KELAS MATRIKULASI BATCH 3
INSTITUT IBU PROFESIONAL - Bandung 1
Bandung, 15 February 2017
INSTITUT IBU PROFESIONAL - Bandung 1
Bandung, 15 February 2017
Fasilitator : Wiwik Wulansari, Ismi Fauziah
Ketua Kelas : Derini Handayani
Korming : Andam Listya
Ketua Kelas : Derini Handayani
Korming : Andam Listya
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi IIP, masih semangat belajar?
Kali ini kita akan masuk tahap #4 dari proses belajar kita. Setelah bunda berdiskusi seru seputar mendidik anak dengan kekuatan fitrah , maka sekarang kita akan mulai mempraktekkan ilmu tersebut satu persatu.
Kali ini kita akan masuk tahap #4 dari proses belajar kita. Setelah bunda berdiskusi seru seputar mendidik anak dengan kekuatan fitrah , maka sekarang kita akan mulai mempraktekkan ilmu tersebut satu persatu.
a. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?
b. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.
b.Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
Contoh :
Seorang Ibu setiap kali beraktivitas selalu memberikan inspirasi banyak ibu-ibu yang lain. Bidang pelajaran yang paling membuatnya berbinar-binar adalah “Pendidikan Ibu dan Anak”. Lama kelamaan sang ibu ini memahami peran hidupnya di muka bumi ini adalah sebagai inspirator.
Misi Hidup : memberikan inspirasi ke orang lain
Bidang : Pendidikan Ibu dan Anak
Peran : Inspirator
b. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.
b.Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
Contoh :
Seorang Ibu setiap kali beraktivitas selalu memberikan inspirasi banyak ibu-ibu yang lain. Bidang pelajaran yang paling membuatnya berbinar-binar adalah “Pendidikan Ibu dan Anak”. Lama kelamaan sang ibu ini memahami peran hidupnya di muka bumi ini adalah sebagai inspirator.
Misi Hidup : memberikan inspirasi ke orang lain
Bidang : Pendidikan Ibu dan Anak
Peran : Inspirator
c. Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut.
Contoh : Untuk bisa menjadi ahli di bidang Pendidikan Ibu dan Anak maka Ibu tersebut menetapkan tahapan ilmu yang harus dikuasai oleh sebagai berikut :
1. Bunda Sayang : Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
2. Bunda Cekatan : Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
3. Bunda Produktif : Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll.
4. Bunda Shaleha : Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang
Contoh : Untuk bisa menjadi ahli di bidang Pendidikan Ibu dan Anak maka Ibu tersebut menetapkan tahapan ilmu yang harus dikuasai oleh sebagai berikut :
1. Bunda Sayang : Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
2. Bunda Cekatan : Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
3. Bunda Produktif : Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll.
4. Bunda Shaleha : Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang
d. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup
contoh : Ibu tersebut menetapkan KM 0 pada usia 21 th, kemudian berkomitmen tinggi akan mencapai 10.000 (sepuluh ribu ) jam terbang di satu bidang tersebut, agar lebih mantap menjalankan misi hidup. Sejak saat itu setiap hari sang ibu mendedikasikan 8 jam waktunya untuk mencari ilmu, mempraktekkan, menuliskannya bersama dengan anak-anak. Sehingga dalam jangka waktu kurang lebih 4 tahun, sudah akan terlihat hasilnya.
Milestone yang ditetapkan oleh ibu tersebut adalah sbb :
KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Sayang
KM 1 – KM 2 (tahun 2 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Cekatan
KM 2 – KM 3 (tahun 3 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Produktif
KM 3 – KM 4 ( tahun 4) : Menguasai Ilmu seputar Bunda shaleha
contoh : Ibu tersebut menetapkan KM 0 pada usia 21 th, kemudian berkomitmen tinggi akan mencapai 10.000 (sepuluh ribu ) jam terbang di satu bidang tersebut, agar lebih mantap menjalankan misi hidup. Sejak saat itu setiap hari sang ibu mendedikasikan 8 jam waktunya untuk mencari ilmu, mempraktekkan, menuliskannya bersama dengan anak-anak. Sehingga dalam jangka waktu kurang lebih 4 tahun, sudah akan terlihat hasilnya.
Milestone yang ditetapkan oleh ibu tersebut adalah sbb :
KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Sayang
KM 1 – KM 2 (tahun 2 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Cekatan
KM 2 – KM 3 (tahun 3 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Produktif
KM 3 – KM 4 ( tahun 4) : Menguasai Ilmu seputar Bunda shaleha
e. Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.
f. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan
Sang Ibu di contoh di atas adalah perjalanan sejarah hidup Ibu Septi Peni, sehingga menghadirkan kurikulum Institut Ibu Profesional, yang program awal matrikulasinya sedang kita jalankan bersama saat ini.
Sang Ibu di contoh di atas adalah perjalanan sejarah hidup Ibu Septi Peni, sehingga menghadirkan kurikulum Institut Ibu Profesional, yang program awal matrikulasinya sedang kita jalankan bersama saat ini.
Sekarang buatlah sejarah anda sendiri.
Karena perjalanan ribuan mil selalu dimulai oleh langkah pertama, segera tetapkan KM 0 anda.
Karena perjalanan ribuan mil selalu dimulai oleh langkah pertama, segera tetapkan KM 0 anda.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
/Tim Matrikulasi IIP/
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
MEMBUAT KURIKULUM YANG "GUE BANGET"
Bunda, membaca satu demi satu nice homework #4 kali ini, membuat kami makin yakin bahwa akan makin banyak anak-anak Indonesia yang memiliki Ibu-Ibu tangguh, yang paham akan dirinya dan mampu Memberi Teladan kepada anak-anaknya, bahwa seperti inilah cara belajar di Universitas Kehidupan.
Tantangan dalam mengerjakan Nice Homework#4 ini bukan di urusan hasil pencapaian, tetapi justru di urusan kesungguhanbunda untuk menemukan diri. Proses ini memang tidak mudah, tetapi kalau kita tidak memulainya maka kita tidak akan pernah tahu. Maka efek berikutnya kita tidak bisa memandu anak-anak kita dalam menemukan peran hidupnya. Ketika merasa tidak bisa dan tidak mau belajar efek berikutnya adalah kita sub kontrakkan pendidikan anak kita ke orang lain, yang belum tentu paham akan sisi keunikan anak kita. Inilah yang menjadi sumber awal munculnya penyakit kemandulan dalam mendidik anak-anak. Menggerus kekuatan fitrah kita dalam mendidik anak-anak sehingga menyatakan dirinya tidak mampu lagi.
Untuk itu kami akan membantu bunda dan calon bunda semuanya menemukan misi hidup ini setahap demi setahap.
Bagi anda yang belum menemukan “jurusan” ilmu apa yang harus ditekuni dengan fokus, maka bersabarlah, tuliskan apa adanya di NHW#4 ini bahwa anda memang belum ketemu sama sekali. Kemudian silakan lihat kembali ke belakang, faktor-faktor apa saja yang membuat anda sampai usia sekarang belum bisa menemukannya.
Tulislah dengan jujur, kemudian lihatlah kondisi sekarang, bagaimana anda mengenal diri anda?
Aktivitas apa saja yang membuat anda SUKA dan BISA, tulis semuanya.
Apa sisi kekuatan diri anda? Silakan tulis semuanya.
Pernyataan-pernyataan ini sudah SAH untuk menggugurkan NHW #4 anda.
Semoga dengan melihat hal ini, bunda semuanya menjadi lebih SABAR, ketika melihat anak-anak kita yang masih galau tidak paham arah hidupnya. Jangankan mereka, kita yang sudah puluhan tahun hidup saja ternyata juga belum paham. Bisa jadi anak-anak kita memang punya pengalaman yang sama dengan kita dulu dan sekarang kita didik mereka dengan pola yang sama dengan cara orangtua kita mendidik kita dulu.
Kembali ke fase titik nol dan segera bergerak.
" Jangan pernah berdiam di ruang rasa, sehingga titik nol membekukan hidup anda "
Bagi anda yang sudah menemukan “jurusan”ilmu apa yang harus ditekuni dengan fokus, maka silakan ikuti simulasi secara setahap demi setahap di bawah ini :
1⃣Tulislah Jurusan Ilmu secara Global, misal : Pendidikan Anak dan Keluarga
2⃣Tentukan KM 0 nya mau anda tempuh mulai kapan? Atau apakah saat ini sudah dalam proses berjalan di tahap 1? Maka tulislah kapan anda memulai KM 0.
3⃣Kita ambil satu hasil penelitian _Malcolm Gladwell_dalam bukunya yang berjudul Outliers (2008) pernah mengemukakan sebuah teori yang menarik, 10.000 hours of practice. Menurutnya, jika seseorang melatih sebuah skill tertentu selama minimal 10.000 jam, maka hampir bisa dipastikan orang itu akan “jago” dalam bidang tersebut. They will master the skill kata Gladwell.
Darimana ia bisa yakin? Konon Gladwell mengembangkan teori ini dari hasil penelitian terhadap para pemain biola selama puluhan tahun. Dari penelitian itu, para pemain biola yang berlatih minimal 2 jam sehari selama 12 tahun (kurang lebih 10.000 jam) semuanya menjadi para maestro biola. Orang yang di pertengahan berlatih di antara 5.000 hingga 8.000 jam, sementara pemain biola yang gagal berlatih di bawah 3000 jam.
4⃣Silakan ukur kemampuan teman-teman, dalam sehari kira-kira sanggup menginvestasikan waktu nya berapa jam, untuk menekuni jurusan ilmu tersebut. Katakanlah kita ambil yang paling pendek hanya 2 jam per hari.
Mari kita berhitung :
10.000 jam : 2 jam = 5000 hari
Apabila setahun katakanlah hanya kita ambil 250 hari efektif saja, maka
5000 hari : 250 = 20 tahun
Inilah periode waktu yang harus anda tempuh untuk bisa menjadi master di bidang anda.
5⃣Silakan bagi 20 tahun tersebut dalam KM perjalanan yang akan anda tempuh, misal
KM 0 – KM 1 = Bunda Sayang ( 5 tahun)
KM 1 – KM 2 = Bunda Cekatan (5 tahun)
KM 3 – KM 4 = Bunda Produktif ( 5 tahun)
KM 4 – KM 5 = Bunda Shaleha ( 5 tahun)
Tidak ada patokan khusus dalam menentukan rentang waktu, silakan anda buat sendiri sesuai dengan kemmapuan kita.
6⃣Uraikan kira-kira mata pelajaran apa saja yang harus kita pelajari satu-satu di mata kuliah pokok Bunda Sayang, Bunda Cekatan dsb.
7⃣Cari sumber belajarnya ada dimana saja dan KONSISTEN menjalankannya.
*AKSELERASI*
Apabila ternyata dalam belajar di jurusan ini mata anda makin berbinar, semangat anda tak pernah pudar, bisa jadi yang harusnya hanya investasi 2 jam/hari secara alamiah akan menjadi lebih dari 2 jam. Maka pilihlah aktivitas harian, waktu yang paling banyak menghabiskan hari-hari anda, y aktivitas yang memperbanyak
JAM TERBANG
Kalau sudah seperti ini Allah sedang menghendaki anda untuk masuk program “AKSELERASI”
Ada dua cara akselerasi yaitu :
Menambah Jam terbang harian
Membeli Jam terbang
Bagaimana caranya membeli? Dengan mendatangi para ahli yang sesuai dengan bidang kita, belajar banyak dari beliau. Pelajari jatuh bangunnya seperti apa, sehingga kita bisa “jump starting” dengan tidak perlu mengulang kesalahan yang pernah dilakukan oleh para ahli tersebut. Sejatinya dengan mengikuti program matrikulasi ini, anda sedang membeli jam terbang.
Carilah mentor hidup anda yang bersedia memandu dengan konsisten agar anda mencapai sukses dengan lebih cepat lagi.
Dengan belajar bersungguh-sungguh di NHW #4 ini, teman-teman akan dengan mudah menyusun
customized curriculum
untuk anak-anak kita masing-masing.silakan mulai dari diri bunda dulu untuk bisa merasakannya. Karena kalau bundanya sudah bisa, maka kita akan mendapatkan bonus kemampuan menyusun kurikulum bagi anak-anak kita.
Kuncinya hanya dua
FOKUS dan KONSISTEN
Jadilah yang terhebat di bidang Anda masing-masing. Jangan pernah menyerah.
If today is a bad day, tomorrow maybe worst, but the day after tomorrow is the best day in your life. You know what? Most people die tomorrow evening! – Jack Ma
Selamat menempuh 10.000 jam terbang anda
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
Sumber Bacaan :
Malcolm Galdwell, Outliers, Jakarta, 2008
Materi Matrikulasi IIP Sesi #4, Mendidik dengan v Fitrah, 2017
Hasil Nice Homework #4 para peserta matrikulasi IIP batch #3
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
Sesi Tanya Jawab Review NHW #4
0⃣1⃣ Teh Endita
Sejauh mana kita boleh/tidak boleh dalam *meng-sub kontrakkan* pendidikan anak2 kita? Krn orangtua jg pasti memiliki keterbatasan dalam ilmu pengetahuan
▶1⃣ dear teh endita, jadi yang saya pahami subkontrak ini adalah menitipkan mendidik anak kepada orang lain. Sebatas apa sebagai fasilitas tambahan. Tugas utama tetap pada kita, orangtuanya yang mengetahui fitrah anak. Misal anak kita titip di sekolah, lalu tugas kita tetap membersamainya, mendengarkan cerita anak di sekolah belajar apa, lalu kita menerapkan pondasi iman dan akhlak kepada anak. Karena pendidikan utama itu dari rumah teh, sekolah atau lembaga itu hanya fasilitas. Jadi jangan seolah-olah menyerahkan anak ke sekolah/yg lain, kadang kadang kita suka terlena dan bersugesti _loh kan udah diajarin di sekolah_ sehingga kitanya malas belajar dan membersamai anak.
Menjadi pengingat bagi saya juga. Nuhun teh.
Ini ada tambahan jawaban dari Ibu Septi ketika batch #2
Allah itu Maha Sayang, memberikan amanah ke kita tidak hanya sekedar titip saja, melainkan sudah satu paket dengan "kemampuan fitrah mendidik" dan "pundi-pundi rejeki" anak tersebut. Tugas kita tinggal mengasah terus senjata "fitrah mendidik" ini dengan baik setiap hari. Salah satu caranya adalah dengan MENEMANI anak-anak bertumbuh, Membangkitkan kembali fitrah anak-anak yang dibawa sejak lahir. Sering-seringlah minta petunjuk Allah, pola pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk anak-anak kita, karena tidak sama anatara anak yang satu dengan anak yang lainnya. ✅
Sejauh mana kita boleh/tidak boleh dalam *meng-sub kontrakkan* pendidikan anak2 kita? Krn orangtua jg pasti memiliki keterbatasan dalam ilmu pengetahuan
▶1⃣ dear teh endita, jadi yang saya pahami subkontrak ini adalah menitipkan mendidik anak kepada orang lain. Sebatas apa sebagai fasilitas tambahan. Tugas utama tetap pada kita, orangtuanya yang mengetahui fitrah anak. Misal anak kita titip di sekolah, lalu tugas kita tetap membersamainya, mendengarkan cerita anak di sekolah belajar apa, lalu kita menerapkan pondasi iman dan akhlak kepada anak. Karena pendidikan utama itu dari rumah teh, sekolah atau lembaga itu hanya fasilitas. Jadi jangan seolah-olah menyerahkan anak ke sekolah/yg lain, kadang kadang kita suka terlena dan bersugesti _loh kan udah diajarin di sekolah_ sehingga kitanya malas belajar dan membersamai anak.
Menjadi pengingat bagi saya juga. Nuhun teh.
Ini ada tambahan jawaban dari Ibu Septi ketika batch #2
Allah itu Maha Sayang, memberikan amanah ke kita tidak hanya sekedar titip saja, melainkan sudah satu paket dengan "kemampuan fitrah mendidik" dan "pundi-pundi rejeki" anak tersebut. Tugas kita tinggal mengasah terus senjata "fitrah mendidik" ini dengan baik setiap hari. Salah satu caranya adalah dengan MENEMANI anak-anak bertumbuh, Membangkitkan kembali fitrah anak-anak yang dibawa sejak lahir. Sering-seringlah minta petunjuk Allah, pola pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk anak-anak kita, karena tidak sama anatara anak yang satu dengan anak yang lainnya. ✅
0⃣2⃣ Teh Ema Suranta Bukit
Assalamualaikum teh, mau tanya. Perihal pembagian jam terbang menjadi 4 milestone bunda sayang, bunda cekatan, bunda produktif dan bunda shaleha dengan periodisasi tertentu, yang saya rasakan justru harus menerapkannya secara paralel. Ga bisa kalo berseri.. (maaf) Kelamaan.. Contoh, ketika mengaplikasikan bunda sayang (pengasuhan anak), dalam pada itu juga manajemen diri (bunda cekatan), dan tetap mencari rezeki ( bunda produktif) harus juga berjalan. Pun ketika tiba pada fase bunda cekatan/produktif, pengasuhan anak juga akan tetap berlangsung. Mohon penjelasan, khawatir salah persepsi sy. Hatur nuhun.
▶2⃣ dear teh Ema, boleh banget teh kita pararel belajar. Jika keadaan mengharuskan kita belajar ke tahapan selanjutnya. Yang terpenting adalah teteh tetapkan ingin fokus pada tahapan bun bun yang mana. Fokus, konsisten, manajemen waktu untuk memulainya.
_Ini tambahan jawaban Ibu Septi di batch 2_
apabila kondisi membuat kita harus masuk ke ranah bunda produktif, segera masuk, dan pelajari dengan sungguh-sungguh. Sebagai penghubung kedua mata pelajaran di Bunsay dan Bunprod adalah buncek. Maka saran saya mbak belajar juga bunda cekatan. Akhirnya nanti akan muncul yang namanya manajemen belajar yang sangat keren. Patuhi saja waktu yang telah dibuat. Dan jangan ada yang ditunda-tunda, karena akan membuat kita Stress tinggi, dengan load aktivitas yang sangat banyak. ✅
Assalamualaikum teh, mau tanya. Perihal pembagian jam terbang menjadi 4 milestone bunda sayang, bunda cekatan, bunda produktif dan bunda shaleha dengan periodisasi tertentu, yang saya rasakan justru harus menerapkannya secara paralel. Ga bisa kalo berseri.. (maaf) Kelamaan.. Contoh, ketika mengaplikasikan bunda sayang (pengasuhan anak), dalam pada itu juga manajemen diri (bunda cekatan), dan tetap mencari rezeki ( bunda produktif) harus juga berjalan. Pun ketika tiba pada fase bunda cekatan/produktif, pengasuhan anak juga akan tetap berlangsung. Mohon penjelasan, khawatir salah persepsi sy. Hatur nuhun.
▶2⃣ dear teh Ema, boleh banget teh kita pararel belajar. Jika keadaan mengharuskan kita belajar ke tahapan selanjutnya. Yang terpenting adalah teteh tetapkan ingin fokus pada tahapan bun bun yang mana. Fokus, konsisten, manajemen waktu untuk memulainya.
_Ini tambahan jawaban Ibu Septi di batch 2_
apabila kondisi membuat kita harus masuk ke ranah bunda produktif, segera masuk, dan pelajari dengan sungguh-sungguh. Sebagai penghubung kedua mata pelajaran di Bunsay dan Bunprod adalah buncek. Maka saran saya mbak belajar juga bunda cekatan. Akhirnya nanti akan muncul yang namanya manajemen belajar yang sangat keren. Patuhi saja waktu yang telah dibuat. Dan jangan ada yang ditunda-tunda, karena akan membuat kita Stress tinggi, dengan load aktivitas yang sangat banyak. ✅
0⃣3⃣ Teh Lely
Mulai nhw#1 hingga saat ini ilmu yang ingin saya tekuni adalah ilmu parenting. Saya jg sdh membuat tahapan2 kedepannya. Namun akan tetapi ada satu ilmu yg sbnrnya sy sukai, dan saat ini sy jg bergelut dibidang tersebut yaitu baking, saat ini sy mengelola usaha catering snack SD dan punya harapan ingin mengembangkannya.
Apa yg harus sy lakukan? Fokus di bidang awal atau berjalan beriringan dgn 2 ilmu tsb?
Ilmu parenting = kebutuhan
Usaha baking = passion n kebutuhan.
Mulai nhw#1 hingga saat ini ilmu yang ingin saya tekuni adalah ilmu parenting. Saya jg sdh membuat tahapan2 kedepannya. Namun akan tetapi ada satu ilmu yg sbnrnya sy sukai, dan saat ini sy jg bergelut dibidang tersebut yaitu baking, saat ini sy mengelola usaha catering snack SD dan punya harapan ingin mengembangkannya.
Apa yg harus sy lakukan? Fokus di bidang awal atau berjalan beriringan dgn 2 ilmu tsb?
Ilmu parenting = kebutuhan
Usaha baking = passion n kebutuhan.
Mohon pic buku mendidik dgn fitrah, harga buku dan dpt dibeli dimana??
▶3⃣ dear teh Lely bisa dilihat lagi jawaban di atas ya teh, hampir sama. Boleh kita belajar asal fokus dan konsisten. Teteh mungkin bisa mensiasatinya dengan membuat jadwal.
▶3⃣ dear teh Lely bisa dilihat lagi jawaban di atas ya teh, hampir sama. Boleh kita belajar asal fokus dan konsisten. Teteh mungkin bisa mensiasatinya dengan membuat jadwal.
Misal gini, 1 hari teteh estimasi waktu 2 jam untuk bisa fokus belajar. 1 jam belajar ilmu bunda sayang, 1 jam belajar baking. Lalu catat teh, terapkan, evaluasi.
Ketika 1 jam belajar bunda sayang fokus ilmu komunikasi....lalu targetnya berapa lama 2 minggu misalnya, selama 2 minggu praktekan, catat, evaluasi.
Begitu juga dengan baking. 1 jam belajar bikin roti dalam 2 minggu. Catat, terapkan, evaluasi. Nanti akan terlihat titik terangnya, insyaAllah. semangat 💕✅
▶ Untuk buku pendidikan berbasis fitrah kebetulan saya kurang tau jelas beli dimana dan harga berapa. Tapi teh lely bisa googling : Fitrah Based Education ust. Harry Santosa ✅
Ketika 1 jam belajar bunda sayang fokus ilmu komunikasi....lalu targetnya berapa lama 2 minggu misalnya, selama 2 minggu praktekan, catat, evaluasi.
Begitu juga dengan baking. 1 jam belajar bikin roti dalam 2 minggu. Catat, terapkan, evaluasi. Nanti akan terlihat titik terangnya, insyaAllah. semangat 💕✅
▶ Untuk buku pendidikan berbasis fitrah kebetulan saya kurang tau jelas beli dimana dan harga berapa. Tapi teh lely bisa googling : Fitrah Based Education ust. Harry Santosa ✅
0⃣4⃣ Teh Nurita
Saya ingin bertanya mengenai 'mentor hidup'.
Seperti apa kriteria seorang mentor hidup?
Apakah yg dimaksud disini adalah orang yang lebih sukses, di bidang yg ingin saya tekuni?
Atau yg dimaksud adalah orang yg bisa mendampingi dan selalu mengingatkan pada visi dan misi hidup saya?
▶4⃣ dear teh Nur, sejauh yang saya pahami mentor bisa jadi orang yang lebih dari kita tetapi bisa jadi siapa saja. Mungkin bisa jadi lebih karena pengalaman belajarnya lebih dulu atau karena hal yang ditekuninya bisa dijadikan patokan kita sebagai _teladan_
Saya terkadang suka menganggap mentor itu pasangan, karena pahit manis, pasangan kita tau, kita bisa belajar kelebihan beliau, belajar dari kekurangan dan dari beliau juga kita sama-sama mengingatkan untuk _stay on track or istiqomah_. Kalau teladan saya suka ambil dari kelebihan orang lain. Seperti teladan ibu Septi teladan contoh keberhasilan beliau. ✅
*Seperti ibu septi kita bisa belajar teladan dan contoh keberhasilan beliau ✅
Saya ingin bertanya mengenai 'mentor hidup'.
Seperti apa kriteria seorang mentor hidup?
Apakah yg dimaksud disini adalah orang yang lebih sukses, di bidang yg ingin saya tekuni?
Atau yg dimaksud adalah orang yg bisa mendampingi dan selalu mengingatkan pada visi dan misi hidup saya?
▶4⃣ dear teh Nur, sejauh yang saya pahami mentor bisa jadi orang yang lebih dari kita tetapi bisa jadi siapa saja. Mungkin bisa jadi lebih karena pengalaman belajarnya lebih dulu atau karena hal yang ditekuninya bisa dijadikan patokan kita sebagai _teladan_
Saya terkadang suka menganggap mentor itu pasangan, karena pahit manis, pasangan kita tau, kita bisa belajar kelebihan beliau, belajar dari kekurangan dan dari beliau juga kita sama-sama mengingatkan untuk _stay on track or istiqomah_. Kalau teladan saya suka ambil dari kelebihan orang lain. Seperti teladan ibu Septi teladan contoh keberhasilan beliau. ✅
*Seperti ibu septi kita bisa belajar teladan dan contoh keberhasilan beliau ✅
0⃣5⃣ Teh Prita Annisa Utami
Adakah kemungkinan anak sebenarnya sudah menemukan peran hidupnya tapi orangtua tidak peka, sehingga malah jadi salah mendidik?
Kalau ada, bagaimana mengatasinya?
Terimakasih 😊
▶5⃣ dear teh Prita, saya cerita dulu sebentar ya, kebetulan saya ada contoh konkrit tentang ini. Sebutlah namanya Aan. Beliau suka belajar di bidang lain, tetapi orangtua tidak bisa menerima hal itu dan memaksa anak itu untuk belajar di bidang ekonomi. Dan apa hasilnya... anak itu tidak bisa menikmati dan malah sudah 10 tahun tidak bisa menyelesaikan studinya di sebuah universitas. Tanpa sadar, orangtua sudah mematikan fitrah belajar anak dan memaksakan.
Saya juga masih belajar teh, tapi mungkin kita bisa belajar dulu :
- lihat kesukaan anak
- lihat kelebihan anak
- terima kekurangan anak, sambil coba diasah pelan pelan
- minta anak untuk konsisten menekuni hal yang dia suka
- terus menerus membersamai anak
- jangan memaksakan kehendak kita, solusinya beri pilihan dan ajak diskusi ✅
Adakah kemungkinan anak sebenarnya sudah menemukan peran hidupnya tapi orangtua tidak peka, sehingga malah jadi salah mendidik?
Kalau ada, bagaimana mengatasinya?
Terimakasih 😊
▶5⃣ dear teh Prita, saya cerita dulu sebentar ya, kebetulan saya ada contoh konkrit tentang ini. Sebutlah namanya Aan. Beliau suka belajar di bidang lain, tetapi orangtua tidak bisa menerima hal itu dan memaksa anak itu untuk belajar di bidang ekonomi. Dan apa hasilnya... anak itu tidak bisa menikmati dan malah sudah 10 tahun tidak bisa menyelesaikan studinya di sebuah universitas. Tanpa sadar, orangtua sudah mematikan fitrah belajar anak dan memaksakan.
Saya juga masih belajar teh, tapi mungkin kita bisa belajar dulu :
- lihat kesukaan anak
- lihat kelebihan anak
- terima kekurangan anak, sambil coba diasah pelan pelan
- minta anak untuk konsisten menekuni hal yang dia suka
- terus menerus membersamai anak
- jangan memaksakan kehendak kita, solusinya beri pilihan dan ajak diskusi ✅
0⃣6⃣ Teh Ani sumarni
Maksudnya disubkontrakan itu apa sebaiknya anak tidak dimasukan sekolah formal?
Anak saya 5 tahun menjelang 6 th tidak mau sekolah, apa ini kesempatan untuk mendidiknya sendiri?tp klo melihat diri belum banyak ilmunya, di IIP baru belajar juga, mohon masukannya.. Terimakasih
▶6⃣ dear teh ani, subkontrakan itu berarti kita menitipkan anak ke orang lain. Kita menjadikan sebagai fasilitas tambahan bagi diri kita untuk mendidik anak2 itu baik saja teh, tetapi akan menjadi negatif kalau kita menitipkan lalu tidak mau tau menahu anak belajar apa, tidak peduli, tidak mau belajar, pokoknya tergantung sama sekolah/lembaga.
Nah kalau ternyata anak sudah mengungkapkan tidak ingin sekolah formal, coba tanya lagi teh apa alasannya. kemudian diskusi dengan pasangan, bagaimana solusinya. homeschooling atau sekolah formal itu hanya pilihan koq teh, sesungguhnya yang wajib itu home education. Tetapi kembali lagi kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada anak, mungkin teteh bisa belajar cari referensi untuk bagaimana dan apa itu HS.
_Tambahan jawaban dari Ibu Septi_
Pendidikan yang terbaik adalah yang paling cocok dengan karakter anak kita. Saya tidak pernah memaksakan anak-anak dengan pilihan pendidikan yang terbaik menurut kami berdua. Tetapi kami memberikan pilihan ke anak-anak, dengan cara memilih beberapa sekolah formal yang cocok dengan VALUES keluarga kami, dan memberikan pilihan ke anak-anak
Maksudnya disubkontrakan itu apa sebaiknya anak tidak dimasukan sekolah formal?
Anak saya 5 tahun menjelang 6 th tidak mau sekolah, apa ini kesempatan untuk mendidiknya sendiri?tp klo melihat diri belum banyak ilmunya, di IIP baru belajar juga, mohon masukannya.. Terimakasih
▶6⃣ dear teh ani, subkontrakan itu berarti kita menitipkan anak ke orang lain. Kita menjadikan sebagai fasilitas tambahan bagi diri kita untuk mendidik anak2 itu baik saja teh, tetapi akan menjadi negatif kalau kita menitipkan lalu tidak mau tau menahu anak belajar apa, tidak peduli, tidak mau belajar, pokoknya tergantung sama sekolah/lembaga.
Nah kalau ternyata anak sudah mengungkapkan tidak ingin sekolah formal, coba tanya lagi teh apa alasannya. kemudian diskusi dengan pasangan, bagaimana solusinya. homeschooling atau sekolah formal itu hanya pilihan koq teh, sesungguhnya yang wajib itu home education. Tetapi kembali lagi kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada anak, mungkin teteh bisa belajar cari referensi untuk bagaimana dan apa itu HS.
_Tambahan jawaban dari Ibu Septi_
Pendidikan yang terbaik adalah yang paling cocok dengan karakter anak kita. Saya tidak pernah memaksakan anak-anak dengan pilihan pendidikan yang terbaik menurut kami berdua. Tetapi kami memberikan pilihan ke anak-anak, dengan cara memilih beberapa sekolah formal yang cocok dengan VALUES keluarga kami, dan memberikan pilihan ke anak-anak
mau sekolah A, sekolah B, sekolah C atau Homeschooling bersama bapak ibu. Jadi apapun pilihan anak-anak akan kita terima, dan nak-anak beajar untuk menerima segala konsekuensinya pilihannya.
Yang penting kuatkan Home Based Education keluarga kita , Schooling dan HS itu hanya kendaraan yang bisa dipilih✅
Yang penting kuatkan Home Based Education keluarga kita , Schooling dan HS itu hanya kendaraan yang bisa dipilih✅
0⃣7⃣ Teh Nana
Saya menganggap kurikulum IIP telah memenuhi dan insyaa Allah mampu memfasilitasi apa yang menjadi target NHW² yg sy buat.
Pertanyaannya, apakah bisa dalam setiap tahunnya (konon membutuhkan waktu empat tahun ya?) kita dapat mempelajari keempat bidang Bunda tsb ?
Bunda Sayang, Cekatan, Produktif serta Shaleha sekaligus ?
Dibagi per-bulan atau per-pekan ?
Karena keempat bidang tsb saling berkaitan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
▶7⃣ dear teh Nana, iya kurikulum di IIP memang terdiri dari 4 tahapan. Kenapa dibagi per waktu, seperti sekarang... kelas matrikulasi 3 bulan, lalu selanjutnya kelas bunda sayang 1 tahun. Karena kita butuh *fokus dan konsisten* Jadi ketika kita butuh ilmu bun bun yang lain, maka boleh banget disambi belajar. Asal fokusnya pada yang utama. Jangan sampai kita overload, kepingin cepat... malah ga bisa fokus dan malah ga lulus tahapan bun-bun apapun. Stay cool and calm, kunyah satu-satu, terapkan. ✅
Saya menganggap kurikulum IIP telah memenuhi dan insyaa Allah mampu memfasilitasi apa yang menjadi target NHW² yg sy buat.
Pertanyaannya, apakah bisa dalam setiap tahunnya (konon membutuhkan waktu empat tahun ya?) kita dapat mempelajari keempat bidang Bunda tsb ?
Bunda Sayang, Cekatan, Produktif serta Shaleha sekaligus ?
Dibagi per-bulan atau per-pekan ?
Karena keempat bidang tsb saling berkaitan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
▶7⃣ dear teh Nana, iya kurikulum di IIP memang terdiri dari 4 tahapan. Kenapa dibagi per waktu, seperti sekarang... kelas matrikulasi 3 bulan, lalu selanjutnya kelas bunda sayang 1 tahun. Karena kita butuh *fokus dan konsisten* Jadi ketika kita butuh ilmu bun bun yang lain, maka boleh banget disambi belajar. Asal fokusnya pada yang utama. Jangan sampai kita overload, kepingin cepat... malah ga bisa fokus dan malah ga lulus tahapan bun-bun apapun. Stay cool and calm, kunyah satu-satu, terapkan. ✅
0⃣8⃣ Teh Wildaini
Bismillah, mau bertanya
1) Mengenai menambah jam terbang harian, berarti memastikan diri full time di rumah? Sementara saya berbulan-bulan kedepan masih berjibaku di sekolah kecuali Sabtu-Minggu.
2) Bagaimana meneguhkan langkah ketika saya mengambil keputusan resign pertengahan tahun ini, dengan harapan ingin menggapai akselerasi dalam jam terbang sebagai ibu profesional?
Haturnuhun the
Bismillah, mau bertanya
1) Mengenai menambah jam terbang harian, berarti memastikan diri full time di rumah? Sementara saya berbulan-bulan kedepan masih berjibaku di sekolah kecuali Sabtu-Minggu.
2) Bagaimana meneguhkan langkah ketika saya mengambil keputusan resign pertengahan tahun ini, dengan harapan ingin menggapai akselerasi dalam jam terbang sebagai ibu profesional?
Haturnuhun the
8⃣▶ dear teh Wildaini,
1. Untuk jam terbang sendiri, menurut saya bukan berarti harus full time dirumah. Tetapi mungkin ketika tidak ada amanah lain selain keluarga kita bisa memaksimalkan jam terbang kita. Nah karena teteh ada amanah untuk produktif di sekolah, maka manajemen waktu sangat dibutuhkan, teteh sendiri yang tau kapan waktu yang maksimal untuk belajar, untuk fokus.
2. Kembali ke niat teh, semua kembali ke niat. Jika teteh bersungguh-sungguh ingin fokus kepada keluarga maka kuatkanlah niat karena Allah, minta dukungan orang terdekat yaitu suami. Karena kalau bukan dari hati, akan susah untuk ikhlas *memilih* ✅
1. Untuk jam terbang sendiri, menurut saya bukan berarti harus full time dirumah. Tetapi mungkin ketika tidak ada amanah lain selain keluarga kita bisa memaksimalkan jam terbang kita. Nah karena teteh ada amanah untuk produktif di sekolah, maka manajemen waktu sangat dibutuhkan, teteh sendiri yang tau kapan waktu yang maksimal untuk belajar, untuk fokus.
2. Kembali ke niat teh, semua kembali ke niat. Jika teteh bersungguh-sungguh ingin fokus kepada keluarga maka kuatkanlah niat karena Allah, minta dukungan orang terdekat yaitu suami. Karena kalau bukan dari hati, akan susah untuk ikhlas *memilih* ✅
0⃣9⃣ Teh Shiva
Assalamu'alaikum teh, saya mau tanya...Bagaimana mengatur waktu agar kita bisa fokus untuk "belajar" sedangkan saya yg msh jadi newmom ini merasa keteteran...Pekerjaan rumah aja kadang msh keteteran...Kalo malam insyaallah bisa tp ga pasti...Kadang juga tepar 😅...Mohon tipsnya
9⃣▶ sama teh dulu saya pun begitu. Gimana mau belajar, perasaan kerjaan aja belum beres-beres 😂
Akhirnya saya siasati dengan pola. Jadi saya amati dulu pola anak, oh anak jam sekian begini begini. Oh makan jam segini, berarti kapan saya harus urus domestik, kapan ke anak. lalu cari waktu 'me time' kita. Misal disaat anak tidur siang. Harus melepaskan satu per satu kesempurnaan teh, tidak bisa beres dan rapi sekejap dalam sehari. Jadi saya biasanya.... saya sibuk di pagi, urusan domestik, setelah itu fokus ke anak. Anak tidur atau lagi fokus main sendiri, saya me time belajar. Jadi dicoba dulu cari pola nya ✅
Assalamu'alaikum teh, saya mau tanya...Bagaimana mengatur waktu agar kita bisa fokus untuk "belajar" sedangkan saya yg msh jadi newmom ini merasa keteteran...Pekerjaan rumah aja kadang msh keteteran...Kalo malam insyaallah bisa tp ga pasti...Kadang juga tepar 😅...Mohon tipsnya
9⃣▶ sama teh dulu saya pun begitu. Gimana mau belajar, perasaan kerjaan aja belum beres-beres 😂
Akhirnya saya siasati dengan pola. Jadi saya amati dulu pola anak, oh anak jam sekian begini begini. Oh makan jam segini, berarti kapan saya harus urus domestik, kapan ke anak. lalu cari waktu 'me time' kita. Misal disaat anak tidur siang. Harus melepaskan satu per satu kesempurnaan teh, tidak bisa beres dan rapi sekejap dalam sehari. Jadi saya biasanya.... saya sibuk di pagi, urusan domestik, setelah itu fokus ke anak. Anak tidur atau lagi fokus main sendiri, saya me time belajar. Jadi dicoba dulu cari pola nya ✅
1⃣0⃣ Teh Hamidah
Saya ingin dijelaskan lbh detil lg ttg milestone. Kira2 indikator di KM0 apa, KM1 apa dst..
▶1⃣0⃣ milestone itu waktu perjalanan kita dalam menuntut ilmu yang ingin kita tekuni. milestone sendiri tidak dibatasi waktu tertentu, tapi kita sendiri yang menentukan waktunya sesuai dengan kemampuan kita. Di review sudah dijelaskan butuh waktu 10.000 jam pada umumnya... nah pastikan teteh tau kemampuan teteh, kalau diatas dicontohkan butuh waktu 20 tahun.
Jadi KM 0 adalah titik mulai kita fokus belajar. jika dengan matrikulasi ini titik mulainya, maka estimasikan waktu sesuai kemampuan kita. Sesuai tahapan bun bun, KM 0 adalah tahapan bunda sayang, kenapa harus bunda sayang, karena ini adalah pondasi kita memahami anak, memahami diri, memahami keluarga. Kita akan bisa menaiki step selanjutnya jika kita sudah konsisten menjalankan apa apa yang sudah ditetapkan di KM 0. ✅
Saya ingin dijelaskan lbh detil lg ttg milestone. Kira2 indikator di KM0 apa, KM1 apa dst..
▶1⃣0⃣ milestone itu waktu perjalanan kita dalam menuntut ilmu yang ingin kita tekuni. milestone sendiri tidak dibatasi waktu tertentu, tapi kita sendiri yang menentukan waktunya sesuai dengan kemampuan kita. Di review sudah dijelaskan butuh waktu 10.000 jam pada umumnya... nah pastikan teteh tau kemampuan teteh, kalau diatas dicontohkan butuh waktu 20 tahun.
Jadi KM 0 adalah titik mulai kita fokus belajar. jika dengan matrikulasi ini titik mulainya, maka estimasikan waktu sesuai kemampuan kita. Sesuai tahapan bun bun, KM 0 adalah tahapan bunda sayang, kenapa harus bunda sayang, karena ini adalah pondasi kita memahami anak, memahami diri, memahami keluarga. Kita akan bisa menaiki step selanjutnya jika kita sudah konsisten menjalankan apa apa yang sudah ditetapkan di KM 0. ✅
1⃣1⃣ Teh Ita
Assalamu'laikum. Teh saya mau tanya...
1. Apakah dalam menentukan KM0 itu 10.000 jam merupakan standar seseorang dapat menguasai satu ilmu?
2. Untuk lanjut ke KM selanjutnya apakah harus menuntaskan KM0 dl baru bisa lanjut ataukah bisa bersamaan?
3. NHW#4 kmrn nampakny saya salah dalam nemahami milestone, apa hrs di revisi?
1⃣1⃣
1. dear teh Ita, diatas dijabarkan kalau kemampuan rata2 10.000 jam. Makanya bisa dijadikan standar umum dalam memahami sebuah ilmu.
2. Sama seperti pertanyaan2 diatas, jika dirasa kita butuh untuk belajar tahapannya maka kita bisa mempelajarinya berbarengan. Kenapa ditetapkan KM0, dst, agar kita fokus. Pasti ibu septi sudah melalui fase ini, dan memudahkan kita dengan membuat tahapan tahapan.
3. Silahkan teh kalau ingin direvisi tapi dijadikan catatan tambahan saja ya. ✅
Assalamu'laikum. Teh saya mau tanya...
1. Apakah dalam menentukan KM0 itu 10.000 jam merupakan standar seseorang dapat menguasai satu ilmu?
2. Untuk lanjut ke KM selanjutnya apakah harus menuntaskan KM0 dl baru bisa lanjut ataukah bisa bersamaan?
3. NHW#4 kmrn nampakny saya salah dalam nemahami milestone, apa hrs di revisi?
1⃣1⃣
1. dear teh Ita, diatas dijabarkan kalau kemampuan rata2 10.000 jam. Makanya bisa dijadikan standar umum dalam memahami sebuah ilmu.
2. Sama seperti pertanyaan2 diatas, jika dirasa kita butuh untuk belajar tahapannya maka kita bisa mempelajarinya berbarengan. Kenapa ditetapkan KM0, dst, agar kita fokus. Pasti ibu septi sudah melalui fase ini, dan memudahkan kita dengan membuat tahapan tahapan.
3. Silahkan teh kalau ingin direvisi tapi dijadikan catatan tambahan saja ya. ✅
1⃣2⃣ Teh Amanda
ketika kita akan fokus dalam perjalanan milestone kita, dan sadar sepertinya perlu tambahan referensi ilmu, tapi belum kita tuliskan dalam tahapan dan chesklist yang sudah kita buat, bagaimana menyiasatinya tanpa perlu merubah secara keseluruhan?
apakah ada pengaruh negatifnya ketika kita menambah referensi ilmu tsb? atau malah akan semakin mamantapkan?
▶1⃣2⃣ menurut saya tidak ada efek negatifnya bun, kan hanya sebagai referensi tambahan ya, untuk memperkokoh tahapan belajar kita. Tidak masalah teh tambahkan saja di ceklist sebagai pendukung.✅
ketika kita akan fokus dalam perjalanan milestone kita, dan sadar sepertinya perlu tambahan referensi ilmu, tapi belum kita tuliskan dalam tahapan dan chesklist yang sudah kita buat, bagaimana menyiasatinya tanpa perlu merubah secara keseluruhan?
apakah ada pengaruh negatifnya ketika kita menambah referensi ilmu tsb? atau malah akan semakin mamantapkan?
▶1⃣2⃣ menurut saya tidak ada efek negatifnya bun, kan hanya sebagai referensi tambahan ya, untuk memperkokoh tahapan belajar kita. Tidak masalah teh tambahkan saja di ceklist sebagai pendukung.✅
1⃣3⃣ Teh Afina
Saya ingin memberikan tanggapan dan pertanyaan soal nhw 4 yang mungkin saya masih jauh dari mengerti.
Sebagaimana saya sudah japri teh ismi, saya masih belum dapat mengaitkan antara seluruh sisi kehidupan (visi dan misi, jurusan yang akan diambil, peran) dengan pentingnya mendidik anak di atas yang lain.
Saya sangat sadar bahwa pendidikan anak sangat penting. Tapi nhw 4 ini, saya merasa kita sangat dipaksakan untuk fokus mendidik anak, di atas kepentingan yang lain. Seperti visi, misi, jurusan, bidang dan peran, semua seolah merujuk pada pendidikan anak saja.
Saya mungkin terlalu mengkotak2an permasalahan ya. bahwa pendidikan anak tidak bisa dicampurbaurkan dengan hal lain. Tapi saya bingung dengan nhw 4 yang seolah mengaitkan visi misi dengan peran kita dalam mendidik anak saja.
Misalnya seorang ibu, sudah pernah kuliah di jurusan tertentu, apakah itu pertambangan, sipil, arsitektur, bisnis, dan sebagainya. Sang ibu sudah merasa di situlah passionnya. Bagaimana menyambungkan antara mimpi, visi hidup, dengan 'mendidik anak berbasis fitrah'? apakah dia harus fokus dulu dengan anaknya, baru merambah ke bidang yang disukainya setelah anaknya besar?
▶1⃣3⃣ dear teh Afina, dan teteh teteh lainnya. Mohon maaf nampaknya kita semua harus kembali kepada NHW prolog ya, tentang Adab menuntut ilmu. Yuk kita sama sama belajar lagi adab terhadap ilmu. Jadi semoga tidak merasa dipaksa ya dalam memahami matrikulasi ini.
dear teh afina, Allah maha penyayang, kita diberi amanah seorang anak, yang tidak semua orang bisa dititipkan. Lalu saya jadi teringat, kenapa sih kita tidak boleh merasa memiliki, apapun. Karena memang semuanya adalah titipan. Ketika kita sudah menjadi ibu, maka mau tidak mau, anak adalah amanah utama kita. Jadi coba kita sama2 tanya kembali kepada hati dan diri :
- apa niat saya mengejar passion?
- apa niat saya mengejar mimpi?
- untuk siapa?
- apakah dengan saya mengejar mimpi mendatangkan ridho allah kepada saya?
ketika passion kita tidak ada hubungannya dengan pendidikan anak, apakah kita tidak bisa menjadikannya sebagai hal untuk mendukung *fitrah belajar* anak?
Saya ingin memberikan tanggapan dan pertanyaan soal nhw 4 yang mungkin saya masih jauh dari mengerti.
Sebagaimana saya sudah japri teh ismi, saya masih belum dapat mengaitkan antara seluruh sisi kehidupan (visi dan misi, jurusan yang akan diambil, peran) dengan pentingnya mendidik anak di atas yang lain.
Saya sangat sadar bahwa pendidikan anak sangat penting. Tapi nhw 4 ini, saya merasa kita sangat dipaksakan untuk fokus mendidik anak, di atas kepentingan yang lain. Seperti visi, misi, jurusan, bidang dan peran, semua seolah merujuk pada pendidikan anak saja.
Saya mungkin terlalu mengkotak2an permasalahan ya. bahwa pendidikan anak tidak bisa dicampurbaurkan dengan hal lain. Tapi saya bingung dengan nhw 4 yang seolah mengaitkan visi misi dengan peran kita dalam mendidik anak saja.
Misalnya seorang ibu, sudah pernah kuliah di jurusan tertentu, apakah itu pertambangan, sipil, arsitektur, bisnis, dan sebagainya. Sang ibu sudah merasa di situlah passionnya. Bagaimana menyambungkan antara mimpi, visi hidup, dengan 'mendidik anak berbasis fitrah'? apakah dia harus fokus dulu dengan anaknya, baru merambah ke bidang yang disukainya setelah anaknya besar?
▶1⃣3⃣ dear teh Afina, dan teteh teteh lainnya. Mohon maaf nampaknya kita semua harus kembali kepada NHW prolog ya, tentang Adab menuntut ilmu. Yuk kita sama sama belajar lagi adab terhadap ilmu. Jadi semoga tidak merasa dipaksa ya dalam memahami matrikulasi ini.
dear teh afina, Allah maha penyayang, kita diberi amanah seorang anak, yang tidak semua orang bisa dititipkan. Lalu saya jadi teringat, kenapa sih kita tidak boleh merasa memiliki, apapun. Karena memang semuanya adalah titipan. Ketika kita sudah menjadi ibu, maka mau tidak mau, anak adalah amanah utama kita. Jadi coba kita sama2 tanya kembali kepada hati dan diri :
- apa niat saya mengejar passion?
- apa niat saya mengejar mimpi?
- untuk siapa?
- apakah dengan saya mengejar mimpi mendatangkan ridho allah kepada saya?
ketika passion kita tidak ada hubungannya dengan pendidikan anak, apakah kita tidak bisa menjadikannya sebagai hal untuk mendukung *fitrah belajar* anak?
Pertambangan :
"Bunda lagi apa?"
"Nak... bunda lagi bekerja di tambang, kk tau ga tambang itu apa?"
"Bunda lagi apa?"
"Nak... bunda lagi bekerja di tambang, kk tau ga tambang itu apa?"
Sipil :
"Bunda lagi apa?"
"Oh bunda lagi bikin rancangan rumah"
"Ih gimana bun caranya?"
"Ini loh nak...."
"Bunda lagi apa?"
"Oh bunda lagi bikin rancangan rumah"
"Ih gimana bun caranya?"
"Ini loh nak...."
dan masih banyak lagi contoh lain. semuanya masih ada kaitannya dengan mendidik anak.
suami saya suka jelasin ke anak saya tentang radar dan telekomunikasi, anak saya pingin tau banget, kadang2 diajak ke kantor. dikasih lihat.
Jadi melibatkan anak setiap perjalanan visi misi kita itu pasti ada jalannya. dan mendidik dengan fitrah adalah sudah menjadi dasar.... kalau bukan melihat fitrah, lalu kita mau memahami anak dengan cara apalagi?
Kemarin bubu wiwik udah cerita ttg ibu yang passionnya setrika ya. Matrikulasi 4 ini benar benar mengingatkan kita untuk belajar menjadi ibu profesional, ibu adalah madrasah utama anak.
Dan kembali lagi semuanya kepada niat, jika memang kita mampu menjadi produktif tanpa meninggalkan amanah utama kita mendidik anak, maka bersungguh-sungguhlah karena ingin ridho Allah.✅
Jadi melibatkan anak setiap perjalanan visi misi kita itu pasti ada jalannya. dan mendidik dengan fitrah adalah sudah menjadi dasar.... kalau bukan melihat fitrah, lalu kita mau memahami anak dengan cara apalagi?
Kemarin bubu wiwik udah cerita ttg ibu yang passionnya setrika ya. Matrikulasi 4 ini benar benar mengingatkan kita untuk belajar menjadi ibu profesional, ibu adalah madrasah utama anak.
Dan kembali lagi semuanya kepada niat, jika memang kita mampu menjadi produktif tanpa meninggalkan amanah utama kita mendidik anak, maka bersungguh-sungguhlah karena ingin ridho Allah.✅
Materi 4 ini bukan hanya tentang milestone, visi misi, saya merasa diingatkan dengan NIAT
Sumber: Notulensi korming 4 MATRIKULASI IIP batch#3 BANDUNG 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar