Kencleng Harian dan Recehan Bunda
Awalnya adalah sebuah kericuhan di Jumat pagi, kaka menolak recehan yang saya beri untuk sodaqoh di sekolah."Aku mau uang kertas, yang warna biru", ujarnya memaksa.
Selidik dari ceritanya, nampaknya ia merasa iri dengan temannya yang memasukkan uang kertas kedalam kotak kencleng harian.
Kalau itu penyebabnya, bunda khawatir bahwa kaka membawa uang kencleng untuk sekadar dipamerkan pada teman-teman yang lain.
Dialog panjang kami sampai pada kata 'tidak', dan ia akhirnya sepakat meski terpaksa.
Saat rapat sekolah sebelumnya, saya mencatat bahwa kencleng di sekolah itu tujuannya adalah agar anak berlatih berbagi dan mengesampingkan besarannya.
Manager Cilik
Usai mengantar anak-anak sekolah, terlintas ide untuk mengenalkan anak pada uang. Ya, selama ini mereka selalu dibantu ketika hendak membeli sesuatu, tidak pernah membelanjakan sendiri uangnya. Wajar jika kaka masih belum memahami besaran mata uang yang kami ributkan tadi.Saat itu saya gunakan bersama suami untuk merancang proyek kedua keluarga kami, yaitu 'Manager Cilik'. Untuk proyek kedua ini kami mengalokasikan waktu selama satu bulan untuk anak-anak belajar mengelola uang saku yang kami berikan.
Pembagian tugasnya sebagai berikut:
Ayah: direktur keuangan
Bunda: akuntan
Bumi dan Barra: manager keuangan cilik
Sore harinya, saya mencoba memberi penjelasan pada anak-anak mengenai proyek kedua kami. Bahwa ayah dan bunda akan memberi Bumi dan Barra uang saku di hari Senin hingga Jumat. Uang saku sebesar 2 ribu rupiah itu dapat digunakan untuk jajan, menabung atau sodaqoh.
Kami juga berusaha mengenalkan bahwa uang yang terkumpul nantinya dapat ditukarkan dengan uang kertas. Misalnya dua koin lima ratusan dapat ditukarkan dengan selembar uang seribu, meski rasanya butuh banyak pengulangan sebelum kami melaksanakan rencana kami di hari Senin.
#Day3
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Bunda Sayang
#Ibu Profesional
#IIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar