NHW#2 Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga
Terkait NHW#2, sebenarnya saya cukup sering membuat catatan rencana kegiatan dan target capaian, karena tanpa catatan tersebut biasanya saya agak lalai menjalani keseharian. Meski demikian, saya tetap menilai NHW#2 ini cukup berbeda dari perencanaan yang biasa saya buat, keistimewaannya adalah keterlibatan suami dan anak dalam perumusan target yang ingin saya capai sebagai ibu profesional untuk keluarga saya.
Jika pada NHW#1, saya diminta untuk fokus dan percaya diri dengan pilihan jurusan universitas kehidupan yang saya akan ambil. Pada NHW#2 kali ini, saya diminta fokus dengan tahapan-tahapan untuk mencapai goal yang saya inginkan, yaitu menjadi ibu profesional.
Pertanyaan nhw#2 :
Bunda, setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga.
Pekan ini kita akan belajar membuat
“CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”
a. Sebagai individu
b. Sebagai istri
c. Sebagai ibu
Buatlah indikator yg kita sendiri bisa menjalankannya.
Buat anda yang sudah berkeluarga, tanyakan kepada suami, indikator istri semacam apa sebenarnya yang bisa membuat dirinya bahagia, tanyakan kepada anak-anak, indikator ibu semacam apa sebenarnya yang bisa membuat mereka bahagia.Jadikanlah jawaban-jawaban mereka sebagai referensi pembuatan checklist kita.
Buat anda yang masih sendiri, maka buatlah indikator diri dan pakailah permainan “andaikata aku menjadi istri” apa yang harus aku lakukan, “andaikata kelak aku menjadi ibu”, apa yang harus aku lakukan.
Kita belajar membuat “Indikator” untuk diri sendiri.
Kunci dari membuat Indikator kita singkat menjadi SMART yaitu:- SPECIFIK (unik/detil)- MEASURABLE (terukur, contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar)- ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah)- REALISTIC (Berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari)- TIMEBOND ( Berikan batas waktu).
***
Dalam proses penyusunannya, saya menemukan beberapa indikator yang selama ini terabaikan, seperti mengendalikan emosi dan menjaga penampilan di hadapan suami yang ternyata menjadi bagian penting pada indikator profesionalisme sebagai istri dan ibu.
Tugas NHW#2 ini cukup banyak menyita waktu bertapa (baca:merenung) saya, dengan beberapa pertimbangan akhirnya saya bisa merumuskan beberapa indikator pencapaian ibu profesional versi saya.
Langkah pertama yang saya lakukan untuk menjawab tugas ini, adalah dengan bertanya pada suami dan anak mengenai apa yang membuat mereka bahagia. Saya juga menanyakan pada diri sendiri, apa sebenarnya yang dapat membuat saya merasa profesional dan bahagia sebagai seorang ibu.
Kriteria seorang perempuan professional, menurut saya adalah:
1. Mampu meningkatkan kemampuan menjaga emosi (marah), karena menahan amarah adalah perintah Allah.
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah engkau marah, niscaya bagimu surga”.
(Hadits Shahih, Riwayat Ibnu Abid Dunya, Lihat Shahiihul jaami’ no. 7374).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau marah”.(HR. al-Bukhari)
Pada keseharian yang saya alami, pemicu saya menjadi cepat marah adalah: rasa lelah, asupan energi kurang (baca: lapar :D), tubuh tidak sehat, penurunan semangat dalam diri, termasuk juga berinteraksi lama dengan gadget (baca:sosmed).
2. Mampu mengelola keluarga dengan baik, meliputi waktu, keuangan dan prioritas.
لن تزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن أربع : عن عمره فيما أفناه ، وعن شبابه فيما أبلاه ، وعن علمه ماذا عمل به ،
وعن ماله من أين أخذه وفيما أنفقه ”
“ Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal :
- Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan
- Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja
- Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya
- Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak ” ( Hadist Hasan, HR. Tirmidzi )
3. Mampu bersikap taat kepada suami, sebagai bentuk komitmen, tanggung jawab dan ibadah pada Allah.
4. Mampu mendidik anak menjadi generasi yang shaleh dan cerdas .
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
5. Mampu menyalurkan minat dan bakat dan berbagi ilmu, khususnya dari bidang yang saya minati.
Setelah menyusun beberapa poin diatas, saya kemudian mencoba menghubungkan dengan jawaban suami dan anak-anak.
Hasil diskusi dengan suami mengenai istri seperti apa yang dapat membuatnya bahagia, adalah: sabar dan taat pada suami. Jawaban suami tersebut selaras dengan kriteria yang telah saya tulis sebelumnya: sabar (menjaga emosi) dan taat pada suami (lebih spesifik pada penampilan yang diridhai oleh suami).
Sementara kedua putra saya, duo B hanya mengisyaratkan bahwa mereka bahagia bila bundanya baik (tidak marah-marah), ini juga selaras dengan kriteria yang telah tertulis diatas (menjaga emosi). Saat ini sendiri saya masih dalam tahap memperbaiki kemampuan mengelola emosi, dengan harapan dapat membuat mereka merasa jauh lebih bahagia.
Langkah kedua, saya berusaha menjabarkan kriteria yang telah dirumuskan, menemukan pokok masalah dan mencari tahapan yang menurut saya dapat menyelesaikan maslah tersebut. Saya menjabarkannya kedalam tabel kriteria-indikator, yang dapat dilihat pada link berikut:
Langkah ketiga adalah menambahkan keterangan waktu, saya membaginya ceklis menjadi dua bagian, yaitu target harian dan target bulanan, dengan memberi keterangan pembagian tingkat profesionalisme diri, istri dan ibu pada tabel ceklis tersebut.
Tabel indikator akhir dapat dilihat pada link berikut:
Kedepannya, saya mengagendakan untuk melaksanakan evaluasi bersama pasangan,
1. evaluasi indikator yang terdapat pada tabel indikator harian dilakukan setiap bulan,
2. evaluasi indikator yang terdapat pada tabel bulanan dilakukan setiap enam bulan.
Hal ini ditujukan ntuk mengetahui perkembangan pencapaian indikator yang terdapat dalam tabel ceklis tersebut.
Langkah empat, kembali meminta partner hidup (baca: suami) untuk membantu mengevaluasi kesesuaian tabel perencanaan dengan kunci SMART. Agak malu sebenarnya, menunjukkan hasil pemikiran yang masih jauh dari sempurna, tapi Alhamdulillah jawabannya tidak mengecewakan. Nuhun pisan pak suami, diantos partisipasi dina evaluasi bulanan (^.^).
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar