My Journey: Gaya Belajar 1
Memahami Gaya Belajar Diri
Materi mengenai gaya belajar di kelas bunsay ini membawa saya kembali mengenang masa-masa duduk di bangku sekolah hingga universitas. Ketika saya dituntut untuk banyak belajar, baik hal yang saya suka maupun tidak.
Masa sekolah dasar, saya tak pernah di tuntut untuk memperoleh peringkat di kelas, meski begitu ini seolah jadi perbincangan rutin saat silaturahim keluarga besar di hari raya. Hal ini membuat saya tak bisa abai mengenai prestasi belajar, alhamdulilah meski kebanyakan guru mengajarkan secara visual (buku dan papan tulis) ini tak terlalu menjadi hambatan.
Lucunya saya masih bisa mengingat saat-saat yang saya anggap kurang menyenangkan saat itu, yaitu ketika guru meminta saya untuk menghafalkan kosakata dan artinya (pelajaran bahasa indonesia) juga ketika menghafalkan doa dan artinya🙈. Malas rasanya, saat harus menghafalkan setiap susunan kata yang tertera di buku, dan saya terus bertanya-tanya 'kenapa sih harus betul-betul sama?' 'boleh improve ngga ya, kan maknanya masih sama'. Lain halnya saat diminta menghafal perkalian, saya tak telalu menemukan hambatan.
Memasuki jenjang SMP, saya mulai mengalami penurunan semangat belajar. Mulai menghindari pelajaran pencak silat, dan muncul kebosanan dengan cara belajar yang mengharuskan saya 'aktif' membaca buku sendiri.
Di SMU, saya merasa benar-benar bisa fokus mendengar guru bahasa yang sesekali membacakan cerita untuk kami, ya.. meski sudah level SMU saya merasa ini adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Begitupula pada pelajaran sejarah, saat guru menerangkan dengan bercerita, semua seolah menempel di kepala tanpa diminta. Sayangnya ortu tidak mengijinkan saya mengambil jurusan sejarah di tingkat universitas.
Di bangku kuliah saya mulai merasa terganggu jika ada dosen yang memberikan materi dengan volume kecil, walaupun menurut orang-orang suara saya juga kecil hehehe.
Dan jeng..jeng..jeng.. (upin ipin mode on), kalau dibilang kehidupan sebenarnya dimulai saat kamu melangkah ke dunia kerja, buat saya itu benar-benar betul 😅.
Di tempat terakhir saya menimba ilmu, yaitu SDS GC, meski statusnya saat itu sebagai guru, saya dilatih untuk mengenal ragam hal seputar pendidikan, diantaranya adalah gaya belajar.
Terdapat tiga jenis gaya belajar, yaitu visual, auditory, kinestetik dan kombinasi. Untuk mengetahui gaya belajar, dapat melalui proses observasi dengan memberi materi menggunakan tiga gaya yang berbeda, melihat bagaimana cara mengerjakan tugas yang memerlukan proses menyatukan bagian-bagian terpisah, juga dapat dilakukan menggunakan alat bantu berupa survey.
Setelah mengetahui gaya belajar, saya menemukan banyak alasan untuk hal-hal yang awalnya tak terjawab di masa lalu. Apa yang telah saya alami mengarah pada gaya belajar auditory.
Gaya belajar auditory memiliki ciri sebagai berikut:
1) lebih cepat menyerap dengan mendengarkan,
2) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
3) senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
4) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara,
5) bagus dalam berbicara dan bercerita,
6) berbicara dengan irama yang terpola,
7) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat,
8) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar,
9) lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya,
10) suka musik dan bernyanyi,
11) tidak bisa diam dalam waktu lama, dan
12) suka mengerjakan tugas kelompok,
13) mengekspresikan emosi dengan mengubah nada suaranya,
14) menikmati hobi yang melibatkan pembicaraan atau suara, nada dan musik,
15) mengajukan pertanyaan-pertanyaan ketika menemukan sesuatu yang baru
16) berbicara bebas dalam kelompok, memecahkan masalah dan berkomunikasi melalui percakapan,
17) Perhatiannya mudah terpecah,
18) berbicara dengan pola berirama,
19) belajar dengan cara mendengarkan, dan
20) ketika membaca suka menggerakkan bibir/bersuara.
(Menukil dari sudarnosaputra.wordpressdotcom.mengenali-gaya-belajar-siswa-dan-implementasinya-dalam-pembelajaran )
Tak seluruhnya, namun sebagian besar menjadi ciri gaya belajar yang saya miliki.
Rupanya gaya belajar ini pun memengaruhi cara saya mengajar anak-anak di rumah, saya lebih sering mengajak mereka bernyanyi dan bercerita. Beberapa materi pun saya ajarkan melalui lagu pada mereka, hehe.
Andai sejak dulu saya paham gaya belajar yang cocok, mungkin saya akan membuat lagu untuk membantu saya menghafal, atau merekam suara agar saya dapat dengarkan berulang-ulang.
Jadi tugas saya selanjutnya adalah benar-benar mengobservasi gaya belajar anak-anak, agar mereka tak menjadikan kegiatan belajar sebagai momok yang menyeramkan.
#Tantangan10Hari
#Level4
#Day1
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar