengan temannya_ tanpa tau baik/buruknya..
Jawaban:
Kedua sisi, ego maupun sosial sama pentingnya sehingga harus seimbang.
Cara menguatkan:
Sisi ego, dengan obrolan tentang identitas diri dan keluarga seputar anak dan lingkungannya.
Sisi sosial, dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan yang memungkinkan anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman/lingkungan (dibawah pengawasan orang tua/keluarga)

Teh Maya
Pertanyaan:
Kalau liat dr videonya kan, keluarga adalah lembaga terbaik utk mendidik generasi, hrs ada peran dr ayah dan bunda. Pertanyaannya, jika ada anak usia aqil baligh yg sudah terbawa pergaulan, seperti merokok, atau kenakalan remaja lainnya, dampak dr perceraian keluarga. Apakah perilaku itu bisa diperbaiki? Dan menurut kelompok ini, bagaimana sebaiknya ortu dlm bertindak (krn ortu sudah bercerai)?
Jawaban:
Berdasarkan pengalaman, dapat diperbaiki.
Mengambil contoh dari keluarga, anak terbawa kedalam lingkungan yang tidak baik karena kecewa terhadap ortu, dan sejak kecil tidak mendapat kasih sayang secara penuh dari kedua orang tua yang bekerja dan bercerai.
Cara kembali:
  1. Ibu melakukan introspeksi, meski saat itu ank sudah dewasa.
  2. Fokus membimbing anak, ibu memilih keluar dari pekerjaan.
  3. Ibu masuk ke dunia anak, dimulai dengan mendekati teman anak, sehingga anak merasa nyaman, kemudian menarik anak secara perlahan untuk keluar dari lingkungan yang tidak baik.
  4. Mendekati Allah dengan doa.

Penutup
Sedikit pengingat dan penguat sebagai penutup diskusi....
Kita kenal Muhammad Al Fatih, yang berhasil menaklukan Konstatinopel di usia belia (dimana kebanyakan kita pada usia tersebut mungkin baru berhasil menaklukan skripsi). Juga Maryam binti Imran yang senantiasa terjaga kesuciannya. 
Dua nama yang disebutkan di atas merupakan dua dari sekian banyak putra-putri yang berhasil terdidik dengan baik dan mencapai aqil baligh pada waktu yang semestinya.
Mereka berdua bukan anak Nabi. Sehingga kita sejatinya tidak perlu berkecil hati untuk memiliki anak keturunan sehebat mereka. Yang kita perlukan adalah selalu bergantung pada Yang senantiasa melindungi mereka, Ψ§Ω„Ω„Ω‡. Tentu dengan diiringi ikhtiar2 yang sudah sangat gamblang disebutkan pula oleh teman2.
Stay strong, stay great for our great generation πŸ’ͺ🏾πŸ”₯

Tidak ada komentar:

Posting Komentar